Setelah beberapa minggu berjalan hubungan Hasma dengan Gama. Hubungan yang tak dilengkapi perasaan suka dari Hasma, tapi tetap dipertahankan Gama. Hubungan mereka berlalu begitu saja ibaratkan angin lewat, tanpa adanya kenangan manis dan pahit, mengalir begitu saja ibaratkan air sungai tanpa adanya bebatuan sebagai rintangan. Mereka tak punya kenangan manis, dan bahkan kenangan pahit. Hasma tak pernah merasa senang, kesal dan marah, karena walaupun status mereka pacaran tapi Hasma tak terlalu melarutkannya dalam perasaan. Hasma hanya menjalaninya dan menghargainya, terkadang ada rasa sesal di benak nya, terkadang ada rasa kasian melihat Gama yang setiap hari memberinya perhatian. Tapi apa boleh buat Hasma tak mencintainya, dia bisa saja memutuskan hubungan nya kapan saja tapi dia tak melakukan nya.
Hubungan mereka tetap berjalan seperri itu, sampai pada akhirnya Hakim tahu kalau Hasma ternyata pacaran dengan Gama. Hakim marah, Hakim benci, Hakim tak terima, perasaan Hakim bercampur aduk. Hakim juga menyesal dan merasa bersalah pada pacarnya saat ini, dia kasihan pada wanita itu karena apa yang Hasma lakukan terhadap Gama juga Hakim lakukan terhadap kekasih ya.
Suasana pertemanan mereka yang sehat akhirnya menjadi memanas karena kebencian Hakim terhadap Gama. Hakim dan Gama awalnya adalah seorang yang cukup dekat tapi karena Gama sekarang pacaran dengan Hasma Hakim membencinya bahkan Hakim malas bertemu dengan nya.
Hasma juga merasa suasana itu sangat tak enak untuk dilewati, melihat Hakim yang sudah tak pernah bicara dengan Gama. Sebenarnya ada apa? Hasma tak mengerti karena emang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tak tahu bagaimana perasaan Hakim terhadapnya.
Sampai pada suatu pagi Hasma menerima surat, surat itu dari Hakim. Hasma buru buru membuka surat karena ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, ternyata Hakim memintanya bertemu. Setelah membaca surat itu Hasma buru buru pergi ke tempat yang Hakim catat di surat nya, "Taman belakang sekolah" ya itu tempat yang Hakim catat.
Setelah mereka bertemu di taman Hakim dan Hasma tak langsung bicara, mereka saling menunggu ada yang bicara duluan. Situasi itu bertahan cukup lama, sampai pada akhirnya Hasma mengalah dan memulai percakapan dengan bertanya. " Hakim lo ada apa ngajak gue ketemu....?" Hasma bertanya seolah tak terjadi apapun, dan seolah tak tahu apapun.
Hakim tak langsung menjawab, dia menoleh ke arah Hasma dan menatapnya. Tak lama setelah Hakim menatapnya, Hakim tiba tiba memeluk Hasma dengan erat seolah tak ingin melepaskannya. Hasma kaget dan takut dengan tindakan Hakim, Hasma buru buru berontak ingin melepaskannya. Tapi apa daya, dia tak mampu melepaskannya, pada akhirnya Hasma menyerah dan membiarkannya tanpa bicara.
Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benak Hasma tak mengerti, mengapa Hakim bertingkah seperti itu, mengapa dia seperti orang yang ketakutan, begitu banyak pertanyaan yang ada di benak Hasma. Setelah begitu lama Hakim memeluk Hasma dan tak mau melepaskannya, Hasma malah menjadi khawatir terhadap Hakim, apalagi di benaknya sekarang sudah menumpuk pertanyaan tang entah kapan akan mendapat jawaban. Hasma akhirnya mencoba lagi melepaskan diri, tapi tak lama setelah percobaannya kali ini Hakim melepaskannya sendiri. Tapi Hakim tak melepaskannya sekaligus dia masih memegang erat pundak Hasma dan menatapnya.
" lo baik baik aja kan...?" tanya Hasma dengan hati hati karena takut Hakim melakukan sesuatu di luar dugaan lagi.
Hakim melepaskan tangannya dari Hasma dan meminta maaf,, " sorry tadi gue nggak bisa ngontrol...." ucap Hakim sambil memalingkan pandangannya ke arak lain.
" lo baik baik aja kan...?" tanya Hasma untuk yang kedua kali nya.
Hakim menyeringai tersenyum pahit dan berkata " gue baik baik aja?... apa menurut lo gue baik baik aja..?" Hakim yang tiba tiba memegang bahu Hasma dan membentaknya. Itu semua membuat Hasma kaget dan mengernyitkan kening nya, sebelum Hasma bicara apa apa, Hakim bicara lagi masih dengan nada membentak " lo kira orang yang gue suka dan gue tunggu selama 2 tahun lebih, jadian sama temen gue temen gue sendiri gue bakalan baik baik aja? lo mikir dong, kenapa lo jadi orang yabg gak berperasaan si? kenapa lo nggak pernah hargain gue si Ma....? suara Hakim mulai lirih dan amarah nya mulai terkendali. " lo kenapa sih nggak pernah ngasih gue harapan....?" tanya Hakim lagi dengan nada lirih.
Hasma tak langsung bicara, dia mencerna apa yang Hakim omongin barusan, sampai pada akhirnya Hasma mendapatkan dugaan yang dia lontarkan langsung dari mulutnya. " lo masih naksir gue Kim....? " Hasma bertanya sambil mengernyitkan kening. Tapi Hakim tak menjawab dia hanya memalingkan wajahnya. " gini ya Hakim gue gak tahu kalo lo masih naksir gue, kalaupun iya masih naksir gue terus masih nunggu gue kenapa lo bisa punya pacar? gue kira dengan lo punya pacar terus hubungan lo sama pacar lo baik baik aja itu semua karena lo udah lupain gue. Gue bener bener nggak tahu, gue jomblo aja sekian lama nya lo nggak pernah muncul di hadapan gue, ya gue kira lo udah lupain gue. Gue bener bener nggak tagu Kim gue minta maaf." Hasma menjelaskannya panjang lebar dan setelah berhenti dia menghela nafas dan terdiam seribu bahasa.
Suasana mereka hening kesekian kalinya, setelah begitu lama tak ada suara Hakim mulai bicara lagi " mungkin gue mendapat karma dari atas apa yang gue lakuin, pengejaran gue yang terus menerus ini pada akhirnya tak mendapatkan hasil.." setelah berhenti bicara Hakim langsung beranjak pergi meninggalkan Hasma.
Hasma hanya terdiam begitu lama dan akhirnya juga pergi dari tempat itu.