"Liam Ge, sepertinya aku menyukaimu."
Tidak ada hal yang lebih ditakuti oleh Zheng Liam selain dari Xiao You Ren mengatakan kalimat itu. Selama ini dia selalu berusaha untuk menutupi perasaannya pada laki-laki itu, menyembunyikan betapa dia tertarik dan ingin menjadi seseorang yang bisa membahagiakannya. Sayangnya, hal itu tidak bisa berjalan dengan mulus. Sejak awal Zheng Liam sudah tahu jika perasaannya adalah kesalahan. Dia tidak bisa untuk mencintai orang lain.
Zheng Liam sangat takut jika setelah pernyataan Xiao You Ren barusan, dia tidak bisa menahan buncahan perasaannya. Sehingga dia memutuskan untuk mengajak Xiao You Ren berkumpul kembali dengan teman-teman mereka dan tidak menanggapi sedikit pun kalimat laki-laki itu.
Mereka duduk bersebelahan, karena tempat yang sebelumnya sudah dipakai oleh karyawan lainnya yang asyik berbincang satu sama lain. Beberapa saat suasana canggung melingkupi mereka berdua, hingga dering telepon Zheng Liam mengalihkan perhatian Xiao You Ren. Laki-laki itu kemudian pamit ke luar untuk mengangkat panggilan tersebut. Ekor mata Xiao You Ren terus mengikuti gerak-gerik Zheng Liam. Perasaannya menjadi tidak karuan, antara menyesal dan lega kini seperti menyatu.
Rasa sedih mulai menyeruak di hatinya ketika mendapati reaksi seniornya yang terdiam, tidak menanggapi apa pun mengenai pernyataannya. Raut wajah Xiao You Ren sudah sangat memperlihatkan bahwa suasana hatinya sedang buruk.
"You Ren, ada apa?" Zhao Yuzi menghampiri Xiao You Ren, yang masih setia menatap sendu pada sosok di luar.
Meskipun Zhao Yuzi memiliki sifat menyebalkan, tapi gadis itu cukup peka dan punya kepedulian tinggi terhadap orang-orang dekatnya. Dia memperhatikan wajah Xiao You Ren dan kembali berkata dengan pertanyaan, "Apa kamu benar-benar menyukai Sir Liam?"
Xiao You Ren mengangguk kecil dan memalingkan wajah pada Zhao Yuzi.
"Lalu, kamu sudah menyatakannya?" Itu hanya tebakannya saja, tapi di luar dugaannya. Xiao You Ren mengangguk. "Ya. Dia tidak menjawab apa pun."
Zhao Yuzi hanya mampu memberikan tepukan kecil pada pundak sahabatnya itu. Menyalurkan sedikit-banyak semangat. "Tidak apa. Semua butuh waktu dan kalau nanti dia menolakmu, masih ada aku." Senyumannya terlihat tulus dan itu menenangkan hati Xiao You Ren. "Kita bisa menjomlo bareng dan membahas tentang novel boys love favoritku," lanjut gadis itu antusias. Tawa ringannya mengalun merdu memenuhi telinga Xiao You Ren.
Tak lama kemudian Zheng Liam kembali dari luar. Namun, dengan segera dia menyambar jaketnya di kursi dan berpamitan pada semua orang. Katanya dia memiliki masalah yang harus segera diselesaikan. Sebelum benar-benar pergi, Zheng Liam menyempatkan diri untuk mendekati Xiao You Ren dan tersenyum kecil pada laki-laki itu. "You Ren, maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang." Ada nada bersalah terdengar pada suaranya. Tentu saja, Zheng Liam merasa sangat menyesal karena tidak bisa mengantar Xiao You Ren, padahal dia sangat ingin melakukannya.
Anggukan kecil terlihat di kepala Xiao You Ren. "Tidak masalah, Ge." Hal itu membuat Zheng Liam semakin tersenyum lebar, meskipun masih terlihat raut canggung yang menjurus rasa bersalah.
Pada akhirnya Zheng Liam benar-benar pergi. Ada sedikit sisi hati Xiao You Ren yang merasa tidak rela, dia menginginkan jawaban pasti dari laki-laki itu. Mengenai perasaan lancangnya. "Akan lebih baik jika kamu langsung menolakku, Ge." Monolognya sendu pada diri sendiri. Zhao Yuzi yang berada di sampingnya saja tidak mendengar gumaman itu.
Tak lama setelah kepergian Zheng Liam, kegiatan mereka pun selesai. Satu persatu karyawan mulai meninggalkan tempat, setelah pamit pada Wang Xian Wei. Xiao You Ren pun melakukan hal yang sama. Dia mendekati Wang Xian Wei dan Johnny yang masih bergulat dengan gelas wine di tangan mereka, ditemani beberapa karyawan yang masih betah.
Xiao You Ren menyampaikan maksudnya untuk pulang lebih awal.
"Kamu pulang naik apa, You Ren? Aku bisa mengantarmu setelah ini." Johnny memperhatikan raut wajah Xiao You Ren yang terlihat seperti sedang tidak baik-baik saja. Dengan segera Xiao You Ren menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran Johnny. "Tidak perlu, Phi. Aku akan pulang menggunakan taksi online." Xiao You Ren memaksakan bibirnya untuk menyunggingkan senyum. Meskipun palsu, setidaknya bisa meyakinkan orang-orang yang melihat. Johnny kemudian menganggukkan kepala dan mempersilakan Xiao You Ren untuk pulang lebih dulu, begitupun dengan yang lainnya. Hanya Wang Xian Wei yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Alih-alih memesan taksi online seperti yang dikatakannya pada Johnny tadi. Xiao You Ren justru memilih berjalan kaki di sepanjang tepian trotoar jalan. Langkahnya pelan dengan wajah menunduk, menatap tapak demi tapak yang dijejakinya. Senyum miris kemudian terbit di wajah lesunya. Lagi-lagi dia tidak beruntung tentang cinta. Seakan-akan dunia memang bukan tempatnya memadu kasih dengan seseorang. Untuk kedua kalinya dalam hidup, Xiao You Ren mengalami ketidakberuntungan.
Malam sudah benar-benar larut, jalanan lengang hanya dilalui satu-dua kendaraan. Akan tetapi, langit terlihat padat. Bintang bertaburan mengelilingi bulan dalam bentuk sabitnya yang terlihat tersenyum. Senyum yang mengejek Xiao You Ren, itu semakin membuatnya merasa rendah. Angin berembus yang menyapa anak rambutnya seakan mengajaknya untuk menangis, meneteskan air mata seperti seorang anak kecil. Dia mendongakkan kepalanya, untuk mencegah luapan air di mata. "Aku takut," ucapnya lirih. "Takut jika Liam Ge akan menjauhiku. Aku tidak mau sendirian lagi."
Cahaya dari lampu mobil menyorot padanya dari belakang. Hal itu sontak membuat Xiao You Ren merasa waspada, dia membalikkan badannya dan melihat pada mobil itu. Terasa familier dalam ingatannya, tapi dia tidak benar-benar tahu itu mobil milik siapa. Ketika mobil itu sampai dan berhenti tepat di sisinya. Kaca mobil diturunkan dan menampilkan wajah tampan yang terlihat dingin.
Wang Xian Wei tidak memberikan senyuman ataupun sapaan. Dia langsung mengeluarkan suara yang mendominasi. "Masuklah!" perintahnya mutlak. Xiao You Ren bahkan tidak bisa untuk menolaknya. Dengan langkah kaku dia memasuki mobil itu dan duduk di sebelah Wang Xian Wei. Tidak ada sedikit saja penolakan darinya.
"Di mana tempat tinggalmu?" Wang Xian Wei bertanya lagi. Masih dengan nada dingin dan acuh tak acuh, tapi siapa sangka jika dia merasa prihatin pada laki-laki itu.
Dengan gugup Xiao You Ren mengatakan alamat apartemennya. Ini adalah kali kedua orang lain mengantarnya pulang. Biasanya selalu Zheng Liam atau dia akan menaiki taksi online maupun angkutan umum seperti bus. Suasana canggung yang sunyi itu terasa mencekik mereka berdua. Jika bersama Zheng Liam, Xiao You Ren akan memulai cerita tentang apa pun yang ingin dia katakan. Laki-laki You Reng itupun akan melakukan hal yang sama. Mereka tidak akan membiarkan suasana seperti ini diam di tengah-tengah mereka dalam waktu lama. Memikirkan tentang hal itu, Xiao You Ren kembali mengingat kejadian saat di restoran. Tanpa sadar dia menghela napas panjang. Membuat Wang Xian Wei melirik sekilas padanya.
"Ada masalah?"
Pertanyaan itu mengejutkan Xiao You Ren. Membawa paksa dirinya pada kenyataan. Dia mengalihkan atensinya pada laki-laki yang ada di sampingnya dan menggelengkan kepala. "Tidak ada, Sir."
Wang Xian Wei mengangguk kecil, tidak ingin memaksa Xiao You Ren untuk bercerita.
"Sir," Xiao You Ren memanggil dengan nada rendah, wajahnya tertunduk menatap lututnya. Kendati demikian, masih bisa didengar oleh Wang Xian Wei. Laki-laki itu melirik Xiao You Ren dari kaca dengan tatapan bertanya.
"Mengapa Anda mau mengantar saya?" pertanyaan itu sebenarnya ingin dikeluarkan dari mulut sejak tadi, tapi keberaniannya benar-benar kosong.
"Hanya ingin memastikan. Kamu baik-baik saja, 'kan?" Salah satu alis Wang Xian Wei terangkat. Melihat tingkah Xiao You Ren seperti takut dan segan padanya, membuat Wang Xian Wei ingin tertawa geli. Memikirkan betapa menakutkannya dia di pandangan orang-orang. Xiao You Ren bukanlah yang pertama berlaku seperti ini, sudah banyak yang bahkan sangat enggan untuk dekat dengannya. Apa yang menakutkan? Pertanyaan itu selalu ingin dikatakan pada orang-orang.
Setelah cukup lama mengenal Wang Xian Wei sebagai atasannya, baru kali ini Xiao You Ren berani menatap pada manik laki-laki itu. Walau hanya lewat kaca, tapi dia merasa sedikit tenang. Seperti ada kesamaan di antara mereka. Bibirnya kelu, dia tidak mampu menjawab apa pun selain mengangguk dan menampilkan senyuman yang terlihat baik-baik saja.
Wang Xian Wei sangat mengetahui maksud lain dari senyuman itu. Tidak ada yang baik-baik saja.
.
.
.
Bersambung ....