Chapter 36 - Syarat

Luca mengikuti Daigo Tudor dan sepuluh tetua half-beast berjalan menyusuri rumah pemerintahan. Memasuki gerbang, halaman luas yang ditanami beberapa pohon akan terlihat. Setelah beberapa langkah, mereka akan sampai pada tangga kayu yang membawa mereka menuju teras depan rumah itu.

Ketika membuka pintu geser besar yang terbagi dua arah, sebuah halaman besar berbentuk kotak akan terlihat. Di tengah halaman yang terdiri dari pasir, kerikil-kerikil cantik yang tersusun rapi, dan beberapa pohon serta tanaman bunga, terdapat sebuah patung rubah berekor dua yang sedang menatap ke atas langit. Ukiran dan lekukan yang lembut pada patung itu memberikan ke-elegan-an yang tak terdeskripsikan. Siapa pun yang melihatnya akan berhenti sejenak untuk mengagumi patung itu. Tentunya, kecuali Luca.

Sudah hampir 700 tahun ia tidak mendatangi tempat ini tapi tidak ada yang berubah. Kayunya bahkan masih kuat dan semuanya bersih mengkilap. Semuanya terawat dengan sangat baik, begitu baik hingga Luca tidak bisa menghentikan dirinya untuk mendengus.

'Mereka memiliki begitu banyak uang untuk merawat rumah besar mereka dan menelantarkan rakyatnya dalam rumah susun reyot yang bau....'

Bahkan, pakaian yang digunakan para tetua ini kebanyakan terbuat dari bahan kain terbaik yang hampir selevel dengan bahan pakaian para petinggi kaum incubus.

'Dan mereka berani mengatakan bahwa mereka sangat miskin....'

Awalnya ia mengira kemiskinan mereka adalah kebenaran tapi ternyata Luca telah dibohongi. Ia bersyukur tidak pernah menyetujui permintaan peminjaman uang berjumlah besar yang diajukan oleh tetua-tetua ini.

"Silakan...," ujar Tudor yang berhenti di depan sebuah pintu geser yang besar. Tangannya terjulur ke arah dalam pintu yang terbuka seraya berjalan ke sisi sudut pintu untuk membukakan jalan bagi Luca. Para tetua lain juga mengikuti perlakuan Tudor.

Dilihat dari jauh, semua orang akan melihat sekumpulan makhluk yang begitu sopan dan hormat kepada Luca. Namun, di mata Luca yang berada tepat di depan mereka semua, ia bisa melihat wajah yang masih terangkat tinggi, picingan mata tajam yang meneriakkan 'tidak sudi menghormatimu', dan tubuh yang hanya tertekuk sedikit agar terlihat membungkuk tapi sebenarnya tidak sama sekali.

"Berdirilah jika kau ingin berdiri dan membungkuklah jika kau ingin. Tidak perlu memaksakan diri," tegur Luca tanpa basa basi.

Luca tidak tersinggung. Ia juga tidak pernah mengharapkan penghormatan dari orang lain bahkan dari kaumnya sendiri.

Hanya saja, ia tidak suka perlakuan yang tidak jujur. Ketika tidak suka, katakanlah tidak suka.

Masih bagus jika ia tidak bisa melihat ketidakjujuran itu. Namun, ketika ia melihat ketidakjujuran itu di depan matanya, Luca tidak bisa untuk tidak memiliki pandangan lebih buruk lagi terhadap mereka.

Ke-11 tetua itu tersentak kaget, tidak menyangka akan ditegur seperti itu. Sepuluh dari mereka langsung melirik Tudor.

Mereka memang sengaja memperlihatkan ketidaksukaan mereka tapi tidak pernah menyangka kepala dari kaum incubus ini akan secara terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya juga, bahkan lebih frontal dibandingkan mereka.

Di tengah suasana yang tidak nyaman itu, Tudor tiba-tiba tertawa seperti telah melihat sesuatu yang lucu.

Luca mengernyit samar. Vasile juga. Bahkan kesepuluh tetua lain juga bingung.

"Aku tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang lucu," tegas Luca.

Tudor langsung tersentak kecil. "Oh, begitukah? Aku kira Anda sedang bercanda kepada kami. Baiklah, lupakan saja kejadian tadi. Tidak baik menghabiskan waktu terlalu banyak untuk sesuatu yang tidak penting. Silakan...." Tudor kembali mengulurkan tangannya ke arah dalam ruangan.

Tidak berkomentar apa-apa, Luca berjalan masuk ke dalam ruangan.

Ruangan itu memiliki luas yang cukup untuk menampung sekitar 100 orang.

Dulu, tetua half-beast berjumlah banyak di mana setiap satu tetua mewakili satu spesies. Oleh sebab kemiskinan serta perbudakan yang lama menimpa kaum mereka, banyak spesies yang punah hingga akhirnya tersisa 12 spesies: harimau, singa, kelinci, anjing, kucing, serigala, tikus, beruang, gajah, macan tutul, musang, dan rubah.

Ruangan itu terasa begitu luas dan boros ketika hanya 13 orang yang menempatinya sekarang beserta empat pelayan yang sedang menyediakan bantal duduk dan menuangkan teh. Luca hanya menerima gelas teh yang disodorkan kepadanya dan langsung meletakkannya ke atas lantai tanpa meminumnya.

Ia duduk menyilang di atas bantal duduk dalam diam, menunggu para tetua itu memanjakan diri dengan menikmati secangkir teh bunga.

Di kedua sisinya duduk ke-10 tetua half-beast – masing-masing sisi diduduki 5 tetua berjejer ke depan, dan tepat di seberang Luca, duduk Daigo Tudor yang dengan pelan meletakkan gelas kosongnya ke atas lantai kayu tanpa menghasilkan bunyi apa pun.

Setelah merapikan pakaian panjangnya agar tidak kusut, Tudor berdeham kecil. "Baiklah, mari kita mulai pembicaraan kita."

Luca mengangguk kecil seraya menajamkan pendengarannya. Vasile yang berdiri di sudut ruangan itu juga menajamkan telinganya.

Tudor merogoh saku lengannya dan mengeluarkan sebuah gulungan yang terikat rapi. Ia menyerahkan gulungan itu kepada salah satu pelayan dan pelayan itu menyerahkannya kepada Luca.

Ketika Luca membuka gulungan, kertas dengan panjang sekitar 70 cm terpampang di depan mata. Sebuah tulisan besar yang ditulis dengan kuas tercetak di ujung paling kanan kertas itu.

'PEMBANGUNAN KAUM HALF-BEAST'

Luca menyapukan pandangannya ke seluruh kertas itu dan secara garis besar, ia paham apa yang diinginkan orang-orang ini.

"Seperti yang tertulis di gulungan itu...." Tudor membuka suara. "Kami telah merencanakan pembangunan dan kemajuan kaum kami sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Namun, posisi kaum kami yang terendah ini membuat kami tidak punya sumber daya untuk melaksanakannya. Kami terus berusaha dan berusaha tapi seperti yang bisa Anda lihat di luar, area tempat tinggal yang kumuh yang dipenuhi dengan sampah di setiap gang-gang kecilnya, bahan makanan murah yang bahkan tidak bisa dibilang layak untuk dimakan padahal kami yang menanam hampir semua bahan makanan di Rumbell tapi semuanya dibeli dengan harga yang begitu tidak manusiawi oleh para manusia dan incubus. Tidak hanya itu, pakaian, tempat hiburan, listrik! Kami tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk mendapatkan semua itu," ceritanya dengan nada yang terlalu didramatisasi.

Para tetua lainnya terlihat begitu tersentuh hingga menutup mata dengan tangan untuk mencegah jatuhnya air mata.

'Wuaa ... ini benar-benar pembohongan....' Vasile ingin muntah melihat drama mereka. Orang-orang ini bahkan tidak merasakan kesengsaraan rakyatnya dan ia yakin, sudah berapa banyak uang yang tetua-tetua ini korupsi untuk kejayaan mereka sendiri.

Jika rakyat mereka tahu, rumah ini pasti akan menjadi lautan darah.

Luca juga amat sangat menyadari kepalsuan ini tapi hanya berwajah datar dan menunggu sampai Tudor melanjutkan ke intinya.

"Setelah sekian lama penderitaan ini kami hadapi, akhirnya secercah harapan muncul. Itu adalah informasi bahwa Anda menikahi seseorang dari kaum kami! Kami langsung berpikir, mungkin saja, iya ... mungkin saja Anda tidak lagi membenci kaum kami."

Tetua lainnya mengangguk-angguk setuju.

"Itulah mengapa kami mengundang Anda ke sini, Tuan Luca. Kami berharap Anda bisa membantu kami merealisasikan pembangunan ini bersama kami." Daigo Tudor menutup dramanya dengan membungkuk dalam-dalam kepada Luca. Ia benar-benar sangat mendalami perannya hingga sudi menunduk sampai dahinya menyentuh lantai.

'Seharusnya dia jadi aktor saja!' Cibir Vasile dalam hati.

Tetua yang lain segera ikut membungkuk dalam. "Kami memohon kerja sama Tuan Luca," ujar mereka semua bersamaan membentuk sebuah koor yang hanya terdiri dari suara bass.

Mata Luca menyipit tajam. 'Sudah kuduga,' batinnya tidak heran sama sekali.

Ia kembali melirik gulungan yang ada di tangannya.

Jika dipersingkat, rencana pembangunan rakyat half-beast ini terdiri dari: meningkatkan perekonomian rakyat, membangun pemukiman, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, memperbaiki fasilitas, meningkatkan sistem pendidikan, mengusahakan persamaan hak dengan kaum lain, serta menghapus perbudakan yang masih terjadi di pasar gelap Kota Rumbell – digulungan tersebut bagian perbudakan telah dicoret. Sepertinya, apa yang Silver katakan benar. Keluarga Olteanu semakin pandai menutupi praktek perbudakan itu hingga bisa membohongi kaum half-beast.

Memang kaum half-beast sangat membutuhkan semua yang tertera di gulungan itu, tapi ini tidak ada hubungannya dengan Luca. Ia tidak peduli dengan keadaan kaum busuk ini.

Selain itu, ia curiga.Tetua-tetua yang mampu mengkorupsi uang rakyatnya tidak mungkin tiba-tiba mempedulikan rakyat.

'Apa yang mereka rencanakan?'

Luca memicingkan matanya. "Jika aku menolak?" Pertanyaannya hampir terdengar seperti sebuah pernyataan yang tegas dan tak terbantahkan.

Hening....

Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat membuat kondisi ruangan itu dipenuhi ketegangan. Suara napas mereka terdengar begitu jelas sehingga ada yang tanpa sadar menahan napasnya.

Yang pertama kali melakukan pergerakan adalah Tudor. Singa tua itu mendongak sedikit. Sepasang mata emasnya mengkilat ketika bertemu pandang dengan Luca.

"Jika Anda menolak...." Tudor memanjangkan jeda pada kalimatnya, terlihat mempertimbangkan hal itu secara hati-hati tapi kilatan matanya memperlihatkan bahwa ia sudah memiliki jawaban yang pasti. Bibirnya melengkung, membentuk senyum yang sedikit memancarkan kelicikan.

"Kami tidak punya pilihan lain selain membunuh Asaka Mihai dan putranya karena mereka telah mengkhianati kaum kami."