Chereads / The Famous Girl / Chapter 8 - Lo.. jangan ngerasa kayak gitu..

Chapter 8 - Lo.. jangan ngerasa kayak gitu..

POV Author

"mau kemana kita? aku mau pulang.. Den" ucap Dinda kekeh minta pulang..

"Diem aja bisa gak sih lo, gak usah banya tanya Din.. ayo cepat keburu maghrib.." Denis menarik tangan Dinda menuju keparkiran.. dimana Motor Sportnya berada

"..." tak ada jawaban dari Dinda.. didalam fikirannya masih berkelana.. apa yang membuat Rara mengatakan bahwa dia ingkar janji? visi misi? bukannya sudah jelas.. sepertinya tidak pernah sama sekali mengingkar janji..

Denis memerhatikan raut wajah Dinda yang tidak berubah sama sekali.. tatapan seperti Sedih namun hampir kekecewa..

"Lo.. jangan ngerasa kayak gitu.." Ucap Denis tiba-tiba..

"apanya? ngerasa apa?" tanya Dinda.. setelah mendengar penuturan Denis

"Gak.. abaikan aja.. udah sekarang lo, naik.." titah Denis.. setelah menaiki motornya

"Mau kemana kita?" tanya Dinda yang sudah kesekian kalinya

"lo gak capek apa nanya terus.. udah gue bilang gak usah banyak tanya.." Denis mulai kesal dengan perempuan didepannya..

"naik sekarang lo.. cepat!!!" lanjut Denis palak melihat Dinda yang keras kepala

"aku gak mau.. aku mau pulang.. paham gak sih Den.. aku cuma tinggal sama nenekku yang sakit.. dan pasti dia sudah menungguku dirumah.. dan kau terlalu banyak pinta.. bisa gak sih aku pergi sekarang" jelas Dinda panjang lebar...

"oke.. gue anter lo.. jadi naik sekarang" Denis yang masih gak paham dengan maksud Dinda yang pengen sendiri..

"kau emang sama sekali gak bisa memahami apa maksud dari perkataanku ya?" tanya Dinda dingin

"atau kau adalah tipe orang egois.. yang apapun yang kau pinta harus ada.. tipe orang yang merasa dirinya bisa memaksa atas kehendak dirinya sendiri.." lanjut Dinda sinis.. sebenarnya dia ingin mengakhiri perdebatan ini. namun, kalau Dinda diam saja dia akan semakin diperbudak oleh pemuda didepannya ini. baru hari pertama masuk udah banyak masalah yang tercipta.. gimana nanti-nanti..

"sekarang lo naik atau gue gendong lo supaya naik!!!" ucap Denis penuh penekanan dan sama sekali menghiraukan yang dikatakan Dinda kepadanya

sepontan Dinda.. sadar.. pemuda ini berbahaya.. permintaannya.. ah bukan lebih tepatnya perintahnya harus benar-benar dipatuhi.. kalau tidak dia akan terus memaksa..

"ba.. baiklah.." Dinda tergugup.. ini kali pertama baginya dibonceng oleh seorang laki-laki selain ayahnya.. sangat memalukan... alasan yang dibuat Dinda untuk menjauh dari Denis bukan kebohongan belaka.. itu benar adanya.. sekarang pasti neneknya sudah sangat membutuhkan dirinya.. tapi disisi lain dia juga malu diantar pulang oleh seorang lekaki apalagi anak Kepseknya..

"kalau lo nurut dari tadikan kita udah sampe sekarang, jadi lo diem aja, dan kasih tahu gue alamat lo" Ucap Denis..

"Jln. XXX pasar XX" jawab Dinda sekenanya..

Dinda sangat membenci tipe motor seperti ini.. Sangat tidak nyaman.. bagian penumpang lebih tinggi dari pada pengemudinya.. sangat-sangat berbahaya..

suasana selama perjalanan pulang, hanya Hening yang tercipta.. karena rumah Dinda agak jauh dari sekolah, jadi harus melewati macet yang parah disimpang menuju sekolahnya ini..

"Oh ya Din.. maafin gue soal yang dikelas tadi.. gue cuma bercanda doang.." ucap Denis tiba-tiba memecah keheningan

"ah.. Ya.. jujur Den, aku sama sekali gak pernah bersinggungan langsung dengan lelaki.. mungkin yang dibilang Rara soal aku munafik itu karena didalam visi misiku.. Perempuan dan lelaki punya batasan.. sesuai norma sosial yang tercipta di sekolah.. dan tadi aku hampir sama sekali gak ada batasan denganmu.. gara-gara bercandaanmu.. apa emang segitu gak sukanya ya Den kau melihatku?" tutur Dinda panjang lebar dan diakhiri tanya..

Denis tampak enggan menjawab pertanyaan dari Dinda.. Namun.. ia juga sangat merasa bersalah.. karena Keegoisannya membuat seseorang yang tampak siswa baik-baik jadi terlihat jelek di depan semua orang..

"entahlah.. aku cuma gak tau kenapa aku melakukan itu tadi.." ucap Denis..

"Aku?" tanya Dinda dia sangat heran melihat kosakata aku yang dia pakai untuk dirinya.. biasanyakan "gue" gitu

"eh.. apanya yang aku? gue bilang.. gue gak sadar ngelakuin hal itu ke elo.. jadi gue minta maaf tadi.. udah lah lo diem aja!!.." ucap Denis tiba-tiba marah..

Dinda merasa ada yang aneh dengan pola fikir pemuda didepannya ini.

"ah.. sudah sampai.." Dinda ingin cepat-cepat pergi dari pemuda didepannya ini..

"baiklah.. terimakasih ya Den.." lanjut Dinda hendak masuk kerumahnya

"lo gak ada niat nyuruh gue bertamu gitu? tanyanya..

"eh.. kau mau masuk dulu?" tanya Dinda..

"gak usah.. kapan-kapan aja.." Denis paham maksud Dinda.. yang tidak ingin berlama-lama dengannya saat ini..

"kenapa aku kesal?" batin Denis

"yaudah.. aku masuk. assalamualaikum" pamit Dinda

"Waalaikumussalam"

Denis segera tancap gas.. tapi sebelum itu dia menyuruh teman-temannya untuk berkumpul di basecamp mereka..

"lama lo Den.. lo yang nyuruh kumpul tapi lo yang telat..." Denis yang baru datang sudah digandrungi ocehan-ocehan Rian yang membuat kekesalan yang dirasa Denis semakin memuncak..

"lo.. bisa diem gak!" ucap Denis penuh penekanan.. dan duduk disalah satu kursi dicafe tempat mereka kumpul saat ini

"e.. ya.." Ujar Rian yang tidak ingin membuat temannya ini tambah marah.. sejak kembali dari Amerika hanya sifat ini yang tidak berubah dari sosok Denis.. dimata Rian

"napa lo? gara-gara Ratih ya?" tanya Dafa yang duduk didepan Denis.. setelah memerhatii raut wajah Denis yang kelihatan sangat kesal.. dulu memang pernah begini juga. dan itu gara-gara Ratih sahabat masa kecilnya Denis.. sekaligus perempuan yang bisa membuat Denis luluh..

"gak.. bukan gara-gara Ratih" ucap Denis mulai tenang..

"jadi gara-gara apa?" tanya alfa yang baru saja datang dan duduk tepat disebelah Denis

"entahlah.. gue ngerasa kesal aja.. tapi gue gak tau kenapa.." jelas Denis yang diangguki oleh teman-temannya

"menurut lo pada. gue kenapa?" tanyanya..

"menurut gue sih ya.. lo lagi masa gejolak hormon aja.. di IPA ada tuh dijelasi.. tanda-tanda supaya lo jadi bisa mengendalikan emosi yang timbul.. intinya lo udah mau jadi Dewasa.." jelas Dafa yang diangguki oleh teman-temannya yang lain tanpa terkecuali Denis

"gue rasa juga gitu.. soalnya gue juga pernah.." kali ini Adnan orang paling kalem berbicara..

"gue kok belum ya?" tanya Rian heran.. kenapa hanya dirinya yang gak pernah ngerasai hal seperti semua teman-temannya

"makanya lo jangan kayak anak-anak dong pemikirannya.. kita nih dah SMK/SMA.." "wadawww" lanjut Dafa.. dihadiahi cubitan keras dari siapa lagi Rian..

"hahah.. iya bener juga sih lo Daf.. si Jamet.. playboy kelas kakap nih.. masih bocah ternyata" Denis ikut nimbrung ngeledek Rian

"Terus... ejek aja aku.. dosa kelen yang bertambah.. dan pahala gue yang-" ucapan Rian dipotong..

"dikurangi.. wahahahah" ucap Dafa memotong ucapan Rian

Rian tak merasa bahwa dirinya diejek.. setidaknya teman-temannya.. tidak lagi merasa kesal..

" huft syukurlah" batin Rian..

"lo emang suka gitu ya yan.." bisik Adnan yang duduk disebelahnya..

"hahahah" gelak Rian seolah mengikuti gelak teman-temanya yang lain..

***

di sisi lain..

"gitu ceritanya Din.. aku gemes banget sama Alfa.. anak Rpl2 itu.." ucap Tia di layar Hp Dinda.. ya saat ini lagi VC-an dengan Tia, karena Tia duluan yang menelfon..