*Yoan POV*
Gua gak tau siapa nama cewek itu, tapi gua tau kalau dia anak teater. Lagian gua juga suka buat logo untuk eskul di sekolah. Gua gak suka liat logo-logo yang lama, terkesan tua dan jadul banget buat gua. Kebetulan hari ini gua buat logo teater, dan kebetulan gua ketemu salah satu anak teater. Jadi gua kasih langsung aja ke dia.
****
*Author POV*
Hari ini Yoan, Kinar, dan Reina ada tugas kelompok sepulang sekolah. Tugas kesenian, mereka di suruh buat kerajinan tangan dari bahan apapun terserah mereka. Untungnya Yoan anak yang super kreatif, jadi gak sulit bagi Yoan untuk membuat kerajinan tangan.
Yoan berencana buat kerajinan tangan dari tanah liat. Semacam guci atau gerabah mini. Karena Yoan juga suka berkreasi dengan tanah, jadi Yoan sudah punya alat khusus untuk membuat guci di rumahnya.
"Ayok, keburu sore" seru Kinar pada Yoan yang masih sibuk dengan pensilnya.
"Santai" ucap Yoan dengan santainya.
"Cepetan yo, nanti keburu sore" ucap Reina sambil memasukkan perkakas tulis milik Yoan kedalam tasnya.
"Hemm iyadeh" jawab Yoan dengan malas lalu mengambil tasnya.
****
Di rumah Yoan, Kinar dan Reina hanya melihat tangan kreatif Yoan bekerja dengan indahnya. Sesekali Yoan meminta mereka untuk mengambilkan air untuk membasahi tanahnya.
"Dapur di mana?" Tanya Kinar pada Yoan.
"Di Jonggol" ucap Yoan yang membuat Kinar jengkel.
"Serius bangsat, gua haus" bentak Karin pada Yoan.
"Cari sendiri nanti juga ketemu" balas Yoan tanpa melihat Kinar.
Karena jengkel, Kinar pergi mencari dapur di rumah Yoan yang cukup besar itu sendiri. Tidak mudah bagi Kinar menemukan dapur di rumah yang bukan miliknya itu. Kinar sempat kesasar ke suatu ruangan yang isinya hanyalah mahakarya yang super indah dari teman tomboynya itu.
"Itu Deket kamar Lo, ruangan apa?" Tanya Kinar sambil membawa nampan berisi minum untuk Yoan dan Reina.
"Ruang gabut" jawab Yoan.
"Serius bangke, itu mahakarya Lo semua?" Tanya Kinar lagi sambil memberikan segelas air pada Yoan.
"Eumm,, tangan gua kotor tolong minumin" rengek Yoan pada Kinar.
Yoan sudah menganggap Kinar dan Reina sebagai sahabat sekaligus saudaranya. Makanya Yoan tidak pernah canggung untuk bermanja-manjaan dengan mereka. Yoan pun tidak canggung jika harus meminta tolong pada mereka berdua.
****
*Yoan POV*
Setelah selesai dengan kerajinan yang gua buat. Gua ngajak Kinar sama Reina ke ruangan yang di maksud sama Kinar tadi.
"Ini kin" ucap gua sambil membukakan pintu untuknya.
"Gila sih, gua gak nyangka kalo Lu sekeren ini Yo" puji Kinar sambil menepuk-nepuk pundak gua.
"Anjir, ini pasti karya-karya terbaik Lo ya?" Ucap Reina dengan wajah kagumnya.
"Bisa di bilang gitu" jawab gua lalu duduk di kursi sambil memegang pensil kesayangan gua.
Saat Kinar dan Reina sibuk melihat-lihat hasil karya gua yang terpampang di dinding dan tergeletak begitu saja di lantai. Gua sibuk nulis sebuah puisi buat mereka, yang nantinya bakal gua jadiin lagu.
*Author POV*
"Tangan lu gak bisa diem ya Yo?" Tanya Reina yang mendekat ke meja kerja gua.
"Kalian mau liat gua nyanyi gak?" Tanya Yoan dengan serius yang tak pernah di lihat oleh kedua temannya itu selama ini.
"Gausah nanti kita baper lagi" ucap Kinar sambil menarik kertas yang dipegang Yoan sedari tadi.
"Yaudah deh" jawab Yoan dengan senyum yang menggemaskan.
****
Hari ini di sekolah Yoan mengadakan acara pensi akhir tahun yang di isi oleh anak-anak teater. Mereka mengadakan pensi yang berfokus pada drama musikalisasi untuk tahun ini. Tidak bisa di pungkiri drama yang di bawakan oleh anak-anak teater sangatlah menakjubkan.
Setelah drama pertama usai, pembawa acara pensi kembali mempersembahkan drama kedua dari anak-anak teater. Di perhelatan yang kali ini, gadis yang pernah bertemu dengan Yoan hari itu di perpustakaan ikut dalam drama tersebut.
Saat MC memperkenalkan nama-nama pemain dari drama tersebut. Barulah Yoan tau siapa nama dari gadis yang berpawakan manis dan mancung yang ia temui hari itu.
*Yoan POV*
Hari ini gua tau siapa nama dari cewek yang gua kasih logo teater hari itu. Namanya Karinia Calista Amadea, anak kelas 10 IPA 2. Rambutnya lurus dan panjang, hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, tinggi tapi gak lebih tinggi dari gua, dan yang paling penting dia cantik.
Di drama ini dia berperan jadi seorang putri, dengan gaun yang dia pakai itu membuat dia kelihatan anggun banget. Entah apa yang istimewa dari dia, tapi dia keliatan spesial banget di mata gua.
Kinar sama Reina juga cantik, tapi gua gak memandang mereka kayak gua memandang Karin saat ini. Dia bener-bener kayak magnet buat mata gua, yang membuat gua gak mau melepaskan pandangannya dari dia.
****
*Author POV*
Setelah pementasan drama selesai dan pembawa acara menutup acara pensi sekolah tersebut. Tiba-tiba Yoan di hampiri oleh Ketum eskul teater.
"Makasih ya udah buatin logo buat eskul kita" ucap gadis itu sambil tersenyum.
"Iya kak sama-sama" balas Yoan yang kemudian di balas senyuman Karin di balik badan ketum teater tersebut.
"Karin yang bilang kalo ini buatan Lo" ucap Ketum tersebut sambil melihat ke arah Karin.
"Ohh iya kak" ucap Yoan sambil tersenyum sekilas pada mereka berdua.
Setelah ketum teater tersebut meninggalkan Yoan dan Karin berdua. Tiba-tiba dua sahabat Yoan, Kinar dan Reina datang membawakan Yoan makanan.
"Eh saha nih, mening geulis pisan euy?" Goda Reina pada Karin.
"Euh, kenalin aku Karin" sapa Karin dengan senyumnya yang manis.
"Aku Yoan" balas Yoan sambil menjabat tangan Karin.
"Ehmm aku yaa, biasanya anjang anjeng omongannya" sindir Kinar pada teman tomboynya itu.
"Apaan sih, gajelas" ucap Yoan sambil menyikut lengan temannya itu.
"Yeekk, gua Kinar dan ini Reina" ucap Kinar sambil memperkenalkan diri pada Karin.
"Ohh hai" sapa Karin pada Reina dan Kinar.