Chereads / kisah cinta gadis desa / Chapter 9 - Meminta Maaf, dan Memutuskan Untuk Jadi Sahabat

Chapter 9 - Meminta Maaf, dan Memutuskan Untuk Jadi Sahabat

Setelah perginya Hasma, Hakim hanya bisa terdiam termenung. Dia tak menyangka Hasma akan menolaknya mentah mentah, padahal kebersamaan dan kedekatan mereka selama ini sudah menunjukan kalo sebenarnya Hasma nyaman bersama dengan nya, tapi kenapa? Kenapa Hasma menolaknya semudah itu. Sekian lama Hakim termenung, dan akhirnya dia tersadar dari lamunan nya dan pulang.

Ketika di pagi hari Hakim terbangun tapi tak langsung beranjak dari tempat tidur, dia termenung memikirkan apa yang terjadi akhir akhir ini, terutama kejadian pas dia nembak Hasma. (" kok bisa ya gue di tolak mentah mentah? kok bisa sih Hasma masih pacaran sama si Azis? padahal kan setelah pertengkaran yang gue tahu dia udah lost kontak sama si Azis, heran deh gue..... sebenarnya salahnya dimana si ?" batin Hakim ) berbagai macam pertanyaan dan perasaan bercampur aduk di benak Hakim, dia terus mencerna nya dan mencoba memahaminya sampai setelah sekian lama dia melamun akhirnya di sadarkan oleh Rohim yang tiba tiba ada di belakang nya, entah sejak kapan Rohim berdiri di sana.

" apa si lo ngagetin gue aja..." Hakim tersontak kaget dan langsung berdiri.

" bukan gue yang ngagetin, lo nya aja yang dari tadi ngelamun sampe gak sadar gue dateng...." jawab Rohim "kenapa lo ngelamun, mikirin putri keong?" lanjut Rohim ngeledek.

" apa si lo,,,, " Hakim merasa malu " mau kemana lo pagi pagi udah siap siap...?" lanjut Hakim bertanya.

" jalan dong.... Hari minggu gini, sekolah nggak, tugas gak ada mau ngapain lagi,,,," jawab Rohim. " nggak jalan lo sama si Hasma, malah ngelamun?" Rohim nanya balik.

Hakim tak menjawab dia berfikir sejenak dan langsung bergegas ke kamar mandi, dia berencana ngajak Hasma jalan untuk meminta maaf.

Setelah selesai mandi dan bersiap siap Hakim menelpon Hasma " Heii.... pagi Ma.." sapa Hakim lewat telpon.

" iya pagi, kenapa..." sahut Hasma dengan suara khas bangun tidur nya.

" hemmm,,,, lo baru bangun ya...." tanya Hakim memulai percakapan.

" iya nih, kan hari minggu...." jawab Hasma simpel.

" lo hari ini ada acara nggak?" tanya Hakim dan berharap jawaban Hasma sesuai fikiran nya.

" iya ada, nanti sore. Kenapa emang...?" jawab Hasma seadanya.

" tapi pagi nya nggak ada kan...?" tanya Hakim masih dengan harapan nya.

" nggak,,, kenapa emang?" Hasma masih dengan pertanyaan yang sama.

" pagi ini boleh nggak gue ngajakin lo jalan..." Hakim bertanya dengan sangat hati hati karena takut Hasma masih marah padanya.

" oke..." jawab Hasma simpel " lo tunggu gue di bawah..." lanjut Hasma dan langsung menutup telpon.

Hakim tak percaya akan jawaban Hasma, dia kira Hasma bakalan nolak dengan berbagai macam alasan, tapi ternyata dia menyetujui nya begitu saja.

Setelah berdiam sejenak Hakim langsung bersiap menunggu Hasma di depan bangunan asrama putri, tak lama kemudian Hasma pun dateng.

" eh Ma.... " Hakim kaget karena Hasma tiba tiba ada di belakangnya. Dan tak berfikir panjang mereka berdua mulai berjalan kaki.

" kenapa lo...." tanya Hasma dengan tatapan tajam nya.

" Ma, lo nggak marah kan.....? " tanya Hakim tiba tiba. " Ma sebenernya gue hari ini ngajakin lo ketemu karena mau minta maaf atas tindakan gue kemaren, gue nggak tahu kalo lo masih pacaran sama Azis, gue kira setelah beberapa kali lo berantem sama dia lo putus, sorry banget Ma gue beneran..."

" stop...!!!!!! " Hasma tiba tiba motong Hakim " gue ngerti kok lo nggak usah minta maaf, lagi pula salah gue juga." lanjut Hasma.

" jadi lo nggak marah Ma.....?" ucap Hakim tiba tiba. " gue kira setelah kejadian itu lo nggak mau bicara lagi sama gue" lanjut Hakim.

" Hakim gini ya....." Hasma tiba tiba berhenti berjalan dan berusaha menjelaskan. " gue nggak marah sama lo, gue juga nggak nyalahin lo suka sama gue, itu bukan urusan gue. Karena yang gue tahu lo temen gue, bahkan temen deket gue, jadi gue mohon sama lo pikiran apapun yang lo punya terhadap gue, sesuka apapun lo sama gue dan bahkan jika lo mau lebih dari pada teman juga gue nggak peduli, itu urusan lo. Ya walaupun sebenarnya gue juga nyaman sama lo, tapi tolong dong jangan pernah lakuin itu lagi di saat gue punya pasangan." Hasma berhenti berbicara karena udah bingung apa lagi yang harus dia jelaskan.

" oke oke Ma gue ngerti, gue minta maaf,,,,,," Hakim mencoba menenangkan suasana tegang mereka. " oke lebih baik kita lupain aja apa yang pernah gue omongin..." Hakim berhenti bicara juga karena bingung mau bicara apa lagi. Mereka saling berdiam seribu bahasa begitu lama,,,, suasana jadi hening, mereka berdua bingung mau bicara apa, sampai pada akhirnya Hakim mengalah untuk bicara duluan dan mencairkan suasana.

" Ma..... " ucap Hakim

" mmmmh..."

" gue minta maaf,,,," ucap Hakim lagi

" ok, ....." jawab Hasma simpel karena sebenarnya Hasma masih mencoba mengendalikan diri.

" kita masih temenan kan....?" tanya Hakim lagi. Hasma menoleh ke arah Hakim dan menatapnya sejenak.

" Hakim, sorry ya atas ucapan gue barusan...." Hasma tiba tiba minta maaf dan membuat Hakim nggak enak hati. Hakim menatap Hasma sejenak dan berkata" Ma gimana kalo kita sahabatan aja?" ucap Hakim tiba tiba. " mungkin iya, pikiran gue ingin lebih daripada sahabat sama lo, tapi gue ngerti kok posisi lo gue minta maaf, dan mungkin gue cuma bisa deket dengan lo, dan bareng lo terus dengan identitas sahabat lo, apa lo bersedia jadi sahabat gue?" lanjut Hakim panjang lebar. Hasma menatap Hakim sejenak dan berpikir, mungkin ini satu satu nya jalan untuk mereka masih bisa seperti dulu, dekat dan tanpa beban, Hakim juga bebas mencari pasangan karena mereka hanya bersahabat.

" oke gue setuju jadi sahabat lo....." jawab Hasma dengan senyuman nya.

" tapi Ma lo pasti tau perasaan gue, dan mungkin dengan adanya perasaan gue ini yang semakin hari semakin dalam, gue nggak mungkin menguburnya begitu saja, gue cuma bisa menyukai lo dalam diam." jelas Hakim lagi.

" kalo lo nggak merasa terbebani, ya silahkan...." jawab Hasma masih dengan senyuman nya. Hakim menjawabnya dengan senyuman, dan pada akhirnya mereka berbaikan dan mengobrol seperti biasanya.