Chereads / Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam / Chapter 29 - Kesialan Demi Kesialan Dialaminya Malam Itu

Chapter 29 - Kesialan Demi Kesialan Dialaminya Malam Itu

Lalu Teddy Permana mengambil kompres itu dan naik, tapi ditengah jalan berhenti dan tiba-tiba memikirkan Dina Baskoro, Teddy berpikir mungkin Dina lapar dan Teddy lalu memerintahkan Mbak Tiwi untuk masak, "Tolong masakkan sesuatu dan antar ke kamar kalau sudah selesai."

Mbak Tiwi tersenyum ketika menyadari Teddy Permana dan Dina Baskoro sangat rukun sekarang, "Pak Teddy, hubungan antara kamu dan Bu Dina benar-benar membaik sekarang. Aku benar-benar merasa bahagia melihat kalian sangat rukun."

Dina Baskoro saat ini memang jauh lebih baik dibandingkan dulu saat pertama kali tiba dirumah.

Mbak Tiwi melanjutkan, "Bu Dina benar-benar mengubah temperamennya sejak kalian bertunangan. Ngomong-ngomong, siang tadi Bu Dina itu sendiri yang memasak bekal makan siang untukmu sampai tangannya terluka."

_ _ _ _ _ _

Teddy Permana terkejut ketika mendengar kata-kata Mbak Tiwi barusan dan berkata dengan heran, "Dia yang memasak bekal makan siang untukku siang tadi?"

Mbak Tiwi tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, "Iya Pak Teddy, aku juga awalnya tidak percaya kalau dia mau memasak, dengan sifatnya yang dulu seperti itu aku kira dia pasti tidak akan tahan dengan bau asap dapur, tetapi ternyata dia memaksa untuk memasakkan sesuatu untukmu, jadi aku tidak bisa menghentikannya."

Ketika Teddy Permana mendengar itu, ekspresinya tidak dapat disembunyikan.

"Namun, setelah melihat Bu Dina memasak dengan mata kepalaku sendiri, aku menyadari bahwa dia sangat ahli dalam memasak. Tidak terlihat seperti orang yang baru saja memasak dan sembrono, sepertinya dia memang sudah sering memasak."

"Lalu dia bercerita kepada saya bahwa dia telah belajar masak saat masih kecil, melihat ibunya memasak di rumah. Saya hanya berpikir, Bu Dina sudah cantik dan pandai memasak adalah sebuah berkah bagimu!"

Mbak Tiwi benar-benar sangat senang melihat mereka berdua begitu penuh kasih sayang.

Teddy Permana sangat terkejut mendengarkan Mbak Tiwi berkata tentang itu.

Dina Baskoro sejak lama dikenal sebagai karakter yang ceroboh dan liar, tapi siapa yang menyangka dia sebenarnya memiliki keterampilan memasak?

Jadi hari ini, awalnya Teddy mengira bahwa makan siang tadi adalah hidangan baru yang dipelajari Mbak Tiwi karena rasanya yang berbeda. Tanpa diduga, ternyata Dina Baskoro yang memasaknya. Tak heran ketika Teddy makan saat itu, Dina bertanya apakah makanannya enak dengan penuh harap.

Teddy Permana berpikir, sepertinya dia masih belum sepenuhnya memahami Dina Baskoro.

Kemudian Teddy Permana membawa kompres itu ke kamar.

Baru sampai di lantai atas Teddy tiba-tiba mendengar teriakan dari dalam kamar mandi. Dina Baskoro yang saat itu baru saja selesai mandi dan hendak bangun tanpa diduga terjatuh karena lantainya licin dan Dina Baskoro tergeletak di lantai.

Dina Baskoro berbaring di lantai mengerang kesakitan, mengatakan dalam hati bahwa dia hari ini sangat tidak beruntung. Dengan kejadian buruk hari ini lalu terjatuh saat ini, Dina Baskoro benar-benar merasa tidak beruntung.

Lalu pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka, dan Teddy Permana bergegas masuk!

Begitu Teddy memasuki pintu, Teddy melihat Dina Baskoro tergeletak di lantai tanpa menggunakan sehelai benang pun di tubuhnya.

Melihat Teddy Permana, Dina Baskoro terkejut dan menutupi dadanya lalu berseru, "Kenapa kamu masuk?"

Melihat ternyata Dina baik-baik saja, Teddy Permana menenangkan diri, "Ada apa denganmu?"

Dina Baskoro yang sedang menutupi dadanya itu dengan panik mencoba berdiri dan berkata, "Aku baik-baik saja, hanya tidak sengaja terjatuh…. Aaaahhh!"

Begitu Dina bangun, ada rasa sakit di pergelangan kakinya, yang baru saja terpelintir. Jadi Dina Baskoro tidak bisa menahan keseimbangani dan terjatuh ke depan.

Untungnya, reflek Teddy Permana cepat dan mengulurkan tangan untuk menangkapnya.

Namun, ketika Teddy menangkap Dina, mereka secara tidak sengaja berpelukan dan membuat Teddy gugup. Selain itu, Dina Baskoro baru saja selesai mandi masih tidak mengenakan pakaian dan sekarang menempel di dada Teddy Permana.

Nafas Teddy Permana berangsur-angsur menjadi tidak terkendali.

Teddy Permana lalu berpikir cepat dan mengambil handuk membungkus tubuh basah Dina Baskoro dengan handuk itu, untuk sesaat Teddy Permana nyaris tidak tenang.

Kemudian, Teddy mengantar Dina Baskoro ke tempat tidur. Tepat ketika hendak meletakkan kakinya di tempat tidur, Teddy mendengar Dina Baskoro berseru, "Aduh, sakit!" Teddy Permana mengerutkan alisnya, lalu melihat ke kaki putihnya dan bertanya, "Kaki bagian mana yang sakit?"

Dina Baskoro menggigit bibir karena menahan sakit, lalu menjawab dengan pelan, "Saat aku jatuh tadi pergelangan kakiku mengenai sudut bak mandi." Teddy Permana hanya diam saja dan kemudian berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Melihat Teddy akan pergi, Dina Baskoro menjadi cemas dan tidak peduli kalau handuk mandi yang dipakainya terlepas. Dina berlari ke arah Teddy Permana dan memeluknya, "Mau pergi kemana?"

Teddy Permana menoleh untuk melihat Dina, tepat di bagian tubuhnya yang saat itu tidak memakai handuk lagi. Memperlihatkan semuanya. Teddy Permana lalu buru-buru memalingkan muka dan berkata dengan dingin, "Aku akan mengambil kotak obat."

"Ooh..." Dina Baskoro kemudian melepaskannya.

Kemudian, Dina Baskoro kembali ke tempat tidur dan mengambil handuk lalu membungkus tubuhnya lagi dengan handuk itu.

Lalu beberapa saat kemudian, Teddy Permana datang dengan membawa kotak obat.

Teddy Permana duduk di tepi tempat tidur, membuka kotak obat dan berkata pada Dina Baskoro, "Regangkan kakimu."

Lalu Dina Baskoro dengan malu-malu mengulurkan kaki putihnya. Dan tepat ketika tangan dingin Teddy Permana menyentuh kakinya, Dina Baskoro kemudian berteriak pelan, "Aduh.."

Teddy Permana mendengar suara itu sedikit terkejut dan bertanya, "Sakit?"

Dina Baskoro menyadari bahwa dia sudah berteriak dan dengan malu-malu menjawab, "Oh tidak kok, tidak sakit!"

"Oh oke, bagus kalau begitu." Teddy Permana tersenyum tipis, seolah ada yang disembunyikan.

Kemudian, Teddy Permana memegang betis Dina Baskoro di satu tangan dan telapak kakinya di tangan yang lainnya, dan mulai menekan beberapa bagian seperti memijat.

"Aah!" Kali ini, Dina Baskoro menjerit kesakitan. Tapi teriakan itu sepertinya tidak bukan teriakan karena menyakitkan, melainkan sebuah teriakan yang ambigu.

Dina Baskoro tersipu malu, dan buru-buru menutup mulutnya, lalu berkata dalam hatinya "Kenapa aku berteriak seperti ini di depannya lagi, memalukan"

"Teddy, pelan-pelan. tangan mu terlalu kuat." Dina Baskoro bergumam lembut.

Teddy Permana mengangkat alisnya karena kaget dan berkata dengan nada ambigu, "Iya."

Selanjutnya, Teddy berkonsentrasi untuk memberikan obat di pergelangan kaki Dina Baskoro, mengoleskan obat dan memijat dengan terampil dan telapak tangan Teddy Permana pelan-pelan menjadi panas.

Selain itu, Teddy Permana tidak menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya, dia tidak terlihat sedih atau bahagia. Tidak bisa ditebak apa yang Teddy pikirkan sekarang.

Dina Baskoro memikirkan kalau Teddy Permana dengan terlalu tenang. Seperti tidak merasakan apa-apa saat ini. Padahal Teddy Permana telah melihat Dina Baskoro yang tidak mengenakan apa-apa saat itu dan memperlihatkan semua bagian tubuhnya. Bukankah seharusnya untuk seorang pria normal memiliki nafsu secara alami ketika melihat lawan jenis yang telanjang.

Dina Baskoro curiga, apakah Teddy Permana tidak punya pemikiran lagi tentang dirinya.

"Jadi apakah karena dia terlalu cuek atau dia memang tidak tertarik dengan seorang wanita? Jika itu benar-benar masalahnya, berarti aku telah gagal! Sangat gagal!"

Dina Baskoro lalu ingin mengambil inisiatif untuk merubah situasi dan mendorong Teddy Permana ke lantai, memaksanya untuk menunduk.