Nafasku terengah-engah…kaki ku mulai berat…namun 2 raksasa ini terus menyerang, aku hanya dapat menghindar dan menunggu kesempatan untuk menyerang…sesekali ku tebas kaki mereka, namun sama sekali tidak menyebabkan luka yang fatal. Daging mereka sungguh tebal dan cukup keras. Katana ku tidak dapat menembus daging mereka. Apa yang harus ku lakukan…pergerakan ku mulai melambat…tubuh ku terasa berat…rasanya aku dapat pingsan seketika jika aku memaksakan diri. Namun aku tidak akan menyerah…jika aku melarikan diri, ke-2 raksasa ini akan segera menuju Desa Ruin dan nyawa para penduduk berada dalam bahaya.
Sekarang atau tidak sama sekali…aku akan memfokuskan semua energi ku ke dalam satu serangan. Ini adalah resiko yang sangat besar…jika aku gagal, maka aku akan mati…dan nyawa para penduduk berada dalam bahaya, namun jika aku hanya menunggu kesempatan terus menerus…maka tenaga ku akan habis dan aku tidak dapat melawan mereka. Sekarang aku berada dalam situasi yang rumit, semua yang ku lakukan dapat berakibat fatal…untuk diriku dan juga penduduk. Maka dari itu, aku akan bertaruh kepada serangan terakhir ku ini.
Aku memfokuskan kuda-kuda ku, mengalirkan hampir seluruh energi dalam tubuh ke genggaman ku dan juga katana…serta menyisakan sedikit energi di kaki, agar aku dapat menerjang langsung. Ini adalah Teknik seseorang yang telah menghabisi Monster Rank A dalam 2 serangan…Ya, orang itu adalah Yuna…aku akan meminjam teknik nya.
Kedua raksasa itu berlari kearah ku…mereka tampak sangat marah…mungkin karena daritadi mereka tidak dapat menyentuh ku. Aku pun memfokuskan pandangan ku arah mereka…dan menyerang sambil berteriak :
"HEARTTTTTT PIERCINGGGGG!!!!!"
Aku melaju dengan kecepatan cahaya…menusuk dengan sangat hebat…hanya dalam waktu kurang dari 1 detik…aku berhasil melubangin serta membunuh raksasa itu. Aku kehabisan tenaga, tubuhku benar-benar mati rasa, aku bahkan tak bisa merasakan jemariku. Aku berhasil…aku berhasil membunuh mereka.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan….
"AAAAAAAAA!!!!"
Aku terkejut, seketika perasaan senang ku menghilang, raut wajah ku berubah menjadi kecemasan dan juga ketakutan…aku gagal…Satu Raksasa berhasil menghindari serangan ku, namun ia kehilangan tangan kirinya. Aku mencoba bangkit…namun sia-sia…tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan.
"SIAL…SIAL…SIAL….SIAL…SIAL…!!!!" teriakku putus asa.
Air Mata ku mengalir…aku mengigit bibirku…mengerutkan dahiku…Wajahku benar-benar menunjukkan keputusasaan. Yang ku rasakan sekarang hanyalah ketakutan.
"AKU AKAN MATI!" itulah yang terlintas dalam otakku.
Namun, tiba-tiba saja…wajah para penduduk, wajah Yujikata-san, wajah Katsuji-san, wajah Kanata dan juga wajah Kyoko melintas seperti sebuah flashback dalam pikiranku. Aku tersenyum…melihat mereka memberi ku semangat untuk tidak menyerah. Namun…tetap saja…hati dan tubuhku bertolak belakang…semangat itu masih belum cukup membuat ku kembali berdiri.
Raksasa itu mendekati ku sambil memegang bahu kirinya. Ia kemudian mengambil ku dengan tangan besarnya…mencengkeram tubuh ku dengan sangat kuat…rasa sakit yang ku terima sangat lah mengerikan…patah tulang pun belum bisa menyamai rasa sakit ku sekarang. Aku hanya dapat berteriak dan terus berteriak.
Melihat diriku yang kesakitan…Raksasa itu menyeringai seakan akan memberitahuku bahwa ia sangat menikmati momen kebersamaan ini. Tak lama kemudian…ia menghempaskan tubuh ku, aku terpental kearah bebatuan besar hingga bebatuan itu hancur. Tak ada yang dapat ku lakukan…darah mengalir dari dahiku, tangan dan kaki ku patah, katana ku juga terpental entah kemana…dada ku terasa sesak. Namun kesadaran ku masih terjaga walaupun pengheliatan ku menjadi kabur dan juga rasa sakit yang kuterima.
Raksasa itu mendekati ku lagi dan kembali menyeringai melihat keadaan ku yang sungguh babak belur. Ia tertawa dan terus tertawa…ia kembali mencengkeram ku dengan sangat kuat…kali ini aku yakin aku akan kehilangan kesadaran ku. Benar saja…tak lama setelah itu aku kehilangan kesadaran.
"Apa aku sudah mati?" tanyaku kepada diri sendiri
Aku berada ditempat yang seluruh nya berwarna hitam, dari ujung mataku memandang aku sama sekali tak melihat apapun selain kegelapan.
"Ya…seperti aku sudah mati" ucap ku tersenyum.
"Kau Belum Mati…dasar Bodoh" tiba-tiba terdengar suara
"SIAPA ITUUU…!!!" teriakku
"Aku? Untuk apa kau menanyai aku siapa…hahaha" ia membalasku dan tertawa
Aku hanya terdiam…
"Ini adalah alam bawah sadar mu…Tempat yang tercipta dari rasa bersalah mu dan juga kebencian terhadap dirimu sendiri" lanjut dia
"Apa maksudmu…apa yang kau bicarakan haaaah" balas ku marah
"Dengar…aku akan mengambil alih tubuh mu untuk mengalahkan Raksasa Lemah itu…oleh karena itu tidurlah…" ucap dia
Seketika, aku menjadi sangat mengantuk dan kemudian tertidur. Tubuhku telah diambil alih oleh seseorang dibalik suara itu. Tak beberapa lama setelah itu, aku terbangun��bukan di alam bawah sadar…lebih tepatnya aku mendapatkan kesadaran ku kembali. Semua luka ku sembuh…bahkan tidak ada sedikitpun goresan yang terlihat. Aku berdiri dan melihat sekeliling ku, aku masih di padang rumput luas namun aku sedikit berpindah dari bebatuan yang hancur itu.
"Apa yang telah terjadi?" ucap ku
Aku kemudian menelusuri sekitar ku…dan bertanya-tanya dimana raksasa itu pergi. Aku kemudian melihat sesuatu, tampak seperti batu besar…aku mendekatinya. Aku kemudian mencoba melihat dari depan "sesuatu itu". Aku sungguh terkejut…ternyata itu adalah Sebuah Kepala…ya…Kepala Raksasa itu. Kemudian aku merasakan sesuatu dibelakang ku…dari dalam hutan. Aku pergi untuk melihatnya…dan aku kembali terkejut…itu adalah tubuh raksasa itu…tubuhnya terbelah belah menjadi beberapa bagian, dan juga terdapat katana yang tertancap di tanah.
Aku kemudian mengambil katana itu, ternyata itu adalah katana ku. Aku menjadi semakin bingung…sebenarnya apa yang telah terjadi…aku sama sekali tidak mengingat kejadian setelah aku kehilangan kesadaran. Aku benar-benar bingung.
Aku kemudian mengumpulkan barang yang dapat dijual atau digunakan dari para Monster-monster itu, Padang rumput ini telah berubah warna, yang sebelumnya hijau, kini telah dihiasi oleh tumpahan darah.
Beberapa menit kemudian, aku pun memutuskan untuk pergi…menuju Desa Ruin.