Beberapa menit setelah Rean keluar, Rena membuka matanya dengan menguap lebar. Dia terkejut saat selemut yang ada di bahunya.
"Kenapa ada selimut? Perasaan gue …" Ucapannya terhenti dan bibirnya perlahan membentuk senyuman. Pasti Rean yang memberikan selimut ini.
Rena kembali membuka catatannya dan dia membelalakkan lebar saat melihat banyak coretan di kertas itu.
"R-e-an!!" ucapnya dengan penuh penekanan, tapi dia menghela napas untuk tetap sabar dan menahan emosinya, karena mengingat cowok itu tengah sakit.
"Gimana gue belajarnya?!" dumel Rena dengan geram.
Rena menghela napas untuk mengatur emosi, karena tak ada gunanya memarahi Rean. Toh, catatannya tak akan kembali seperti semula. Rena pun kembali belajar dengan catatan yang tidak di coret oleh Rean.
Dia mulai mengerjakan soal-soal dan menghafal rumus-rumus yang sangat sulit. Di pikirannya sekarang adalah 'kenapa dulu milih jurusan IPA kalau fisika aja remidi'