Cekrek...!
Cekrek...!
Cekrek...!
Cahaya blitz kamera ponsel tiba-tiba berkilauan di sekitar mereka. Rusman cepat berpaling dengan gerakan kaget.
Wajah-wajah nyengir para pengusaha rekannya tampak terlihat sambil mengarahkan kamera kepadanya.
"Oh...! Apa yang kalian...?!" Rusman bingung bercampur curiga.
"Gak apa-apa, Bung Rusman. Cuma ambil dokumentasi sedikit, gak papa kan...?" salah satu dari mereka tersenyum jahil.
Cekrek...!
Satu lagi foto mereka ambil. Momen kebersamaan Rusman dengan gadis itu!
"Jangan katakan kalau kalian ingin..."
"Tenang saja teman! Santai! Tarik aja nafas dalam-dalam. Kami tidak akan meng-upload foto ini di instagram! Kami cuma upload di Facebook aja... Biar jadi viral gitu lho! Judulnya: 'seorang pengusaha terkenal sudah menemukan tambatan hatinya dengan seorang bintang...!"
"Kalian jangan macam-macam, ya! Sini! kemarikan...!" Ia berusaha menjamah ponsel-ponsel jahil yang mengarah padanya dengan sikap panik.
"Eit, enggak kena! Enggak kena...!" rekan-rekan pengusahanya itu berkelit dengan lihai, sambil tertawa-tawa senang saat melihat Rusman dengan paniknyaย berusaha merebut ponsel-ponsel itu dari tangan mereka.
"Kalian ini maunya apa...?! Biar kubeli ponsel kalian dengan harga lima kali lipat...!" Rusman terengah-engah karena upayanya untuk menjangkau ponsel-ponsel itu tidak membuahkan hasil. Ia juga kebingungan bercampur khawatir tingkat tinggi, kalau-kalau foto itu bertebaran di medsos.
"Beli aja ponselnya. Tapi fotonya tetap kami simpan. Ha ha ha..." salah seorang lagi tampak tertawa mengejek.
Rusman terduduk lagi di kursinya dengan perasaan khawatir.
Helena sedikit bingung melihat kekisruhan itu. Karena dipikirnya untuk apa meributkan foto dirinya yang hanya seorang pembantu?
Tapi dilihatnya Rusman begitu ingin merebut ponsel-ponsel itu.
"Begini, Bung...! Kami berjanji tidak akan berbuat apa-apa dengan foto itu, tapi ada syaratnya..."
"Apa? Cepat katakan!" Rusman melotot gusar.
"Kau pinjamkanlah karyawanmu ini barang sebentar untuk kami ajak jalan-jalan, malam ini saja. Yah, buat selfie-selfie an lah begitu! Boleh ya? Boleh ya?"
Rusman tersenyum masam. Ia menoleh ke arah Helena yang tampak kebingungan.
"Dia masih dalam perawatan karena habis kecelakaan. Aku khawatir kalau dia terlalu lelah..." kata Rusman masih terlihat khawatir.
"Kami tidak akan membuat dia lelah. Cuma jalan-jalan ke tempat wisata, ambil foto sebentar, shopping-shopping dikit plus uang saku, terus kami kembalikan dalam keadaan utuh!"
"Ya, tanpa ada yang hilang sehelai bulu pun!" sahut yang lain.
"Jangan lihat-lihat bulunya segala! Aku gak terima!" sentak Rusman terengah-engah.
"Ya enggak lah!" sahut salah satu yang muda sambil tertawa. "Kita-kita ini masih punya iman. Cuman ingin sedikit bergaya aja lah!"
"Hm..." Rusman mendengus. Sedikit lega ia mendengarnya.
"Ayo manis! Ikut kami, bos mu udah mengijinkan tuh kami bawa...!" salah satu yang masih muda dan berwajah ganteng menarik lengan Helena.
Gadis itu menatap bingung ke arah Rusman.
"Gak apa-apa. Mereka orang baik-baik kok. Ikut aja..." kata Rusman. Ia kendati masih mengkhawatirkan kesehatan Helena tapi dengan terpaksa mengijinkan rekan-rekannya membawa gadis itu.
Sepeninggal 'komplotan penculik Helena,' ia segera mengirimkan pesan WhatsApp kepada salah satunya: "Mohon jangan sekali-sekali kalian ungkit kalau dia itu bintang porno. Dia mudah tersinggung...!"๐
Rombongan 'penculik Helena' telah memasuki mobil mereka. Dan mereka merasa begitu gembira karena berhasil membawa wanita cantik yang begitu viral di dunia maya tersebut.
"Serasa jalan-jalan dengan Miyabi!" pekik salah satunya sambil menarik lengan Helena dengan bahagia. Mendudukkannya di jok paling depan di samping si sopir. Sementara mereka bertiga duduk bersama di bagian tengah.
"Kita kemana dulu, Om?" tanya si sopir.
"Kita ke pusat perbelanjaan oleh-oleh, Krisna," jawab salah satunya. Mobilpun meluncur membelah gemerlapnya malam di kota Bali. Meninggalkan Rusman yang bersungut-sungut sendirian di lobi hotel.
"Kalau tahu begini, mending dia ku kurung saja di dalam kamarnya!" gerutu Rusman sendirian. Ia lantas memencet pesan di aplikasi wa miliknya. "Tolong kasih kabar setiap lima menit! Aku jadi kepikiran nih!๐ญ" tulisnya pada pesan.
Tak berapa lama terlihat balasan pada ponselnya. Berupa beberapa foto-foto selfie mereka masing-masing dengan gadis itu dalam berbagai gaya. Helena terlihat ceria dalam pelukan satu persatu dari mereka.
"Jangan khawatir Om! Gadismu sehat-sehat saja. Dia malah terlihat ceria berfoto dengan pria-pria tampan seperti kami...!" begitu isi dari pesan wa yang Rusman terima beberapa saat setelahnya.
"Sialan!" Rusman pun memaki-maki sendirian karena merasa dilangkahi oleh para junior nya.
Isi pesan berikutnya lebih menyebalkan lagi yang ia terima: "makanya Om, jangan penakut sama isteri! Kan akhirnya ditikung sama teman! He he he..".๐๐
"Usai memberikan materi seminar sebaiknya aku langsung pulang! Bahaya kalau dibiarkan lama-lama dilihat orang!" gerutunya kesal sambil terduduk lesu di kursinya.
Helena terlihat gembira saat dibawa masuk ke pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Bali. Para pengusaha yang membawanya jalan-jalan itu ternyata bersikap baik dan sopan padanya. Berbeda saat mereka di hadapan Rusman yang terkesan sebagai pria genit. Yang agak merepotkan adalah ketika pria-pria berpenampilan eksklusif itu selalu mengajaknya berselfie di setiap tempat yang menarik.
"Waaaah! Instagramku langsung melonjak viewer nya setelah kuupload foto kita! Komennya juga mencapai ribuan! Kamu benar-benar terkenal!" jerit salah satu yang berusia muda ke arahnya. "Enaknya jadi jomblo begini..."
"Nah, fotoku juga langsung banyak komen!" jerit yang satunya lagi. Helena mengerutkan alis bingung mendengarnya.
"Kalau kamu kuajak tunangan, mau enggak?" tanya yang muda dan ganteng seraya nyengir ke arahnya.
Helena cuma senyum menanggapinya. "Gak..." jawabnya singkat. Di pikirnya tak mungkin pria-pria kaya seperti itu benar-benar serius padanya yang hanya seorang pembantu.
"Jangan macam-macam kamu! Ntar kamu dikulitin Rusman!" tegur salah seorang yang lainnya.
Mereka menyeret Helena berbarengan. Menyuruh gadis itu memilih busana-busana corak Bali yang disukainya. Semua apapun yang diinginkan oleh gadis itu selalu diiyakan oleh mereka. Tapi sambil begitu mereka selalu menyempatkan mengambil foto selfie mereka. "Untuk stok lima belas tahun update foto di Facebook!" kata yang muda sambil nyengir.
"Serius nih! Atau kamu kepengen kita langsung nikah aja?" ajakan konyol kembali dilontarkan oleh si muda tampan. Entah kenapa ia betul-betul kepincut dengan senyuman Helena, kendati gadis itu kadang-kadang terlihat gugup berhadapan dengan para pria itu.
"Hei, hei, hei! Jangan membangunkan macan yang sedang tidur!" yang lain mengingatkan.
Usai puas berbelanja dengan membawa bongkahan tas besar berisikan busana dan aksesories, mereka mengajak Helena jalan-jalan ke sebuah resto terkemuka, makan sepuasnya, lalu dilanjut ke sebuah kafe.
"Nih, kamu simpan ya buat jajanmu! Mungkin tak sebesar honor fotomu di agency," salah satu nya seraya tersenyum, menyisipkan lembaran uang sebanyak 10 juta ke dalam tas Helena. Yang lain juga melakukan hal yang sama dengan jumlah yang berbeda.
Helena terlihat bingung. "Maksudnya honorku yang mana...?" Helena mengerutkan alis. Otaknya berputar menghubung-hubungkan perkataan orang itu dengan masa lalunya. Lalu sekilas melintas lagi dalam pikirannya bayangan dirinya difoto tanpa busana.
"Ya honormu sebagai model..." orang itu tak jadi meneruskan kata-katanya karena disikut oleh rekan di sebelahnya. "Jangan ungkit-ungkit masalah itu...! Kamu enggak ingat ya pesan Pak Rusman?!"rekannya itu berbisik seraya melotot.
"Kita ke pantai Kuta yuk! Foto-fotoan lagi!" ajak yang muda untuk mengalihkan pembicaraan.
Mereka pun menyeret Helena lagi. Tak terasa jam menunjukkan pukul sebelas malam. Dan Rusman gelisah menunggu kedatangan mereka di hotel.