Chereads / Terjerat Pesona Duda Tampan / Chapter 24 - Kebohongan Bara

Chapter 24 - Kebohongan Bara

Aku melepaskan kacamata lalu mendekati bang Bara. "Sayang kamu gapapa? Aku khawatir sama kamu," ucapku dengan nada lebay. Aku kesal karena bang Bara mengajakku bersandiwara. Melampiaskan kekesalan, aku mencubit pinggangnya.

"Bang. Aku butuh penjelasan kamu." Bisikku di telinga bang Bara.

Nah ini paling menyebalkan. Bang Bara kalo akting total kayak aktor Reza Rahadian. Memainkan perannya dengan baik. Dia membelai punggungku bak suaminya yang baru bertemu dengan istrinya setelah berpisah cukup lama.

Aku kesal dengan sikap kekanakannya. Aku kembali mencubit pinggangnya.

"Awwwwww." Teriak bang Bara seperti orang yang mendapat pelepasan. Sinting gak tuch?

Dino dan kak Dila sampai terperengah dan kaget melihat sikap bang Bara. Aku melepaskan pelukan pada bang Bara lalu menatap kakak iparku.

"Terima kasih telah menyelamatkan suamiku," ucapku mengulurkan tangan pada kak Dila.

Aku melihat kecemburuan di mata kak Dila. Meski ia enggan tapi menerima uluran tanganku. Bisaku pastikan jika kak Dila masih mencintai bang Bara.

"Apa Puan yang menyelamatkan suamiku?" Tanyaku pada kak Dila ramah.

Wajah kak Dila pias dan shock. Mungkin tak menyangka akan bertemu denganku. Aku melihat kak Dila mengepalkan tangan karena cemburu. Dia tidak tahan melihat kemesraan kami.

Aku melihat Dino diam mematung seperti patung. Aku rasa dia naksir dengan kak Dila. Bukankah selama ini dia selalu mengaku suami kak Dila. Pria ini sangat memalukan sekaligus mengenaskan. By the way? Kemana istrinya?

"Kenalkan nama saya Rere." Aku memperkenalkan diri. "Ini suami puan?" Aku menunjuk Dino.

Dila malah mengangguk dan mengiyakan pertanyaanku. Kalian sama saja. Berpura-pura menutupi perasaan. Kak Dila juga mau pamer pada bang Bara jika punya pasangan. Fix! No debat jika Dino dan kak Dila sepupu.

"Sayang darimana kamu tahu aku disini?" Bang Bara menanyaiku. Berakting layaknya suami.

"Dari posko bencana. Penemuan kamu sudah dilaporkan sayang. Ini lengannya kenapa di perban?" Aku memegang lengan bang Bara yang terbungkus perban.

Wajahku pias takut sesuatu buruk menimpanya.

"Ceritakan apa yang terjadi?" Aku meminta penjelasan.

"Aku terluka karena digigit ikan hiu?"

"Apa?" Suaraku melengking mengagetkan semuanya. Aku menutup mulut, sadar jika suaraku sangat keras.

"Sepertinya kalian butuh privasi. Kami pergi dulu," ucap kak Dila menarik Dino keluar dari ruang perawatan.

Aku menutup pintu kamar setelah kak Dila dan pria itu pergi. Tak sudi aku menyebut namanya. Untung saja aktingku sangat meyakinkan. Dia tidak kenal denganku lagi. Dasar pria mesum! Aku mengunci pintu dari dalam lalu mendekati bang Bara. Asal kalian tahu tanganku sangat gemetaran dan berkeringat.

"Bang, kamu hutang penjelasan padaku." Aku berkacak pinggang menampakkan wajah galak. "Sejak kapan ingatan kamu kembali?"

"Apaan sih Re." Bang Bara tak berani menatap wajahku. Dia buang muka.

"Gue tahu abang lagi manasin kak Dila."

"Lo tahu siapa perempuan itu?" Bang Bara malah meminta penjelasanku. Dia bangkit dari ranjang. Memegang lengannya yang dibalut perban.

"Dia istri yang lo cari selama ini bukan?"

Mata bang Bara membulat, tak percaya jika aku tahu sejauh itu.

"Dia yang lo kejar ketika kabur?"

"Sejauh mana lo tahu?" Bang Bara menyentuh bahuku. Memandangku penuh selidik.

"Gue akan bicara jika abang jujur sama gue. Sejak kapan ingatan abang pulih?"

"Ingatan gue belum pulih Rere."

"Gue adik lo bang. Meski kita hanya saudara tiri, tapi kita sangat dekat. Katakan sejak kapan ingatan lo kembali? Gue tahu lo hanya ingin memanasi kak Dila. Ingin tahu bagaimana perasaannya sama lo. Gue juga bahkan tahu jika kalian punya anak kembar tiga. Shaka, Shakel dan Salsa."

"Rere sejauh apa lo mengetahuinya?"

"Ayo jujur." Aku malah tertawa menyenggol lengan bang Bara yang terluka.

"Apaan sih." Gerutu bang Bara memutar lengan yang dibalut perban.

"Abang pura-pura sakit?" Aku kembali menebak membuat bang Bara semakin kesal. Merasa dikuliti habis-habisan.

"Lo lebih bahaya dari Dian."

"Gue anak didikan teh Dian."

"Jadi pura-pura hilang ingatan dan pura-pura sakit biar diperhatikan kak Dila?"

"Darimana lo tahu jika Dila istri gue? Setahu guw di rumah tak ada foto-foto pernikahan gue sama Dila."

"Gue ke Padang mencari tahu."

"Kenapa?"

"Gue enggak mau melihat abang menderita karena kehilangan istri. Bang, kebaikan lo sama gue tak akan bisa dibalas dengan apa pun. Makanya gue mencari tahu siapa istri lo. Gue tahu tak mudah bagi lo melewati semua ini. Hampir empat tahun lupa dengan diri sendiri dan juga keluarga."

Bang Bara menangis terharu menyentuh pipiku. Ia memelukku erat. Mungkin ia tak menyangka jika aku juga sangat menyayanginya.

"Terima kasih Re. Gue tidak bisa berkata apa-apa. Terharu jika lo seperti ini. Jangan bilang lo kerjasama dengan Tia?"

"Siapa lagi sekutu gue bang jika bukan dia?" Gue gemas malah mencubit kedua pipi bang Bara.

"Jadi abang nyasar sama kak Dila di pulau. Enak dong lepas kangen sama istri."

"Dia bukan lagi istri gue. Dia istri Dino." Bang Bara bermuram durja. Wajahnya menekuk karena kecewa.

"Siapa bilang kak Dila menikah dengan Dino?"

"Maksudnya?" Wajah bang Bara berbinar-binar.

"Dia dan Dino hanya sepupu bang. Dino itu anak dari adiknya tante Lusi, mertua abang."

"Lo tahu fakta ini, tapi diam saja." Bang Bara mencubit pipiku gemas.

"Emangnya lo ingat?"

"Terima kasih untuk segalanya Re. Lo seperti adik kandung gue. Bahagia memiliki adik seperti lo."

Aku menendang tulang kering bang Bara hingga pria itu kesakitan.

"Apa-apaan sih Re?"

"Kenapa membohongi gue? Apa yang sedang abang rencanakan?"

"Lo sudah tahu apa maksud gue?" Bang Bara menyunggingkan senyum.

Aku bersedekap, menaik turunkan alisnya. Aku bak polisi yang sedang mengintrogasi tersangka.

"Jawab dulu pertanyaan gue. Sejak kapan abang ingat semuanya?"

"Kenapa penting banget tahu jika ingatan gue sudah pulih?"

"Tentu penting sekali, agar tahu kapan gue dibohongi."

"Gue ingat semuanya ketika sampai disini. Kinanti menceritakan masa lalu gue. Kepala gue pusing waktu itu. Saat itulah memori masa lalu berkelebat di ingatan gue. Gue tahu jika Shaka, Shakel dan Salsa anak dari program bayi tabung. Salsa sangat mirip dengan gue. Hanya beda jenis kelamin."

Aku mencubit lengan bang Bara. Dia menceritakan kak Dila dengan tampang mesum. Baru tahu kegilaan bang Bara pada istrinya.

Akhirnya aku membawa bang Bara pulang ke kota KL. Sepertinya kepulangan kami ke Jakarta akan tertunda karena bang Bara ingin membuat perhitungan dengan kak Dila. Ide gila apa lagi yang akan direncanakannya?