Chereads / Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam / Chapter 9 - Sebuah Momen Spesial Berdua Malam itu

Chapter 9 - Sebuah Momen Spesial Berdua Malam itu

Namun Teddy tertawa setelah itu, "Oh, kamu mengatakan kepadaku bahwa kamu sedang jatuh cinta padaku sekarang? Dina Baskoro, apa tujuanmu sebenarnya, kamu katakan saja padaku sekarang, kamu tidak perlu menjadi palsu seperti ini."

Di dunia ini tidak ada yang mengenal Dina lebih baik daripada Teddy Permana. Teddy Permana tahu segalanya tentang kepribadiannya, apa yang dia suka, dan apa yang dia benci. Tentu saja, Dina juga tahu dengan jelas bahwa orang yang paling menyebalkan adalah dirinya sendiri, jadi bagaimana Teddy bisa percaya alasan seperti itu?

Yang Teddy tidak tahu sebenarnya Dina Baskoro yang dikenalnya di masa lalu sudah mati, dan Dina Baskoro yang sekarang ingin menebus semua kesalahan yang dulu dia lakukan.

"Teddy Permana, terserah kamu percaya atau tidak, tapi aku benar-benar tidak berpura-pura." Dina Baskoro memandang Teddy Permana dengan tulus, berharap dia bisa mencoba untuk percaya padanya.

Udara malam itu seperti berhenti berputar diantara mereka.

Tatapan Teddy Permana sedikit menyipit saat menatap Dina dan pada akhirnya tiba-tiba menjawab, "Benarkah? Jangan salahkan aku kalau begitu."

Mendengar jawaban itu, Dina Baskoro tidak bereaksi dan tiba-tiba dia dipeluk di dengan cukup kuat.

Teddy Permana menggendong Dina Baskoro dan menuju ke kamar, lalu melemparkannya ke atas tempat tidur besar.

"Ah..!"

Semuanya terjadi begitu cepat, Dina Baskoro bahkan tidak sempat melihat dengan jelas dia sedang dimana, tiba-tiba saja Dina merasa kehangatan menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Dina Baskoro, ingat. Kamu yang memintanya."

Suara pelan itu terdengar di telinga Dina, dan merasa kana ada sentuhan tangan di bagian tubuhnya mulai meraba-raba begitu saja.

Dina juga merasakan sentuhan bibir yang hangat di telinganya, perlahan bergerak ke berbagai bagian tubuhnya. Dina Baskoro bisa merasakan bahwa itu bukan seperti ciuman yang lembut dan penuh kasih sayang, tapi sebaliknya, seperti nafsu dengan agresivitas yang kuat.

Aroma cologne pria tercium di tubuhnya, dan gerakannya sedikit tidak sabar dan liar. Selain itu, ada rasa intimidasi yang sedikit sombong.

Dina Baskoro merasa sedikit panik tentang hal semacam ini di dalam hatinya, melihat Teddy kasar seperti itu membuatnya merasa hancur karena kesakitan.

Teddy Permana juga tidak sopan, tangannya kasar, seolah-olah sedang memberikan hukuman yang kejam padanya dan seperti ingin Dina tahu konsekuensi dari tindakannya karena telah mendekatinya.

Tapi Dina Baskoro tidak mengelak. Dina mencoba aktif juga, mengulurkan tangannya dan meraih leher Teddy.

Tidak masalah. Selama Teddy mau, Dina akan mencoba menahan rasa sakitnya.

Teddy Permana tiba-tiba terkejut, apakah Dina juga menginginkannya? Dina tidak melawan sama sekali.

Pada malam pertunangan mereka, Dina Baskoro masih menangis dan berteriak bahwa dia akan membenci Teddy, tetapi hari itu, Dina benar-benar mulai melayani Teddy selayaknya seorang suami.

Apa yang membuat Dina seperti ini?

Memikirkan hal itu, Teddy Permana tiba-tiba kehilangan minatnya. Jadi dia berdiri, lalu berbalik dan mengancingkan kemejanya.

Dina Baskoro masih terengah-engah dan menghela nafas lega, tetapi pada saat yang sama, Dina merasa sedikit tersesat di dalam hatinya.

Tentu saja Dina bersedia memberikan seluruh hatinya kepada Teddy Permana, tetapi tidak dalam kondisi yang buruk.

Setelah menenangkan diri beberapa saat, Teddy Permana sadar yang dilakukannya barusan memang agak kasar, jadi dia sedikit menoleh berkata dengan pelan, "Maaf" dan kemudian melangkah keluar pintu.

"Mau pergi kemana?" Dina Baskoro mengira Teddy akan pergi lagi dan buru-buru memegang sudut bajunya, "Jangan pergi."

Teddy Permana hanya menjawab dengan santai, "Mandi."

Melihat bahwa Teddy tidak bermaksud pergi, Dina Baskoro merasa sangat lega, Dina Baskoro menghela nafas lega setelah mendengar suara pancuran dari dalam kamar mandi.

Setelah setengah jam.

Pintu kamar mandi terbuka, lalu Dina Baskoro mengangkat kepalanya, melihat ke arah kamar mandi dan terperangah.

Yang dia lihat di depan matanya adalah tubuh seorang pria yang sempurna dan menarik, dengan kulit yang cerah dan sehat, otot perut sixpack dan handuk mandi dikencangkan di pinggang untuk menutupi bagian vitalnya. Dan masih ada beberapa tetes air di perut bagian bawahnya, terlihat sangat seksi.

Dina Baskoro bisa melihat setiap lekuk tubuh pria didepannya sangat sempurna, ditambah dengan wajah yang tampan dan indah, penuh dengan aura maskulin yang tinggi, tidak kalah dari model pria top yang diakui dunia.

Teddy tidak menyadari Dina Baskoro sedang menatapnya dengan terpesona.

Teddy Permana mengelap rambutnya yang basah dengan santai, lalu merasakan sebuah tatapan yang tak bisa dijelaskan, Teddy lalu menoleh dan melihat Dina Baskoro seperti seekor serigala betina, yang siap menerkamnya.

Teddy Permana lalu berkata dengan tenang, "Cepat kamu juga mandi." Dina Baskoro yang sedang melamun tiba-tiba terkejut dan tersipu malu. Lalu langsung lari ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian.

Ketika Dina Baskoro selesai mandi, dia merasakan hembusan angin sejuk. Memalingkan kepalanya, dan melihat Teddy Permana telah mengenakan piyama tidurnya, dia sedang duduk di dekat jendela di lantai, memegang segelas anggur merah di tangannya, sesekali meminumnya.

Melihat sosoknya dari jauh yang terlihat cuek dan sombong, Dina juga merasakan hawa kesepian dalam dirinya yang tak bisa dijelaskan.

Dina Baskoro lalu tiba-tiba berlari ke dekatnya dan memeluknya. Teddy merasakan tangan yang melingkari tubuhnya dari belakang, merasakan hembusan nafas Dina Baskoro.

Dina tiba-tiba teringat bahwa dia selalu menghindarinya dalam kehidupan sebelumnya, sehingga dia tidak pernah memandang Teddy dengan serius, walaupun hanya sekilas.

Tetapi kenyataannya, Dina selalu tahu bahwa Teddy Permana pada dasarnya sendirian kecuali dengan beberapa teman.

Teddy begitu kuat sehingga mampu membawa seluruh perusahaan sendirian dan menghadapi semua masalah sendirian. Dan satu-satunya orang yang Teddy pedulikan adalah Dina sendiri, seorang wanita yang pernah sangat membencinya dan mencoba segala cara untuk membuatnya pergi.

Memikirkan hal itu, Dina Baskoro merasa sangat bersalah dan ingin mati saja.

Teddy Permana memalingkan kepalanya dan melihat rambut basah Dina Baskoro di punggungnya, dengan ekspresi yang muram di wajahnya.

Teddy Permana tidak bisa menahan rasa khawatirnya saat melihat wajah Dina, lalu mengusap rambutnya yang basah, "Ayo keringkan dulu rambutmu, nanti masuk angin."

Dina Baskoro menggelengkan kepalanya, menatapnya dengan manja. Lalu wajah Dina memerah dan berkata dengan nada sedikit centil. "Aku ingin kamu membantuku mengeringkannya, oke?"

Gestur lembut Teddy Permana ini tidak pernah terlihat sebelumnya. Teddy mengangguk, "Baiklah, duduk di sofa.

Dina Baskoro tiba-tiba tersenyum kekanak-kanakan, lalu dengan cepat ​​duduk di sofa berwarna cokelat tua di samping jendela.

Beberapa saat kemudian, Teddy Permana mengeluarkan pengering rambut dan berjalan mendekati Dina Baskoro yang duduk di sofa.

Karena kurang pengalaman, Teddy Permana menggunakan pengering rambut itu dengan sangat hati-hati, jari-jarinya yang ramping memegang rambut Dina yang lembut dan basah. Teddy takut akan menyakiti Dina, jadi dia bergerak sepelan mungkin.

Dengan angin hangat yang bertiup dari pengering rambut, Dina Baskoro memejamkan mata dan menikmati momen itu. Setelah beberapa saat kemudian selesai dan Teddy Permana menaruh pengering rambut di meja dan menyadari ternyata Dina Baskoro sudah tertidur di sofa.

Lalu Teddy Permana dengan pelan menggendongnya dari sofa ke tempat tidur dan menaruh selimut di atas badannya.

Melihat wajah Dina yang sedang tertidur nyenyak, dengan kulit selembut kulit bayi, wajahnya yang cantik dan halus, serta penampilannya yang berperilaku baik membuatnya merasa nyaman.