Chereads / Yoan / Chapter 4 - episode-3

Chapter 4 - episode-3

Setelah pulang sekolah, Kinar dan Reina berencana mengajak Yoan pergi menonton film yang baru saja tayang di bioskop Minggu ini. Tapi tiba-tiba saja hujan mengguyur area sekolah mereka dengan derasnya. Akhirnya Kinar dan Reina pulang karena mereka sudah di jemput oleh go-car yang di pesannya.

"Gua sama Kinar duluan ya, udah dateng tuh abangnya" ucap Reina pada Yoan.

"Yoi, hati-hati" ucap Yoan sambil tersenyum.

"Elu yang hati-hati, jangan nerobos hujan ya, deres banget ini denger gak?" Pinta Kinar sambil berjalan menuju mobil.

"Iya bawel" seru Yoan pada teman kesayangan itu.

Entah sampai kapan hujan ini akan berhenti. Yoan memutuskan untuk mengeluarkan buku dan pensilnya untuk mulai membuat mahakarya dengan tangannya yang ajaib. Kali ini Yoan akan menorehkan sebuah wajah di kertas miliknya. Bukan wajah yang familiar untuk Yoan, tapi wajah yang membuatnya terpaku ketika melihatnya. Dengan hati-hati Yoan menorehkan ujung pensilnya untuk melukis wajah Karin yang baginya sangat indah itu.

Tiba-tiba suara seorang gadis mengagetkannya dari kegiatan yang sedang ia lakukan.

"Gambar lagi?" Seru Karin yang tiba-tiba duduk di samping Yoan.

"Euhh iya" balas Yoan lalu dengan cepat menutup bukunya.

"Gambar apa, kok di tutup?" Tanya Karin sambil tersenyum.

"Bukan apa-apa kok" jawab Yoan sambil memasukkan perkakas tulisnya ke dalam tas.

"Kamu belum pulang?" Tanya Yoan pada Karin.

"Belum kan hujan" jelas Karin.

"Di jemput apa pulang sendiri?" Tanya Yoan.

"Di jemput papah nanti" ujarnya sambil tersenyum.

Yoan hanya membalasnya dengan senyuman.

Setelah hujannya mulai reda, Yoan memutuskan untuk pulang sebelum hujan kembali turun dengan derasnya. Yoan yang melihat Karin belum di jemput oleh papahnya pun menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

"Mau pulang bareng?" Tanya Yoan sambil mengenakan celana di pojokan.

"Gak papa aku nebeng?" Tanya Karin canggung.

"Gak papa lah, tapi naik motor jadi agak kegerimisan dikit gak papa ya" ujar Yoan lalu memasukkan rok sekolahnya ke dalam tas.

Dengan cepat, Yoan menarik tangan Karin menuju parkiran motor. Walaupun masih agak gerimis, tapi Yoan tetap menerabasnya. Padahal Yoan tau kalau dirinya tidak bisa kena dingin ataupun angin berlebihan, atau dirinya pasti akan masuk angin.

Karena hujannya semakin deras bukannya makin reda. Yoan tidak mengantar Karin langsung ke rumahnya, tapi mengajaknya ke rumah Yoan terlebih dahulu. Karena rupanya rumah Karin lebih jauh dari rumah Yoan. Lagipula badan keduanya sudah basah kuyup.

****

"Maaf ya gak langsung nganterin, soalnya deres banget tadi" ucap Yoan sambil memberikan Karin handuk.

"Iya gak papa, aku juga udah bilang sama papa kalo aku di rumah temen" ucap Karin sambil mengeringkan rambutnya.

"Pake baju ku aja ya, baju kamu basah banget nanti masuk angin" ucap Yoan lalu memberikan Karin baju dan celana miliknya.

"Makasih ya, maaf juga udah ngerepotin" ucap Karin canggung.

"Gak papa santai aja" balas Yoan dengan senyuman.

Drrtt... Drrttt..

Suara getaran handphone Yoan di saku celananya.

"Apaan" seru Yoan dengan wajah datarnya.

"Lu masih di sekolah?" Tanya Kinar dari balik telepon.

"Kagak, udah pulang gua" balas Yoan pada temannya itu.

"Nerbas ujan lu ya?" Tanya Kinar.

"Kagak, tadi kan udah agak reda tapi malah deres lagi di jalan" jelas Yoan sambil mengusap tengkuknya yang kedinginan.

"Uhk... Uhhkkk..." Batuk Karin.

"Siapa tuh?" Tanya Kinar penasaran.

"Karin" balas Yoan.

"Hah ngapain dia di rumah lu, jangan aneh-aneh ya lu. Baru kenal sehari juga" ucap Kinar panjang lebar.

"Apaansi, udah ah kedinginan gua" ucap Yoan lalu mematikan telepon.

Yoan berjalan menuju tempat tidurnya sambil memasukkan tubuhnya ke dalam selimut. Dia sangat tidak tahan dengan hawa dingin. Kini, perutnya sudah terasa kembung dan mual karena hujan-hujanan.

Karin yang melihatnya pun, menghampiri Yoan yang tengah menggigil di atas kasur. Lalu mengambil kedua tangan Yoan yang terasa amat sangat dingin.

"Kok dingin banget sih?" Ucap Karin sambil menggosok tangan Yoan supaya hangat.

"Euuhh iya, kamu bisa buatin aku teh anget gak?" Pinta Yoan dengan wajah menggigilnya.

"Ya bisalah, tunggu ya" ucap Karin lalu melepaskan tangan Yoan.

Setelah Karin membuatkan teh untuk Yoan. Karin membangunkan Yoan yang ternyata sudah tertidur pulas dengan lembutnya.

"Yoan..." Ucap Karin lirih di telinga Yoan yang membuatnya merinding tak karuan.

"Euh iya" jawab Yoan dengan wajah senetral mungkin.

"Tehnya udah jadi, nanti dingin" ucap Karin sambil mengusap rambut cepak Yoan yang masih basah.

Yoan merasa semakin dingin karena canggung dengan Karin. Dia merasa kaku jika berada di dekat Karin. Entah apa yang terjadi pada Yoan, tapi dia seperti bergetar dan sangat gugup jika dekat Karin.

Di tambah lagi, Karin membantu Yoan meminum tehnya. Yoan semakin tak karuan rasanya dengan itu semua.

"Udah?" Tanya Karin dengan wajahnya yang sangat dekat dengan Yoan.

"I-iya udah" jawab Yoan dengan canggungnya.

"Kenapa, masih dingin?" Ucap Karin lalu menggosokkan kedua tangannya untuk menghangatkan pipi Yoan.

Yoan yang di perlakukan seperti itu pun merasa sangat canggung.

****

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Yoan memutuskan untuk mengantar Karin pulang kerumahnya.

"Aku anter pulang ya" ucap Karin yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Gausah, kamu tidur aja. Nanti papah yang jemput aku" ucap Karin sambil tersenyum pada Yoan.

"Maaf ya malah ngerepotin" ucap Yoan sambil merasa bersalah.

"Gak papa kali" balas Karin.

Tinn.... Tiinn...

Suara klakson mobil dari luar rumah Yoan.

"Aku pulang ya, cepet sembuh" ucap Karin lalu memberikan Yoan pelukan hangat.

"I-iya makasih ya" balas Yoan.