Chereads / Pelayan Genit / Chapter 24 - Pembantu Gadungan Yang Mengagetkan

Chapter 24 - Pembantu Gadungan Yang Mengagetkan

Lenny masih dengan senyum menggoda langsung duduk di sofa ruang tamu. Ia memandang sekeliling ruangan itu.

"Kamu jarang sekali datang ke sini. Pasti ada sesuatu yang penting diperusahaan," kata Rusman sambil duduk di depan gadis bongsor berkulit putih itu.

"Iya, pak. Saya ingin menghubungi langsung Pak Rusman tapi rasanya kurang enak. Kemaren ada beberapa investor luar daerah yang datang ke kantor ingin join  pengembangan ternak sapi dengan media pangan limbah sawit," kata Lenny. "Tapi Bapak selama beberapa hari tak dikantor, dan mereka ingin berbicara langsung tanpa melalui telepon," kata Lenny. Wajahnya mulai terlihat serius, tapi salah satu pahanya ia timpakan ke betis yang lainnya sehingga rok nya yang pendek agak tersingkap.

Rusman menatap bagian "discount' di tubuh Lenny itu. Tersenyum simpul. Sepertinya gadis itu kini tambah menarik di matanya.

Ia menatap wajah gadis itu. Juga terlihat  lebih cantik dari sebelumnya. Rusman mengerutkan alis. Kok seperti ada perubahan ya di diri anak ini? Pikirnya.

"Dan..." Lenny melirik ke arah dalam rumah. "Pak Rusman masih sendirian di rumah ya?" tanyanya.

"Ada pembantu dan satpam, ibu dan anak masih di Amerika," kata Rusman. "Santai sajalah. Beberapa hari ini aku memang ada kegiatan di luar kota. Terima kasih kamu sudah mengingatkan. Nanti kalau ada waktu aku bisa saja mengatur pertemuan dengan mereka. Oh, kalau kau ingin minum ambil sendiri ya," kata Rusman.

Beberapa saat kemudian ia ingat sesuatu. "Oh, sebentar, tak usah kau ambil sendiri. Kan aku ada pembantu..." kata Rusman sambil nyengir.

Ia bergegas ke dapur, menghampiri Helena yang sibuk mengotak-atik isi kulkas sembari mengerutkan alis.

"Buatkan minuman ya. Aku ada tamu di luar," katanya.

Helena agak bingung sesaat. "Oh, minuman apa?"

Rusman terpaku sesaat. Ia menjadi tak tega menyuruh-nyuruh Helena yang dipikirnya mungkin tidak memiliki skill sama sekali di bidang masak memasak. "Oke, gak usah. Biar aku bikin sendiri saja, tapi kamu yang antarkan. Tapi bilang kamu sendiri yang bikin ya," kata Rusman sambil tertawa. "Aku ini pimpinan perusahaan. Sangat menggelikan rasanya kalau aku sendiri yang membuatkan minuman untuk tamu karyawanku, lagipula aku kan punya pembantu..."

Rusman dengan cekatan mengambil air es dan botol sirup yang ada di dalam kulkas. Menuangkannya dan memberikannya kepada Helena.

"Antarkan saja...!" kata Rusman.

Helena dengan masih mengenakan pakaian renang yang basah keluar dari dapur mengantarkan minuman untuk Lenny yang duduk di ruang tamu.

Lenny saat itu justru tengah asik membuka kancing baju bagian atasnya agar dadanya lebih terbuka.

Saat melihat Helena keluar sambil membawakan gelas minuman, matanya langsung membelalak tak percaya.

"Ap-pa...? In-ni pembantu Pak Rusman...!?"

Helena dengan cueknya meletakkan gelas itu di meja. Dengan senyum manis ia berkata kepada perempuan yang dadanya sudah terbuka lebar itu. "Ini minumannya, Mbak... selamat menikmati..."

Lenny menatap gadis itu dengan wajah masam. "Jadi kamu ini benar-benar pembantunya...?" tanyanya penuh selidik. Ia meneliti gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak ada cacat celanya! Terlalu sempurna untuk seorang perempuan! Pantas saja Pak Rusman lebih betah di rumah daripada turun ke kantor! Pikirnya dengan hati cemburu. Gila! Jangan-jangan ini perempuan yang dimaksud oleh dukun sialan itu! Bah! Kenapa Pak Rusman sampai dapat pembantu secantik ini?

Lenny bergegas mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"Boleh kuambil fotomu, dik?"

Tanpa menunggu persetujuan Helena, Lenny langsung cekrek-cekrek mengambil foto pembantu gadungan itu, lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.

"Foto saya untuk apa, Mbak?" tanya Helena bingung.

"Buat disantet, eh salah! Buat kuupload di medsos. Ini lho pembantu tercantik di dunia!" katanya dengan hati dibakar cemburu.

Tak berapa lama Rusman muncul lagi di ruang tamu. Ia mengenakan setelan yang cukup rapi. Tapi ia agak kaget ketika melihat Helena duduk dengan manis di samping si perempuan dada terbuka di atas sofa.

"Lho? Kok kalian langsung jadi akrab?" tanyanya terperangah. Ia ikut duduk dengan perasaan bingung. Lebih bingung lagi saat ia melihat Lenny mengusap-usap pundak Helena dengan akrabnya.

"Eng... anu... saya jadi suka berteman sama dia. Soalnya dia anaknya  pintar. Mengantarkan minuman saja ia menggunakan baju renang. Saya ingin ajak dia jalan-jalan," kata Lenny asal-asalan.  Senyumnya terlihat misterius.

"Untuk apa diajak jalan-jalan?" Rusman tampak kurang setuju.

"Mau diceburin ke jurang, eh salah!   Mau diajakin ngerujak di warung depan kantor. Soalnya aku kesepian juga gak ada teman ngobrol. Dia juga kayaknya kesepian nih gak ada teman. Boleh ya? Boleh dong...!" Lenny setengah memaksa.

Rusman langsung menggeleng.

"Dia masih dalam perawatan, karena dia baru saja kecelakaan. Jadi aku tak bisa membiarkan dia berkeliaran di luar rumah," kata Rusman.

Lenny langsung cemberut. "Yah, gak papa deh! Kalau gitu kapan-kapan aja deh aku membunuhnya, eh salah! Maksudnya nanti aja deh jalan-jalannya," kata Lenny lagi sambil nyengir kuda.

Tapi diam-diam ia kembali melirik sebal ke arah Helena, di mana gadis itu justru asik memainkan gelang aksesories milik  Lenny yang dianggapnya cukup menarik.

"Ini bagus, Kak.  Beli di mana?  Aku ingin sekali beli seperti yang ini...!" rengek Helena.

"Kamu mau...?" Lenny melepaskan gelang warna-warni  terbuat dari batu itu dari tangannya.    Ia memberikannya kepada Helena sambil tersenyum misterius. "Nih, ambil saja. Nanti kamu kuajak jalan-jalan ya. Kita cari gelang model begini banyak-banyak buat kamu," kata Lenny seraya menyorongkan gelang itu ke Helena.

"Ih, asik! Ma kasih ya kak!" Helena terlihat gembira menyambutnya. Ia cepat-cepat mengenakannya pada pergelangan tangannya.

Rusman tersenyum melihat keakraban keduanya. Tapi diam-diam aura sensual Lenny mulai merasuki otaknya. Aura perasaan cintanya kepada Helena juga menggebu-gebu, bahkan hampir mengalahkan pesona Lenny. Namun gadis sekretaris perusahaannya itu sepertinya memiliki aura sensual yang cukup kuat merasuki otak warasnya sehingga ia menjadi bimbang yang mana yang sebenarnya harus ia utamakan.

Lenny terlihat menatap pengusaha itu dengan lirikan menggoda, saat Helena berpamitan menuju ke dapur. Bibirnya mulai dijilat-jilatnya membuat pengusaha itu paham sinyal apa yang sedang dimainkan oleh perempuan bertubuh mulus itu. Apalagi saat dilihatnya dada perempuan itu yang semakin terbuka memperlihatkan tonjolan montok dan mulus. Seperti makanan lezat yang siap dihidangkan.

"Mengenai kerjasama dengan investor peternakan sapi..." Suara Rusman agak tersendat saat Lenny mulai menggelinjang kan tubuhnya di hadapan pengusaha itu.

Rusman menelan ludahnya, lalu berusaha meneruskan kata-katanya. "... kita akan... undang kembali... mereka..." Lenny mulai merangkak mendekatinya sehingga kalimat Rusman yang disetting se formal mungkin kembali tertahan.

"Kita bicarakan di dalam kamar akan lebih afdol lagi, Pak..." Lenny mendesah dan terus merangkak mendekatinya bagaikan seekor sapi yang hendak mendatangi tumpukan rumput.