Chereads / Terjebak Cinta Sang Raja Vampir / Chapter 4 - 4. Hanya Mimpi?

Chapter 4 - 4. Hanya Mimpi?

Ele menggeliatkan tubuhnya perlahan, Mengerjapkan mata beberapa kali lalu melihat cahaya mentari yang masuk ke sela-sela jendela. dia langsung terbangun kaget dan melihat seluruh tubuhnya, tubuhnya baik baik saja.. dengan cepat Ele melihat jam di handphonenya dan tanggal yang tertera. Masih jam 07.00 pagi, dan tanggal 15 Oktober.. Jadi? yang Ele rasakan itu hanya mimpi? Benarkah?

Huh!!! Ele menghela nafasnya lega, Membaringkan kembali tubuhnya di atas kasur. Kenapa mimpi itu seperti kenyataan? Ele merasa bibirnya di cium oleh pria Kaya raya dari keluarga Salvador, dan dirinya juga di beritahu bahwa Ele adalah istrinya? Astaga.. kenapa Ele bisa bermimpi hal konyol yang tidak mungkin terjadi. Bodoh!

Ele memukul kepalanya, lalu dengan segera bergegas untuk mandi air hangat dan berangkat kerja. Hari ini dirinya harus datang lebih awal untuk menandatangani proyek besar.

Ele melakukan semua kegiatan paginya dengan sangat cepat, sekitar 40 menit Ele sudah selesai dan sampai di depan kantornya. Ele menghela nafasnya perlahan, semoga saja apa yang di pikirkan Ele memang hanya mimpi. Mimpi ingin menjadi seorang istri, bisa naik mobil mahal, bisa masuk ke apartemen mahal..

ya semua itu pasti hanya sebuah kesalahan dalam alam bawah sadar Ele. Dimana hati Ele yang paling dalam ingin sekali bisa merasakan hidup enak dan nyaman. tanpa harus bersusah payah bekerja dari pagi hingga malam!.

Ele berjalan masuk ke dalam kantor, beberapa teman Ele sudah menyapa dengan sopan. Ele tentu saja membalasnya tak kalah sopan.

Ele memegang kembali dadanya, mencoba untuk mengontrol detak jantung yang tiba tiba berdetak sangat cepat. ada apa ini? kenapa rasanya sakit sekali? apakah akan terjadi sesuatu pada tubuh Ele?.

Mencoba untuk mengusir pikiran buruk itu, Ele menaiki lift untuk bisa sampai di lantai atas dimana Ruangan meeting berada.

Saat lift berdenting dan Pintu terbuka, Ele langsung berjalan ke luar. langkah kakinya dengan tegas melangkah dan sekarang sudah berdiri di depan pintu ruangan meeting. Mengetuk perlahan, Lalu membukanya...

Saat melihat ke dalam, ternyata Ruangan meeting masih kosong. Huh!... Ele bahkan sudah berteriak girang karena dirinya tidak terlambat dan itu hanya mimpi saja.

Masuk ke dalam dengan perlahan, mempersiapkan segala keperluan meeting. Lalu mulai membaca beberapa berkas dan mencoba untuk mengingat dengan baik, Proyek kali ini harus berjalan lancar! Semoga benar benar lancar!.

Ele mulai menunggu, detik demi detik terlewati.. namun hingga jam 10, Tidak ada satupun orang yang masuk ke dalam ruangan meeting. Ele semakin resah, apa tempatnya di ubah? apakah ada perubahan? kenapa belum ada seseorang pun yang datang? bahkan Bos nya Tuan David juga belum datang..

Bagaimana ini? apakah Ele melupakan sesuatu?.

Ele mencoba membuka handphonenya, mulai melihat email lagi.. mengecek tanggal dan jam untuk melakukan Meeting kali ini, semua yang tertera benar adanya. kenapa tidak ada orang sampai jam segini?.pikir Ele sudah kemana-mana, hatinya mulai resah dan gelisah..

mengigit kuku karena dirinya semakin panik dengan keadaan, Ele menghela nafas dan mencoba menghembuskan lagi. Ele mencari nomor Tuan David, Menelponnya untuk menanyakan tentang meeting hari ini.

Nomor tersambung, Ele menanti dengan tak sabar. berharap tidak ada kesalahan yang Ele lakukan hingga membuat suatu kesalahan.

"Hallo Ele?", Suara di sebrang telepon membuat Ele langsung terpekik.

"Hallo Tuan.. anda dimana? aku sudah ada di ruangan meeting sejak tadi, kenapa anda belum juga datang?". tanya Ele pada Tuan David.

"Meeting? meeting apa yang kau bicarakan Ele?". Tanya tuan David yang sudah berkata dengan nada aneh.

"Meeting dengan Tuan Salvador, apa anda lupa?" Tanya Ele yang mulai gelisah.

"Bukankah kau sudah melakukannya dua hari yang lalu? kenapa sekarang kau bertanya lagi?". Tanya David yang semakin tidak mengerti.

"Bukankah kita mengadakan meeting dengan Tuan Salvador tanggal 15 Oktober jam 8 pagi tuan?". Ele masih berusaha untuk mengingatkan David akan jadwal meetingnya.

"Iya memang benar, dan sekarang sudah tanggal 17 Oktober Ele.. lalu satu hal lagi.. kau ada di kantor?" Tanya Tuan David yang nadanya makin terdengar aneh.

"iya.. Memangnya kenapa jika aku di kantor?" Tanya Ele yang mencoba berpikir positif atas pertanyaan itu.

"Kau sudah di pecat Ele, Kau dipecat saat Tuan Salvador sendiri membeli perusahaan kita dan aku di pindah tugaskan sejak sehari yang lalu. apa kau belum menerima surat pemecatan? aku turut bersedih atas hal itu.. tapi kau harus tenang ya, aku akan mencoba mencarikan pekerjaan baru padamu. sekarang aku sedang di jalan, aku akan hubungi kau lagi nanti.. Bye Ele". Sambungan terputus, Ele memandang lantai di bawahnya dengan pandangan kosong.

Melihat ke arah handphonenya lagi, Kenapa tanggal di handphonenya berhenti di tanggal 15 Oktober? kenapa? sekarang sudah tanggal 17 Oktober?.

Ele membuka laptopnya, melihat ke tanggal di laptop.. benar.. Ini tanggal 17 Oktober!

"Tidak.. tidak mungkin.. bagaimana bisa? tidak.. astaga aku masih bermimpi!! ya Tuhan! bangun.. bangun.. hei bangun!" Ele menepuk nepuk pipinya sendiri, tidak terima dengan semua kejadian yang dialaminya saat ini.

Ele duduk di kursinya, menetralkan detak jantung yang seperti lomba lari. Ele ingin menangis, menangis karena kebodohan yang dilakukannya sendiri.

Bagaimana ini? apakah Ele benar benar di pecat? kenapa? apa salah Ele? apa karena menolak membuka baju?

apakah ini benar? apakah perbuatan Salvador itu benar? dia menyuruhku membuka baju!! pria mesum sialan!!!

Aku harus bertemu dengannya sekarang juga! akan ku minta pertanggungjawaban atas semua yang terjadi padaku!

Ele Keluar dari ruangan meeting setelah membereskan segala peralatan yang dirinya punya, tanpa berlama-lama Langsung turun ke lantai bawah menggunakan lift. Kepala Ele rasanya berdenyut-denyut, merasa bahwa ini bukan kenyataan.

Saat sudah sampai di bawah, Ele keluar dari pintu perusahaan. Namun langkahnya terhenti saat melihat Orang yang di cari Ele baru saja keluar dari mobilnya yang mewah itu.

"Marvelo!" Teriak Ele begitu saja, berjalan langkah kesal ke depan Marvel. Namun tubuh Ele di hadang oleh beberapa pengawal bertubuh besar dan wajah yang galak. "Marvel!". Teriak Ele lagi.

"Ada apa Nona Eleonore? kau punya urusan denganku?". Tanya Marvelo yang sudah melepaskan kacamata hitam dan memandang wajah Ele tanpa merasa bersalah.

"Kau.. Maksudku, Tuan Marvelo Salvador yang terhormat. Kenapa kau memecat diriku tiba tiba? apa salahku?". Tanya Ele yang berusaha berkata sopan, sebab saat ini dirinya berada di depan perusahaan dan banyak orang berlalu lalang. Ele juga takut jika ada media paparazi yang bisa saja sedang mencari berita. Jika Ele terlihat membentak seorang pengusaha tampan kaya raya dari keluarga SALVADOR! Bisa habis nama baik Ele..

"Kau tidak tau apa kesalahanmu Nona Eleonore? baiklah, karena aku berbaik hati padamu maka akan kuberitahu. Yang pertama.. kau melanggar kontrak kerjasama, yang kedua kau pergi jam kantor tanpa informasi di tanggal 15 Oktober jam 1 siang, Yang ketiga kau tidak masuk tanpa kabar pada tanggal 16 Oktober! jadi kau punya banyak kesalahan, aku sebagai pemilik baru perusahaan ini tidak menerima sedikitpun kesalahan dari karyawan ku! kau paham sampai sini?". Ele mengerjapkan matanya beberapa kali saat wajah Marvel begitu dekat di depan wajahnya. Ele memundurkan sedikit wajahnya ke belakang dan menatap kesal ke arah Marvel.

"Tuan.. tapi aku, aku juga tidak tau kemana aku saat itu. Aku.. astaga, aku bingung menjelaskannya. tapi ketiga kesalahan itu bukan aku yang melakukan!". kata Ele frustasi, karena tidak mungkin Ele bercerita bahwa dirinya bermimpi bertemu Tuan Marvelo yang mencium dirinya dengan kasar kan?.

"Baiklah Nona Eleonore, jika kau tidak bisa jelaskan. maka aku harus pergi ke dalam perusahaan baruku, kau bisa mengurus semua berkas pribadimu dan Uang pesangon akan diberikan perusahaan sore ini ke rekeningmu, dan juga beberapa bonus serta gaji bulanan. Terimakasih sudah bekerja dengan baik, Maaf karena peraturan baru membuatmu harus kehilangan pekerjaan". Setelah mengatakan itu, Marvelo memberikan senyum kecil pada Ele yang hanya bisa terdiam bodoh. Marvel langsung meninggalkan Ele begitu saja, Ele terdiam.. bukan karena merasa kalah dengan ucapan Marvelo. Namun terdiam karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini!