"Buat apa gue bohong sama lo?"
"Gue udah kenal lo belasan tahun, dan setiap kali lo bohong, ekspresi lo selalu gitu," jawab Rena dengan mencubit kedua pipi Rean.
"Emang ekspresi gue gimana?"
"Lo selalu tersenyum paksa," jawabnya lagi dengan memainkan kedua pipi itu.
"Ish, sakit, Rena!" ucap Rean menjauhkan tangan Rena agar tidak memainkan pipinya kembali. Rena hanya cemberut dan memutar bola matanya malas.
"Enggak asik lo! Cepet kasih tau gue, Rean! Apa yang lo sembunyikan dari gue?" tanya Rena dengan nada interogasi.
"Enggak ada."
"Bohong!"
"Gue engg—"
Ucapan Rean terhenti ketika Rena tiba-tiba saja memasang wajah kaget dengan mata membulat sempurna. "Jangan-jangan lo … lo … lo hamilin anak orang?! Iya, kan?! Katakan yang sebenarnya, Rean!" desak Rena.
Tiba-tiba saja satu jitakan terjun ke kepada Rena dengan sedikit kencang, gadis itu langsung memegang kepalanya dan merintih kesakitan.
"Aduh! Sakit!!"