Dan Helena hari itu tanpa rasa ikhlas langsung diseret Rusman menuju bandara untuk penerbangan ke Jakarta, transit menuju Denpasar.
"Kamu itu cuma babu, jadi harus nurut!" sentak Rusman tatkala dilihatnya Helena malas-malasan berganti pakaian seperti yang diperintahkan.
"Mana ada sejarahnya babu ikut majikannya ke luar kota!" Helena merengut.
"Ya sudah. Kamu saja bikin sejarahnya!" sahut Rusman sambil nyengir. Ia sendiri yang packing perbekalan gadis itu. "Aku ini majikan terbaik di dunia kepada pembantunya. Pernah dapat penghargaan internasional lho!" kata Rusman lagi.
Helena terbelalak.
"Memang ada penghargaan seperti itu, Om?"
"Ya ada lah! Piala Oscar namanya! Ayo cepat ganti pakaianmu. Di pesawat masak pakai daster begitu?"
Tiba di bandara saat akan memasuki pesawat, Helena terlihat agak ketakutan. Saat itu ia mengenakan t-hirt warna abu-abu dengan jeans ketat warna hitam. "Yakin pesawat ini gak bakalan jatuh, om?"
"Ya enggak lah! Pesawat itu jatuh kalau moncongnya menukik ke bawah. Nah, selama posisi terbangnya datar ya gak bakalan jatuh!" jawab Rusman sambil menyeret lengan gadis itu.
Dan Helena membelalak tak percaya ketika pesawat mendarat di bandara Ngurah Rai, Bali. Berbagai bentuk rupa turis asing tampak berkeliaran di situ.
"He, ini belum seberapa. Nanti kalau sudah sampai di hotel dan tempat-tempat wisata, akan lebih banyak lagi yang kamu lihat. Kamu belum pernah ke sini kan?" Rusman tersenyum melihat kepolosan gadis itu.
"Memangnya semua ada di sini, Om?" tanya Lusia.
"Iya. Semuanya ada. Bahkan dinosourus juga ada di sini. Ayo cepat, kita sudah dijemput nih!" kata Rusman saat dilihatnya sebuah mobil datang menjemput mereka bandara.
Mereka diinapkan di sebuah hotel mewah, di mana acara seminar yang digelar juga bertempat di aula pertemuan hotel itu.
Dan Helena dipesankan satu kamar khusus oleh Rusman. Bagaimana pun juga pengusaha itu ingin menjaga reputasinya di hadapan rekan sesama pengusaha sebagai seorang pria yang setia kepada keluarga... dan takut pada isteri!
"Siapa tuh, yang Pak Rusman bawa...?" tanya salah seorang rekan pengusahanya, yang masih berusia muda, dengan gelagat penasaran melihat kecantikan alami gadis yang dibawa oleh Rusman.
"Dia asisten saya," jawab Rusman singkat.
Orang itu terus menatap Helena tanpa berkedip, seperti mengingat-ingat sesuatu.
Helena mengerutkan alis. Ia mundur menjauh dan berlagak mengambil makan malam yang disediakan di ruang pertemuan, demi menghindari tatapan penasaran beberapa pengusaha.
"Eh, dia itu, yang katanya asisten Pak Rusman kok kayak....." salah seorang pengusaha berbisik. Ia senyam-senyum.
"Kamu sering buka-buka situs xxx ya? Kok jadi hafal?" bisik yang satunya. Seorang bapak-bapak mengenakan safari, sambil cekikikan. "Jangan-jangan memang dia ya orangnya? Hebat juga tuh si Rusman. Dapet karyawan cewek begituan...!" Ia memandang hampir tak berkedip ke arah Helena. "Oh, astaga! Memang dia kayaknya!"
Si teman, yang muda dan berkaca mata terbelalak. "Oh god! Jangan-jangan juga Rusman tidak tahu kalau karyawannya itu seorang... ah, sudahlah! Kita culik saja beberapa saat tanpa sepengetahuan Rusman..."
Mereka berdua berbisik-bisik lagi. Seperti merencanakan sesuatu.
Helena tengah asik menyantap hidangannya. Berupa kepiting pedas dan udang galah goreng, ketika dua orang rekan pengusaha Rusman menghampirinya.
Salah satunya meletakkan sebongkah lobster pedas manis ke piring Helena. "Kayaknya kamu suka sea food, ini kutambahin lagi," kata yang berusia muda.
Ia duduk di hadapan Helena. Gadis itu mengerutkan alis.
"Kata Pak Rusman, kamu staff kantornya ya?" Ia tersenyum.
"Aku pembantu nya," jawab Helena singkat. Langsung saja si pria muda berkaca mata itu membelalak. "Pembantu...? Oh, maksudnya pembantu tugas Pak Rusman di kantor di bidang administrasi begitu?"
"Ya pembantu. Cuci piring, cuci pakaian, nyetrika, memasak, dan lain sebagainya..."
Orang itu mulutnya menganga. Tapi sejurus kemudian ia tertawa ngakak.
"Oh iya. Pembantu memasak, cuci baju, cuci piring, nemanin tidur.... isteri simpanan? Astaga! Benar-benar hebat si Rusman. Oh, kamu udah pensiun ceritanya?"
"Pensiun?" Helena kembali mengerutkan alisnya. Ia menghentikan makannya. "Maksud kamu apa?"
Orang itu mengotak-atik ponselnya. Ia memandang sesuatu, lalu bolak-balik menatap wajah Helena. Ke ponsel lagi, ke wajah Helena, lalu tersenyum. "Ah ya. Kamu orang terkenal rupanya, tapi pura-pura polos! Kamu potensial untuk menjadi bintang besar!"
"Ehm...." Rusman tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
"Pak Rusman..." orang itu nyengir serba salah. Ia mempersilakan Rusman duduk di depannya.
Rusman tampak sedikit kesal. "Maaf ya. Aku ada urusan sebentar dengan asistenku..." Rusman buru-buru menyeret Helena ke tempat lain.
"Om... aku belum selesai makannya..." Helena protes sambil tergopoh-gopoh mengikuti langkah Rusman yang menyeretnya.
Rusman mendudukkan gadis itu di sebuah kursi lain yang agak jauh dari orang-orang. "Kamu mau makan hidangan apa? Biar aku yang ambilkan...!" Rusman berkata dengan nada dingin.
Helena nyengir. Masak sih malah pembantu yang mesti dilayani? Bukannya pembantu yang melayani tuannya? Pikirnya. Matanya mengerling ke arah deretan hidangan malam yang disediakan panitia seminar.
"Cumi, bebek, udang, kepiting! Semua dijadikan satu piring! Gak pakai nasi! Ambilkan jagung rebus saja! Terus minumnya jus sirsak...!" Helena memerintah sambil nyengir. Kapan lagi bisa menjadi tuan kalau tidak malam ini? Pikirnya.
Rusman mendelik sesaat. "Kalau ada siapapun laki-laki yang mendekatimu, jangan dilayani. Ini sesuai perjanjian kontrak kerja di antara kita, pembantu gak boleh dekat-dekat lelaki!" ujarnya lalu bergegas hendak mengambilkan makanan yang dipesan Helena.
"Kenapa begitu?"
"Soalnya kalau pembantu hamil yang dicurigai pasti tuannya!" jawab Rusman sambil berlalu.
Helena melongo. Lantas geleng-geleng kepala. "Siapa juga yang mau dihamilin...?" gumamnya.
Beberapa saat kemudian Rusman memang datang membawakan makanan Helena. Semua tepat seperti.yang disebutkan gadis itu.
"Om sudah makan?" tanya Helena.
"Melihatmu pun aku sudah kenyang!" sahut Rusman cepat, sambil mengamati ponselnya. Ia mengerutkan alis saat mengamati ponselnya, banyak sekali kiriman dari teman-temannya lewat whats app, gambar-gambar syur milik Helena, mungkin di download dari sebuah situs porno. Ada beberapa komentar menggelitik di situ, di antaranya: "selamat menempuh hidup bahagia temanku! Anda beruntung!" ada lagi yang menulis pesan: "syuuuurrr! Aaaahhhh!" ada juga yang menulis pesan: "mau diapain karyawanmu malam ini bos? Boleh titip rekaman cctv nya gak? Ha ha ha... sembilan belas detik aja sudah cukup boss!"
Dan yang lebih membuatnya tersentak adalah kiriman wa dari anaknya yang di Amerika, seraya menyertakan beberapa foto syur milik Helena sambil menyertakan caption sedikit kurang ajar. "Pah, ternyata yang kutabrak kemaren adalah bintang porno terkenal! He he he! Tranfer uang dong 100 juta! Kalau enggak mau, aku bilangin mamah nih! Ha ha ha...!"
Rusman wajahnya langsung merah padam. "Anak kurang ajar! Bapaknya sendiri dia peras!" Ia menggerutu sambil melotot menatap ponselnya.
Helena yang tidak tahu apa-apa mengerutkan alis. "Kenapa Om? Kok jadi emosi?"
"Oh, enggak! Ini anakku yang kuliah di Amerika kurang ajar banget! Dia menghamili teman se kampusnya!" Rusman berbohong menutupi kegugupannya.
"Oh, kalau begitu bagus dong malah. Berarti anak Om tidak mandul!" Gadis itu mengikik. Memperlihatkan gingsulnya yang manis yang mampu membuat jantung Rusman empot-empotan.
Rusman menoleh ke sekelilingnya dengan gelisah. Gawat nih rekan-rekan pada tahu siapa identitas gadis ini! Ternyata dia seorang yang terkenal! Terutama di kalangan di kalangan penggemar situs porno! Pikirnya rada-rada panik.