Ia menatap kesal tembok yang telah mendurhakai jidatnya.
"Tembok sialan!" maki nya. Sakit di fisik, tapi jiwanya bernyanyi karena merasakan benih-benih cinta kembali. "Aku tak akan biarkan kau meninggalkan rumah ini apapun alasannya...!" gumam Rusman sendirian.
Ia bergegas kembali ke kamarnya setelah menyempatkan diri melihat Helena memasuki kamarnya.
Diam-diam ia sebelumnya mengambil salah satu duplikat kunci kamar Helena. Menggenggamnya seraya tersenyum.
***
Lenny tersentak terbelalak kesal saat menyadari pagi-pagi ia bangun tidur, ternyata tubuhnya masih dalam pelukan dukun cab..., eh salah, dukun pelet yang ia mintai jasanya untuk memelet lelaki yang ia incar.
Dukun itu masih terlelap dalam tidurnya saat ia dengan kesal berusaha melepaskan diri dari pelukannya, dan ia bergegas bangun untuk mengenakan busana nya kembali, yang telah dipreteli oleh si dukun habis-habisan tadi malam.
Diliriknya dukun yang masih tertidur itu, tapi terlihat senyum puas di bibirnya.
Hhhhhhh...! Keenakan benar dia! Awas kau! Pikirnya geram.
"Woi, bangun! Aku mau pulang nih! Berapa bayarannya?!" Lenny mengguncang-guncang tubuh dukun itu dengan hati geram.
Dukun membuka sedikit matanya. Tampaknya roh nya belum kembali seratus persen atau proses loading dulu untuk mengembalikan kesadarannya ke alam nyata.
"Gak usah bayar, deh..." kata dukun itu berusaha bangun, lalu dengan susah payah duduk di pinggir ranjang.
"Oh, maksudnya gratis atas layanan jasamu, mas duk?" Lenny tersenyum manis pura-pura sabar.
"Kan kamu sudah bayar mahal tadi malam. Kamu benar-benar nikmat. Bikin ketagihan..." kata sang dukun nyengir sambil matanya menatap dengan tatapan mesra. Sambil mengedip-ngedip mata pula!
"Oh, kalau begitu ma... kaaaa... siiih... yaaa..." kata Lenny sambil melambaikan tangannya dan bersiap-siap untuk pergi.
Dukun itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pula. "Iyaaa... ma... kaaa... siihh... juug..."
Plak...!
"Waduh! Ada apa ini...?" Dukun itu kaget ketika sebuah gamparan penuh emosi mendarat di mukanya. Belum sempat hilang rasa kagetnya...
Plak!
Gamparan kedua.
Plak!
Gamparan ketiga.
Plak!
Pluk!
Plak!
Pluk!
Plak!
Gamparan keempat, kelima, keenam, dst....
"Heeee, berhenti! Apa-apaan ini?" Dukun itu menutupi wajahnya yang terus-menerus mendapat serbuan gamparan penuh kekesalan dari si gadis yang telah ternoda. (kok masih gadis sih?) Rambut dukun itu sampai awut-awutan kayak sarang burung onta.
Lenny mengakhiri serangan militannya dengan sebuah senyuman puas.
"Gak papa! Aku hanya sekedar memenuhi saja janjiku pada diriku sendiri..." katanya sambil melempar senyuman manis yang terakhir sebelum berlalu dari hadapan si dukun.
Dukun itu nyengir lagi....
Plakkk...!
Sebuah gamparan terakhir masih sempat-sempatnya mendarat di wajah porno sang dukun sebelum ia sempat menghilangkan senyumnya.
Lenny langsung melenggang kangkung meninggalkan sang dukun yang terbengong-bengong dengan muka membiru terutama di bagian bibir dan mata.
"Bila sakit berlanjut, hubungi dokter...!" Lenny masih sempat nyerocos asal dari balik kaca mobil sebelum ia meluncurkan kendaraannya itu.
***
Pagi-pagi sekali Rusman sudah rajin mengotak-atik ponsel Helena. Tangannya rada gemetar karena penasaran ingin mengetahui asal-usul gadis belia yang mampu memporak porandakan hatinya itu. Suatu perilaku aneh yang sesungguhnya sangat anti ia lakukan selama ini! Kepoin HP orang lain!
Tapi hal itu memang sengaja ia lakukan demi mengetahui identitas sebenarnya gadis itu (biasa, yang namanya orang jatuh cinta pasti ingin tahu lebih jauh hal-hal yang berhubungan dengan orang yang ia cintai).
Tak sabar ia mengaktifkan kembali ponsel itu tanpa mempedulikan anaknya yang berada di Amerika menghubunginya berkali-kali. Ponsel itu memang sengaja ia off kan sebelumnya karena selalu terdengar suara panggilan, hampir sepanjang malam. Ia sendiri merasa ngeri. Pasti gadis itu sedang dicari-cari keluarganya! Pikirnya.
Kini setelah ponsel itu aktif kembali ia mulai meneliti isinya satu persatu. Pertama pemberitahuan panggilan.
Ada puluhan panggilan tak terjawab di ponsel itu. Pertama panggilan dari 'bunda' terdapat 11 panggilan, kedua panggilan dari 'porn agency' sebanyak 7 panggilan. Ketiga dari 'mia' sebanyak 8 panggilan, lalu beberapa nomor tak dikenal sebanyak puluhan panggilan. Rusman malas menghitungnya!
Ia nyengir.
Lalu membuka box pesan.
Pesan pertama, dari 'bunda': "Helena. Kmn km? Knp gak plng2?"
Pesan kedua, masih dari 'bunda': "Helena, pulanglah nak! Ibu sedih! Adikmu sakit, ibu sakit! Gak ada yang bisa jaga warung! Ibu gak bisa beli beras gak ada uang...!"
Rusman terpana. Ia bergegas membuka pesan ketiga. Dari 'porn agency' : "Hai, Helena! Foto bugilmu laris banyak pengunjung! Honor kamu 30 juta sudah kami transfer ke rekeningmu. Ini ada tawaran dari perusahaan, mau gak kamu bikin video porno? DP 100 juta lho. Mau ya! Mau ya! Kalau kamu berminat hubungi balik ya!"
Rusman mengerutkan alis. Pesan-pesan awal membuatnya terenyuh dan ikut bersedih, namun pesan-pesan berikutnya membuat ia bertanya-tanya.
Jadi gadis itu bernama Helena? Tapi pesan yang terakhir yang ia baca apa maksudnya? Astaga! Jangan-jangan gadis yang ia sembunyikan di rumah ini adalah model porno! Pantesan cantik, imut, dan seksi sekali body nya! Pikir Rusman sambil meringis. Dan gadis itu ternyata punya uang banyak di rekeningnya hasil dari menjadi model porno. Tapi ia mempunyai seorang ibu yang saat ini sedang kesusahan.
Rusman jadi termangu di ranjang. Ia bergegas mencatat nomor ponsel 'bunda' di ponsel lain miliknya. Ia bertekad akan melacak alamat orang tua gadis itu, dan berniat ingin melakukan sesuatu secara khusus di sana!
Ia bergegas membuka galeri foto pada ponsel gadis itu. Ada beberapa foto Helena dengan beberapa temannya masih mengenakan seragam SMA. Berlatar belakang plang nama sebuah SMA di kota itu.
Dan ia melotot saat melihat beberapa foto gadis itu tanpa busana! Berfoto dengan gaya bak model profesional!
Astaga! Berarti dia memang benar-benar seorang model porno!
Dan Rusman langsung berjatuhan air liurnya melihat foto-foto itu!
Tess..... tess.... tess....
***