Chereads / The Cold Season / Chapter 11 - Right And Wrong 4

Chapter 11 - Right And Wrong 4

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Xiao You Ren tahu pasti akan hal itu, tapi ingin rasanya dia menyangkal dan menganggap semuanya baik-baik saja. Ketika pagi datang dia berusaha untuk terlihat seperti biasanya. Menyematkan kacamata bulatnya untuk menyembunyikan mata bengkak bekas menangis. Dia masih begitu rajin menyapa orang-orang yang ditemuinya, meskipun hanya sekilas.

Di lorong kantor dia berpapasan dengan Zheng Liam dan bertindak seperti biasanya. Namun, laki-laki itu hanya menampilkan senyuman canggung yang menggangu Xiao You Ren. Menyebabkan penyesalan itu kembali dengan cepat. Seharusnya Xiao You Ren tidak pernah mengatakan perasaannya jika seperti ini akhirnya. Dia tidak ingin hubungan mereka merenggang hanya karena perasaannya.

Helaan napas beratnya menyertai setiap aktivitasnya, bahkan sebelum duduk dan berhadapan dengan komputernya. Karyawan yang duduk di dekatnya sampai menoleh ke arahnya dan memberikan tatapan aneh.

"Ada apa, You Ren? Tidak biasanya kamu ogah-ogahan bekerja, apa semalam kamu mabuk?" Wang Ran menatap lamat-lamat pada rekan kerjanya tersebut. Bingung. Selama bekerja di sini, Xiao You Ren tidak pernah bertindak seperti saat ini. Laki-laki yang lebih muda dari Zhuo Cheng itu selalu terlihat senang dan bersemangat ketika berhadapan dengan desain mendesain.

Xiao You Ren menggelengkan kepala dan tersenyum kecil, lalu menjawab, "Tidak ada apa-apa, hanya kurang tidur saja."

Wang Ran menggelengkan kepala dan tersenyum simpul. "Jangan terlalu memaksakan diri, You Ren."

Mereka kembali tenggelam dalam pekerjaan masing-masing, membiarkan waktu terus berjalan. Ketika jam istirahat, Xiao You Ren tidak berniat untuk pergi ke kantin. Berdiam diri di depan komputer dan melakukan beberapa pekerjaan lagi. Karyawan yang lain sudah berpencar ke luar ruangan untuk mengisi perut. Fokus Xiao You Ren sepenuhnya kepada pekerjaan, tapi suara dua orang yang tidak asing terdengar memenuhi indera pendengarannya. Dia tidak ingin menguping sehingga berencana menggunakan headset, tapi ketika namanya disebut mau tidak mau telinganya menajamkan pendengaran.

Suara itu berasal dari celah kecil di ruangan Zheng Liam. Pintunya tidak benar-benar tertutup rapat, sehingga Xiao You Ren memutuskan untuk mendekat. Mereka sedang membicarakannya. Bukan dia, tapi perasaannya.

"Kamu mempermainkannya?" pertanyaan itu berasal dari Johnny. Xiao You Ren mengenali suara laki-laki itu. Dan dia juga tahu siapa objek dalam pembicaraan kedua orang tersebut. Sayangnya jawaban dari Zheng Liam tidak bisa dengan jelas didengar oleh Xiao You Ren. Jadi, tidak bisa dipastikan bagaimana perasaan laki-laki itu yang sebenarnya.

"Sudah kuduga. Kamu memang sangat suka mempermainkan perasaan orang lain."

Hormon adrenokortikotropik dala m tubuh Xiao You Ren seolah berkembang dengan pasat. Rasa sakit dalam hatinya seperti menusuk-nusuk hingga belulang. Dia tidak bisa untuk tidak merasa sedih mendengar penuturan tersebut, meskipun bukan Zheng Liam sendiri yang mengatakannya. Tetap saja Xiao You Ren merasa dia sangat bodoh.

"Aku hanya menganggapnya sebagai adikku, tidak lebih dan tidak bisa lebih lagi dari itu."

Suara Zheng Liam mengalun lembut memasuki indera pendengaran Xiao You Ren. Sekarang dia paham, jika perasaannya benar-benar sepihak. Sejak awal dialah yang bodoh karena menganggap Zheng Liam seperti kakak laki-laki baginya, sehingga dia dengan mudah mencintai orang itu. Hanya karena sebuah alasan bodoh, dia membutuhkan kakak laki-lakinya yang dulu dan dalam Zheng Liam ditemukannya sosok itu.

Senyuman kecut bertengger manis di bibirnya. Seketika kakinya terasa kaku, dia sangat ingin berlari pergi dan kembali ke kamar pengapnya. Langkah kaki itu dipaksa bergerak menjauh, tidak ingin lagi telinganya mendengar apa pun. Dia tidak siap menghadapi sesuatu yang mungkin akan jauh lebih menyakitkan, jika terus berdiam diri di situ. Xiao You Ren tidak menangis, air matanya enggan keluar di saat seperti ini. Tidak ingin seseorang melihatnya begitu rapuh.

Ketika berada di ambang pintu, Xiao You Ren merasa dia akan kehilangan kendali dirinya. Penglihatannya mulai kabur dan semua seperti tidak berbentuk. Hanya beberapa detik dari itu dia terjatuh dan nyaris tubuhnya menabrak lantai. Seseorang yang muncul dari luar mendekapnya. Xiao You Ren tidak tahu siapa orang itu, tapi satu hal dipahaminya. Orang itu peduli padanya, ada nada khawatir yang merangkak dari suaranya dan memenuhi telinga Xiao You Ren. Sesaat setelah itu Xiao You Ren benar-benar tidak tahu apapun, kesadarannya terenggut habis.

Samar-samar dapat didengarnya suara berisik dari perdebatan orang di sekitarnya. Perlahan kelopak mata Xiao You Ren terangkat, berusaha membuka mata selebar mungkin. Cahaya terang yang memasuki retinanya sangat mengganggu sehingga tanpa sadar Xiao You Ren mengeluh dengan suara rendah. Hal itu membuat orang-orang yang ada di sekitar melihat ke arahnya.

"You Ren, sudah sadar," Wang Ran yang pertama kali bertanya. Terdengar nada khawatir dari suaranya.

Xiao You Ren sudah sepenuhnya membuka mata dan melihat ke arah satu persatu orang yang ada di sana. Kantor ini memang memiliki fasilitas ruang kesehatan untuk karyawan, juga seorang dokter dan perawat. Peracik obat dan staf kesehatan juga tersedia.

Johnny kemudian bergerak mendekatinya, berdiri di sisi ranjang yang ditempati oleh Xiao You Ren. "You Ren, apa gajimu kurang? Dokter bilang kamu kurang makan," ucap Johnny yang dihadiahi tatapan tajam dari Wang Ran dan seorang lagi, Zheng Liam. Tidak sedikit pun ada niatan Xiao You Ren untuk menjawabnya, dia lebih memilih untuk mendudukkan diri. Wang Ran membantunya.

Tatapan mata Xiao You Ren bertemu dalam satu garis lurus dengan Zheng Liam. Jelas-jelas di mata laki-laki itu ada kekhawatiran yang tidak bisa disembuhkan, meskipun dia tidak bertindak seperti dua orang lainnya. Kekesalan Xiao You Ren tentu masih ada, tapi melihat laki-laki itu ada di sini dan tampak mengkhawatirkannya, sebuah harapan kembali terbentuk.

"You Ren, kamu akan pulang?" pertanyaan Wang Ran itu memutus garis tatapan Xiao You Ren dan Zheng Liam. Xiao You Ren melihat pada Wang Ran dan menganggukkan kepala. "Apa boleh?" tanyanya. Tidak ingin munafik dengan tetap bekerja ketika tubuhnya terasa sangat lemas dan dia butuh istirahat. Sejak kemarin malam, tidak ada sedikit makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Xiao You Ren terlalu malas untuk makan dan minum seorang diri di apartemennya atau sekedar mampir ke kafe terdekat seperti biasanya.

"Tentu saja boleh, CEO justru menyarankannya," Johnny menjawab dengan pandangan ke bawah dan tangan sibuk mengetik di ponsel. "Liam, pekerjaanmu sudah selesai di sini, 'kan?" Johnny mengalihkan atensi pada laki-laki yang dipanggilnya. Zheng Liam hanya menanggapi dengan anggukan kecil. "Kalau begitu antar Xiao You Ren pulang," lanjut Johnny dengan wajah super lurus.

Xiao You Ren merasakan detak jantungnya bertambah cepat. Ingin rasanya dia menolak, tapi bibirnya kelu. Sepatah kata pun tidak ada yang bisa meluncur keluar dari bibir pucat pasinya. Sedangkan Zheng Liam, laki-laki itu kembali menganggukkan kepala.

Setelah selesai dengan barang-barangnya, Xiao You Ren segera turun ke lantai bawah. Menuju mobil Zheng Liam ditemani oleh Wang Ran. Johnny sudah kembali bekerja, membantu Wang Xian Wei. Di depan mobil yang tak asing lagi baginya, Xiao You Ren terdiam sejenak. Keraguan tampak jelas diraut wajahnya. Kepala Zheng Liam yang menyembul dari balik kaca menyadarkannya dan secara tidak langsung memaksa kakinya melangkah masuk. Wang Ran tersenyum pada dua pemuda yang sudah berada di dalam mobil, seraya mengatakan permohonan untuk kesembuhan Xiao You Ren.

Mobil itu melaju, memecah jalanan yang ramai. Sinar matahari masih tampak terik di luar sana, sebab jam masih menunjukkan angka dua. Di dalam mobil itu hanya ada keheningan, seolah dia pemuda yang duduk di kursi masing-masing dibisukan kecanggungan. Pandangan mata Xiao You Ren melirik gelisah pada panorama di luar kaca. Begitu pun Zheng Liam dengan mulutnya yang tertutup rapat, kendati suaranya sudah mencapai tenggorokan.

Ada begitu banyak hal yang ingin mereka bicarakan satu sama lain, tapi kata-kata tampaknya enggan bermain. Terlalu takut untuk mengeluarkan barang sepelan mungkin suara. Namun, satu hal yang mereka sadari. Jika kata tidak terucap, mereka akan ada di tempat yang sama. Tidak mendekat juga menjauh.

"You Ren-"

"Ge-"

Mereka saling melirik satu sama lain, lalu tersenyum canggung dan melihat ke arah berlawanan lagi. Kata-kata mereka kembali tertelan, tidak ada yang melanjutkan kalimatnya.

Helaan napas panjang diperdengarkan oleh Zheng Liam, bibirnya mulai dipaksakan untuk terbuka. "You Ren, kamu sudah baikan?" Dia yang pertama memecah hening. Tidak sanggup berlama-lama dalam kebisuan yang menyakitkan.

Xiao You Ren mengangguk dan menjawab, "Ya." Tidak memalingkan wajahnya untuk melihat Zheng Liam. Percakapan mereka berakhir di situ, terdiam beberapa saat dalam lamunan masing-masing.

"Ge …" Xiao You Ren memanggil lirih. Atensinya berpusat pada laki-laki yang duduk di sampingnya, begitupun Zheng Liam. Mereka saling menyelami kedalaman satu sama lain. "Tentang perasaanku … bisakah kita melupakannya dan kembali seperti semula." Ada harapan dalam manik mata yang terlihat sayu itu. Sungguh, Zheng Liam tidak pernah sekali pun tidak terpesona acapkali menjelajahi mata indah Xiao You Ren. Meskipun tertutup oleh kacamata bulat.

Kepala Zheng Liam bergerak kecil ke kanan lalu ke kiri, dia menggelengkan kepala. "Tidak, You Ren. Aku tidak bisa melupakannya." Suaranya terdengar sangat santai, tapi siapa yang tahu jika dia sedang berusaha menenggelamkan perasaannya yang sebenarnya. "Sejak hari itu, semua tidak sama."

Pandangan mata Xiao You Ren beralih memperhatikan jalanan di depan. Dari nada suara laki-laki di sebelahnya, Xiao You Ren tahu jika semua tidak akan baik seperti yang ada dalam pikirannya. Semua berubah dan akan memburuk, perlahan dan pasti. Xiao You Ren tidak yakin hatinya sanggup menerima kenyataan. Tangannya saling terpaut di atas pangkuan, jemarinya bergerak gelisah. Dia menahan gemuruh besar akibat detakan jantung yang menggila. "Lalu …" kata itu menggantung dengan lirih. Xiao You Ren menahan panas pada mata, berusaha melanjutkan kalimatnya dengan lantang. "Apa perasaanku menjijikkan?" pertanyaan itu mencuat begitu saja. Xiao You Ren bahkan tidak tau muncul dari mana pemikiran seperti itu, sejak menyadari perasaannya dia selalu menghindari kalimat menyakitkan tersebut. Seorang laki-laki yang mencintai laki-laki lainnya, itu menjijikkan bagi dunia.

Zheng Liam kelabakan. Hati dan pikirannya benar-benar bertolak belakang. Dia menginginkan Xiao You Ren untuk hidup bersama, membangun hubungan romantis yang akan membuat mereka hidup bahagia. Akan tetapi, Zheng Liam pun tidak siap. Satu hal yang saat ini melanglang buana dalam kepala, dia harus menjauhkan Xiao You Ren dari kehidupannya atau mereka akan sama-sama tersakiti. Takdir memang jahat.

"You Ren, dengarkan aku-"

"Apa perasaanku menjijikkan?" Dengan cepat Xiao You Ren memotong ucapan Zheng Liam. Kini matanya menatap nanar pada wajah laki-laki di sampingnya. "Aku hanya ingin mendengar jawabanmu, Ge. Akan lebih baik jika kamu tidak menyangkalnya lagi."

"Ya, itu …."

"Aku ingin turun di sini." Xiao You Ren mengangkat wajah berusaha menahan tumpahan danau dari matanya. Dia tidak akan tahan jika berlama-lama bersama Zheng Liam. Xiao You Ren ingin melarikan diri dari kenyataan yang menampar perasaan dengan telak.

"Tidak. Aku akan mengantarmu sampai apartemen," ucap Zheng Liam bersikukuh. Walau bagaimanapun dia sangat mengkhawatirkan laki-laki yang lebih muda darinya itu. Ada perasaan bersalah yang mulai menggerayangi hatinya. Tangannya hendak terulur untuk mengelus surai hitam milik Xiao You Ren, tapi segera dicegah akalnya. Jika dia melakukan hal tersebut, mungkin mereka akan kembali dekat. Xiao You Ren tidak akan sesedih saat ini, begitupun hatinya yang tidak akan menanamkan rasa bersalah. Namun, semua itu sia-sia. Zheng Liam tahu dirinya teramat pengecut untuk mempertahankan Xiao You Ren dan mengatakan perasaan yang sesungguhnya.

"Ge …" lagi-lagi Xiao You Ren berucap lirih. "Kumohon, biarkan aku turun di sini. Aku," air matanya tumpah. Xiao You Ren tidak sanggup lagi membohongi diri dengan berpura baik-baik saja. Kedua tangannya segera ditarik menutupi wajah dan mengusap anak sungai di pipinya.

Hati Zheng Liam mencelos. Tidak ada yang sanggup dilakukan selain menepikan mobilnya tepat di depan super market, jaraknya terbilang masih jauh dari apartemen Xiao You Ren. Mereka diam cukup lama. Saling menyelami pikiran masing-masing. Tak lama, Xiao You Ren menghentikan tangisnya dan mengusap wajah dengan lengan jas. Dia berusaha bersikap seperti biasa dan menenangkan hatinya sebelum keluar. Xiao You Ren membungkukkan badan, mengucapkan terima kasih pada Zheng Liam yang masih bergeming di dalam mobil. Tidak menunggu respon dari laki-laki itu, Xiao You Ren segera menyeret langkahnya menjauh, lalu memesan sebuah taksi online.

Zheng Liam hanya bisa memantau laki-laki itu dari balik kaca mobilnya. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Dia sudah menghancurkan Xiao You Ren, seseorang yang dicintainya bahkan jika mereka sesama laki-laki.

.

Dengan gamang Xiao You Ren memasuki kamar apartemennya. Tidak biasa baginya untuk pulang pada jam segini. Sehingga dia hanya bisa termenung di balik pintunya, bersandar dengan tangan yang gemetaran. Seekor kucing mendekatinya dan mengeong manja. Tubuh berbulu itu menggesek kakinya, membuat Xiao You Ren tersenyum tipis.

"Kamu menungguku, Lie," begitu sapa Xiao You Ren pada kucing gemuknya, Lie. Dia segera berjongkok dan meraup tubuh berbulu putih itu. Perlahan mata Xiao You Ren berkaca-kaca, ingatannya kembali pada saat-saat yang telah berlalu. Begitu cepat cinta mengubah segalanya. Kebahagiaan menjadi kedukaan. Senyum menjadi tangis. Air matanya terus bergulir untuk waktu yang lama.

Kucing itu seakan mengerti perasaan Xiao You Ren, dia terus mengeong lembut seraya sesekali menjilati Xiao You Ren.

"Lie, apa kamu juga merasakannya? Betapa sakitnya jatuh, padahal kau selalu meyakinkan diriku untuk tidak jatuh cinta. Karena cinta itu membuat orang gila."

Kucing itu menanggapi perkataan Xiao You Ren dengan menggesekkan tubuhnya pada perpotongan leher Xiao You Ren.

Bersambung ....