Matahari sangat terik siang itu.
Ketika Rolls-Royce hitam berhenti, Dina Baskoro sudah tidak sabar untuk turun dari mobil.
Dia membawa pria itu ke restoran terdekat.
Ini adalah salah satu restoran makanan Jepang yang pernah Dina datangi, meskipun Dina hanya berkunjung sekali waktu itu, tapi Dina masih ingat bahwa hidangan di restoran ini sangat otentik dan hidangan lokalnya juga cukup menarik.
Ketika pelayan mendatangi meja mereka, Dina Baskoro menyerahkan menu kepada Teddy Permana, yang duduk di seberangnya, "Kamu pesan duluan, pilih saja dulu"
Teddy Permana tidak menolak, dia memilih sekitar tujuh atau delapan hidangan yang ada di menu.
Hidangan yang dipesan datang dengan cepat, dan tidak butuh waktu lama sebelum semuanya siap, dan ada di meja, membuat meja itu penuh.
Dina Baskoro mengambil sumpit dan ingin mulai mencicipi hidangan yang ada, tetapi belum sempat bergerak untuk mengambil makanan itu, Dina tercengang. Semua hidangan yang ada di meja itu adalah favoritnya!
Dina tidak bisa menahan getaran di hatinya, ada rasa bahagia yang membuat matanya hampir menangis.
Dina bahkan tidak bisa mengingat makanan apa yang suka dia makan dulu, tapi Teddy Permana mengingat semuanya.
Dan Dina sama sekali tidak tahu apa makanan kesukaan Teddy! Dina benar-benar ingin menampar dirinya sendiri saat itu.
Melihat Dina diam saja, Teddy Permana mengambil sumpitnya dan mulai mencicipi hidangan yang ada di meja, lalu bertanya, "Kenapa kamu tidak makan? Tidak nafsu makan?"
Dina Baskoro mendengus , dan balas berbisik, "Tidak, ini enak kok."
Dina segera makan, tapi menatap lagi pria yang duduk di seberangnya dengan gelisah.
Setelah beberapa saat, Teddy Permana tahu Dina sedang menatapnya, membuatnya tidak nyaman. Lalu Teddy meletakkan sumpitnya dan bertanya dengan cemberut, "Katakanlah, apa yang ingin kamu lakukan? Aku rasa dengan sikap kerasku tidak berhasil, jadi aku harus bersikap lembut, benarkah?"
Dina Baskoro merasa dipertanyakan. Tapi Teddy tahu apa yang dia suka makan...
Tapi Dina tidak mengatakan itu. Bagaimanapun juga semua alasannya adalah dia terlalu terkutuk. Bahkan jika Dina menjelaskan yang sebenarnya, Teddy tidak akan percaya, kan?
Dina Baskoro tidak menjawab, tetapi mengganti topik pembicaraan, dan berkata dengan tenang, "Aku akan kembali ke Bogor untuk tidur malam ini, apakah kamu... Apakah kamu ingin ikut denganku?" Sekarang giliran Teddy Permana yang terpana, jelas tidak mengharapkan Dina akan mengucapkan itu.
Menurut pemahaman Teddy tentang Dina Baskoro, Dina harusnya tidak kembali kesana, bahkan untuk selamanya? Tapi sekarang Dina mencoba kembali ke Bogor dan terang-terangan mengajaknya?
Teddy Permana berpikir sejenak, dan akhirnya memutuskan bahwa tidak setuju karena alasan yang tidak jelas.
Tiba-tiba, Teddy berdiri dan berkata dengan nada yang dingin, "Tidak peduli ide apa yang kamu buat, kamu tidak akan berhasil! Karena aku tidak akan setuju!"
Setelah mengatakan itu, Teddy berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
Dina Baskoro diam saja, hanya menghela napas dan berpikir sepertinya Teddy masih terlalu cemas, memang masalah ini agak mendadak, jadi harus dilakukan pelan-pelan dan secara bertahap.
Setelah makan malam, Dina merasa sangat bahagia.
Setelah mati dan kembali hidup lagi, rasanya seperti ada yang aneh, sudah mati tetapi segala sesuatu di masa lalu terasa masih hidup.
Setelah memasuki rumah, Dina tersenyum dan mengangguk pada pembantu rumah tangga, Mbak Tiwi.
Mbak Tiwi berdiri cukup lama di tempat setelah melihat orang yang masuk kedalam rumah.
Dina Baskoro menyadari tatapan terkejut Tiwi, lalu tersenyum dan naik ke atas tanpa mengatakan apapun.
Setelah membuka pintu kamar tidur, Dina Baskoro melihat susunan dan letak perabotan yang dikenalnya, dan tiba-tiba merasa hangat di hatinya.
Semua susunan perabotan itu sesuai dengan preferensinya, yang hampir meniru semua yang dia miliki di kamar tidurnya di rumah dulu.
Tak perlu dipikirkan lagi, Teddy Permana juga menghabiskan banyak waktu memikirkan bagaimana untuk mendekorasi kamar itu. Namun, dekorasinya seperti apa, Dina juga tidak tahu.
Saat Dina Baskoro ingat tentang hal itu, telepon genggamnya berbunyi. Melihat di layar telepon, nomor peneleponnya adalah Renata Sanjaya.
Dina mengangkat telepon, dan suara lembut dan menawan datang dari ujung telepon disana, "Dina, di mana kamu sekarang?"
Dina langsung menjawab, "Di Bogor." Renata Sanjaya terdiam selama beberapa saat, dan ketika dia berbicara lagi, suaranya terdengar emosi, "Kenapa kamu kembali ke sana? Dina, aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu pikirkan!"
Dina Baskoro mencibir, tapi masih menjawab dengan nada tenang, "Ini adalah tempat pernikahanku, tentu saja aku ingin kembali. Jika aku ingin kembali, aku akan kembali. Memangnya kamu ada masalah apa kalau aku kembali kesini?" Di ujung lain telepon, tangan Renata Sanjaya yang memegang telepon tiba-tiba menegang. Renata benar-benar yakin ada yang salah dengan Dina Baskoro!
Tetapi begitu tahu Dina Baskoro kembali ke Bogor, itu berarti Dina akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk bergaul dengan Teddy Permana!
Itu adalah hal terakhir yang ingin Renata lihat, dan dia tidak akan pernah mengizinkannya!
Renata Sanjaya meringis, memegang telepon genggamnya erat-erat, dan berkata, "He he, tentu saja! Kamu salah paham padaku, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya menelepon untuk memberitahumu bahwa akan ada reuni kelas besok, dan Budi Gumelar juga akan hadir. Aku akan hadir juga, jadi aku menelponmu untuk memberitahu itu!"
Dina Baskoro tidak bisa menahan diri ketika dia mendengar kata-kata itu, diam-diam mengatakan bahwa Renata Sanjaya benar-benar tidak bisa duduk diam.
Jika Dina ingat dengan benar, di kehidupan sebelumnya, Dina minum anggur selama acara reuni kelas yang dirancang oleh Renata Sanjaya, lalu Dina tidak tahu apa yang terjadi karena mabuk, jadi dia pergi ke kamar hotel bersama Budi Gumelar, dan kebetulan Teddy Permana tahu dan terjadi keributan.
Apalagi karena kejadian itu, keluarga nya dan keluarga Teddy Permana sempat cekcok, tapi akhirnya bisa ditekan oleh para tetua.
Ha ha ha...
Dina Baskoro tertawa di dalam hatinya.
Apakah Renata Sanjaya ingin mengulangi trik yang sama? Dia tidak tahu bahwa Dina Baskoro yang dulu mematuhinya, sudah mati.
Karena Renata Sanjaya ingin bermain, Dina akan mengikuti permainan itu sampai akhir.
Sore keesokan harinya, Dina Baskoro membuka lemari baju, berencana memilih gaun yang cocok untuk menghadiri acara reuni teman sekelas.
Dina merasa tidak masalah jika memang tidak ada gaun yang cocok, tapi Dina tercengang begitu pintu lemari terbuka, semua jenis pakaian tersedia di dalam situ.
Lemari itu penuh, semua pakaian disitu adalah pakaian kualitas tinggi yang dikirim dari luar negeri. Di kehidupan masa lalunya, pakaian ini semua memang disiapkan oleh Teddy Permana yang meminta perancang untuk membuatnya, tetapi Dina tidak pernah tahu bagaimana baju itu akan cocok untuknya saat di kehidupan sebelumnya, dan Dina merasa tidak perlu repot-repot untuk melihatnya.
Tapi sekarang, Dina tahu bahwa semua pakaian itu sangat sesuai dengan seleranya, dan semuanya adalah style yang dia suka.
Lalu terdengar suara ketukan di pintu, yang ternyata Mbak Tiwi datang dengan membawa secangkir teh dan beberapa makanan ringan.
Mbak Tiwi meletakkan nampan berisi makanan dan teh itu, dan melihat bahwa Dina Baskoro sedang memilih-milih pakaian dalam lemari. Meskipun dia merasa terkejut di dalam hatinya, tapi dia tetap menunjukkan senyum hangat dan ramah di wajahnya. Mbak tiwi bisa merasakan Dina Baskoro sedikit berubah.
Ketika Dina Baskoro melihat Mbak Tiwi disitu, dia mengambil kesempatan untuk bertanya, "Mbak Tiwi, apakah Teddy Permana meminta seseorang untuk mengirimkan pakaian ini padaku?"