POV Author
"Eh-eh-eh.. mau kemana? aku blom selesai ngomong woi" Ucap Dinda berteriak
"Udah lo ikut aja, katanya lo bosen" Ucap Denis sambil menarikku ke suatu tempat, yang pasti menurutku ini tidak baik.. anak nakal..
"ya tapi mau kemana? aku maunya kekelas" tanya Dinda disela-sela perjalanan mereka
"Udah lo diem aja" ucap Denis sambil memperlihatkan senyum sinis
"Lo gak bakal tau apa yg bakal gue tunjukkan ke lo Dinda" Batin pemuda itu
"aku gak tau senyum apa itu, sumpah ada yg gak beres nih" Batin Dinda
setibanya ditempat yang Denis pilih...
"nah kita kesini" Ucap Denis dengan nada bangga
"ngapai kita ke sini? Den, kamu gak sakitkan.. jangan-jangan otakmu penuh dengan.. hal-hal 'itu' ya? atau ini masa pubermu yang terlewat? ampun bang.. aku gak mau.." ucap Dinda aneh.. gimana gak aneh tempat ini kan..
"Ya kenapa lo bosen kan? dan lo gak perlu berfikir kayak gitu, gue lihat lo aja gak selera" tanya Denis tanpa merasa apa pun
"Etdah.. nih anak sok gak selera.. Btw dia nih gilak atau apa ya bawak aku kesini, ya.. aku gak tau tempat apa ini tapi keknya ini gudang tua belakang sekolah yang sering dirumorkan banyak hantu itu" Batin Dinda
"lo bakal jadi peliharaan gue, hahaha" batin denis
"ya aku memang lagi bosen, tapi aku gak mau kesini aku maunya kekelas belajar, lagian ngapain kita kesini.. serem tau gak"
"gak" Denis masih dengan senyum sinis
"apa!!" ucap Dinda terkejut. emang siapa yang gak terkejut..
"masuk yuk" ucapnya sambil menarik tangan Dinda ke dalam gudang
"mau ngapai, eh pesong, sinting, kalau ada orang yg salah paham bakal jadi masalah besar, lagian ngapain pegang-pegang tangan kek gini lepas tau gak" Dinda mencoba melepaskan tangannya tapi nihil
"lo mending diem aja" ucapnya yang masih terlihat seperti main-main
"Aku gak mau masuk.. aku takut.. kalau emang kamu mau mengelilingi gudang ini. mending kamu sendiri aja. biar aku tunggu depan pintu" ucap Dinda sambil menghempaskan tangannya
"gak, ayo kita coba mana tau ada harta karun hehehe" ucap Denis sambil ketawa
"aku dah bilang kan, aku kagak mau, biar itu harta karun harta nenekmu, kakekmu, aku sama sekali gak peduli, yang aku pengen tuh keluar dari sini" ucap Dinda yang sudah gak tahan dengan sifat Denis. baru sehari sudah buat emosi naik-turun
"lo begok ya dari tadi lo sama gue dah masuk kedalem noh" tunjuk Denis kearah depan mereka
"eh iya nya? etdah.. kamu kok kagak ngomong.. aku mau keluar lah.." Dinda hendak pergi, namun tangannya dicekal oleh Denis
"mau kemana lo? bukannya tugas lo tuh ngawasi gue ya? kok lo kayak mau lari dari tanggung jawab gini?" Dinda merasa tertohok oleh pertanyaan-pertanyaan dari Denis..
"Benar.. aku adalah orang yang gak lari dari tanggung jawab.. tapi.. aku takut.." Batin Dinda yangs edang dilema
"lu memang begok, mending kita lanjut aja ya?" ucapnya sambil menatap kesekeliling
"iiihhh seeerrreeemmmm" Ucap Dinda mulai merinding.
"Btw.. udah kan, yok balik" lanjutnya
"ya gak lah" katanya
"kita masih setengah jalan. lagian nih gudang ada banyak ruangan.. gue penasaran.." ucap Denis yang gak perduli dengan kondisi mental Dinda, sambil mulai berjalan
"hah!! Keliling lagi?? Eh eh kamu mau kemana jangan tinggalin aku" ucap Dinda sambil mempercepat langkahnya menyelaraskan seperti Denis
"sungguh ni anak memang aneh, sinting, gilak" Batin Dinda kacau
***
PoV Dinda
"Eh-eh tunggu.. etdah.. aku kan bilang tunggu.. sabar ngapa" aku susah payah ngejar dia.. hemm nih anak emang minta ditepok lah kayaknya
"Cepat mangkanya!" ucapnya.. kan.. kan.. bikin darah tinggi aja
"kamu kayaknya emang sengaja mau ngerjain aku yah? " tanyaku heran
"kok lo bisa berfikir gitu? " bukannya jawab malah balik tanya dianya sambil trus berjalan dengan senyuman yang dari tadi membuat situasi aneh ini semakin nyata
"benar dugaanku, dari senyumnya itu jawabannya" batinku yang sudah muak aku menghitungnya
"aku minta maaf kalau emang aku ada salah.." ucapku.. ya mungkin karena insiden tabrak menabrak tadi kan? eh kalau emnag benar, berarti nih cowo baperan
"soal?" tanyanya, singkat padat jelas.. berarti benar..
"ya.. karena aku udah buat kesan pertama yg gak banget samamu tadi pagi" lanjutku
"hah yang mana?" tanyanya sambil trus berjalan
"maaf ya"
"hah?? Apa??" tanyanya lalu berbalik melihat kearah ku
"lo kok gak jalan, kok lo diem aja disitu? " lanjutnya
"cepet sini! " katanya lagi
"aku minta maaf, dan aku udah bilang kalau aku takut.. aku terlalu takut kesitu, udah gelap gak ada sakelar lampu disini apa ya?, ayok Denis balik ke taman atau gak kita kekelas aja"
jujur aku udah gak tahan lagi..
"lo penakut banget sih" ucapnya tanpa memperdulikan kata-kataku tadi, mulai berbalik dan berjalan lagi
"sumpah aku takut Den" aku gak kuat dan gak sanggup lagi
"emmm" dia cuma berdehem tanpa peduli
"Den" kataku mulai tak didengarnya, mungkin
Dan aku mulai duduk katakutan dan tak bisa bergerak.
"hiks-hiks.. aku takut Den" isakku
"emmmm" katanya lagi masih tidak perduli
"lo manja kali ya" sambungnya setelah mendengar suara tangis ku dan mulai berbalik
"hiks hiks.. Aku takut... " kataku meracau
"eh.. eh-eh. Lo kok gak ngikutin gue sih, malah duduk disini?" tanyanya dan Melangkah kearahku dan mulai mendekatiku
"dibilang aku gak bisa ,hiks aku takut.." ucapku lagi
"yaudah, yuk keluar yuk.. maaf maksa lo ya.." katanya mulai berdiri
"aku gak bisa gerak" ucapku.. kaki ku lemes kayak sudah berlari berkilo-kilo jauhnya
"hah! Kok bisa? " tanyanya mulai jongkok kembali berhadapan dengan ku
"takut.. "
"yaudah.. maaf ya" ucapnya yang kurasa tulus
tiba-tiba..
"eh.. Eh... Eh.. mau ngapain.. ehh" kataku yg tiba-tiba di gendong Denis
"apaan nih.. kok maen-gendong-gendong aja" ucapku
"udah diem.. katanya lo gak bisa gerak" ucapnya yang sama sekali gak risih dengan situasi ini
namun, mau bagaimanapun... dia orang yang baik juga.. gak ada alasan buatku untuk gak ngucapin terimakasih ke Denis..
"thanks," gumamku
"lain kali bilang kalau lo tuh penakut" ucapnya
"hah penakut? aku kan dari tadi dah bilang" ucapku yg memang udah berkali-kali ngomong
"maaf ya" ucapnya
"aku juga ya," gumamku
Selang beberapa menit...
"dah sampek! Yey, turunin aku sekarang! " perkataanku tak di gubrisnya
"eh-eh turunin aku sekarang Den! " lanjutku sambil memukul-mukul punggungnya
"lu berisik amat, sabar napa, kalau di turuni disini bakal ada yg tau, lo mau kalau ada orang yang tau seorang KetOs digendong sama anak Kepsek.. booming nanti hahah" ucapnya panjang lebar.. nih anak punya sisi yang asik juga ternyata
"bukannya makin ketahuan kalau kita makin kearah sana" ucapku, karena itu daerah terbuka
"itu arah yg gak pernah orang datengin dodol, mana mungkin ada yg tau" katanya sambil membawa ku kearah ruangan yg di pojok dekat gudang tadi
"eh tapi serem loh" ucapku mulai merinding ketakutan. aku jenis orang yang gampang takutan..
"jadi?" katanya
"kok jadi, udah lah ayuk kekelas" kataku sambil menarik tangannya pergi dari tempat itu
"haduh.. Kok gak berjalan sesuai rencana sih" batin Denis
"lo tengok aja nantik oke, tapi kenapa gue harus kesel ya sama Dinda? Apa karena kejadian tadi pagi? Atau memang kepingin dekat dengannya? Sungguh gue rasa ini gak bener" batin Denis lagi