Setelah keluar dari rumah sakit, aku Meminta ke Theola untuk segera membawa ku pulang. Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Itu hanya akan membuatku semakin sakit.
"Theo, kita pulang sekarang. Aku mohon jangan kasih tau Arizona tentang kepulangan kita."
"Iya Amy, biar nanti Yayan yang jemput kita, tadi pagi dia sudah menelfon sopirnya."
Aku tau, selama aku di rumah sakit Arizona mencoba beberapa kali untuk menemui ku. Tapi aku tidak bisa menemui nya, setiap aku melihat wajahnya aku mengingat kejadian itu. Seandainya itu terjadi pada kalian, melihat kekasih yang kalian cintai berciuman di depan mata kalian sendiri. Sudah, itu pasti sakit. Membayangkanya saja sudah terasa sakit.
Kami bertiga pergi meninggalkan pulau itu kembali pulang ke rumah, Arizona sama sekali tidak Mengetahui rencana kepulangan kami.
****
Kuliah sudah masuk seperti biasanya. Aku berjalan bertiga bersama Yayan dan juga Theola.
Aku terus saja menghindari Arizona yang berusaha ingin menemui ku.
"Kenapa nggak kamu coba selesaikan masalah kalian berdua dulu." Kata Theola.
"Iya, nggak bagus juga terus-terusan lari dari masalah, seenggaknya kalau memang kamu sakit hati sama dia, putusin aja. Masalah sudah beres." Kata Yayan
"Kalian benar, nanti aku coba bicara sama dia."
"Kamu yang sabar, semoga semuanya cepat selesai."
Usai jam kuliah, aku tidak langsung pulang, aku mampir dulu ke masjid Theola menunggu ku di parkiran mobil.
"Amy, tunggu!! " Arizona berlari menghentikan aku saat mau masuk ke dalam masjid.
"Ada apa?"
"Kenapa kamu menghindariku terus-terusan. Aku minta maaf, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Itu semua gak seperti apa yang kamu lihat."
"Sudah lah kak, aku sekarang sadar aku bukan siapa-siapa buat kakak."
"Kamu segalanya buat aku Amy, aku sama Kety tidak ada hubungan apa-apa. Kalau perlu dia kubawa kesini untuk menjelaskan semuanya sama kamu."
"Sudah cukup kak. Aku minta kakak jangan ganggu aku lagi. Anggap kita tidak pernah ada hubungan apa-apa." Aku mengusap air mataku, dan bergegas masuk masjid. Tapi Arizona menahan tanganku.
"Jangan katakan hal itu pada ku Amy. Aku sangat mencintaimu, aku yakin kamu juga mencintaiku."
"Tidak, aku sama sekali tidak mencintaimu." Aku memalingkan muka sambil menahan tangisku. Aku tak sanggup melihat wajahnya.
"Kamu bohong, kamu mencintaiku. Kalau memang kamu tidak mencintaiku, tatap mataku dan katakan kalau memang kamu tidak mencintaiku."
"Kita berbeda kak."
"Apa yang membuat kita berbeda Amy?? "
"Kakak orangkaya, di mata orang lain kakak itu segalanya. Sedangkan aku? "
"Itu tidak bisa di bilang sebuah perbedaan Amy. Semua manusia itu sama, aku tidak pernah memandang hal itu."
"Aku Islam, sedangkan kakak.." Aku tidak melanjutkan kata kataku dan langsung meninggalkan nya.
"Lalu, kenapa tidak kamu ajar kan aku mencintai Islam seperti aku mencintaimu." Teriak Arizona. Aku menghentikan langkahku mendengar ucapanya.
"Amy, aku sangat mencintaimu. Aku akan lakukan apa pun itu, asal kamu mau memaafkanku dan mau menerimaku."
"Kak, agama tidak bisa untuk di permainkan, itu soal keyakinan. Jangan karena cinta kakak jadi seperti ini. Aku nggak mau kakak mencintai Islam hanya karena aku." Kataku yang semakin kesal.
"Amy aku mohon, maafkan aku."
"Sudahlah kak, aku akan maafkan semua kesalahan kakak. Sekarang lebih baik kakak pulang. Aku mau sholat dulu."
Aku pergi mengambil air wudhu dan sholat. Agar hati ini merasa tenang kuserahkan semuanya yang terbaik kepada Allah.
' yaallah, jika memang Arizona yang terbaik untukku maka berilah jalan keluar untuk hubungan kami, jika memang dia bukan jodohku tolong beri jalan keluar agar kami tidak bersama. Dan berilah kelapangan dada untukku agar kuat dan tidak sedih saat aku harus melepasnya.'
Setelah selesai sholat, aku keluar dari masjid. Di depan masjid masih ada Arizona. Dia masih setia menunggu ku.
"Aku Antar kamu pulang ya."
"Trimakasih kak, Theola sudah menunggu ku di depan."
"Amy, jangan pernah tinggalkan aku. Aku mohon." Aku hanya diam saja. Sejujurnya hati ini masih terasa begitu sakit.
"Aku pulang dulu kak." Aku langsung berlari pergi meninggalkan nya.
*****
Setelah satu minggu berlalu, aku jarang melihat Arizona di kampus. Aku merasa rindu pada nya. Setiap malam dia selalu mengirimku pesan, tapi sudah satu minggu ini dia tidak menghibungiku. Apa mungkin dia benar-benar udah menyerah dan mau pergi meninggalkan aku, karena selama ini aku selalu mengabaikannya. Hati ini terasa sangat sedih, aku menyesali ucapan yang kulontarkan seminggu yang lalu.
Saat jam istirahat, kak Kety menemui ku. Entah apa yang dia mau sebenarnya.
"Amy, aku mau jelasin sesuatu sama kamu."
"Ada apa kak."
"Amy, maafkan aku. Karena tindakanku yang keterlaluan kemarin membuat kamu dan Arizona bertengkar seperti ini. Aku sama sekali tidak tau kalau kamu sudah jadian sama Arizona. Aku sangat mencintai Arizona sudah lama. Tapi dia hanya menganggapku sebagai sahabat tidak lebih. Malam itu, aku kira dia hanya mengajakku dinner berdua. Aku melihat ruangan yang di persiapkan sangat romantis, aku kira dia akan nembak aku hari itu, saking senangnya aku langsung memeluk dia dan menciumnya. Dan saat itu kamu datang sama teman-teman kamu. Ini semua sama sekali tidak sengaja. Arizona sama sekali tidak bersalah. Aku mohon kalian bisa kembali bersama."
"Jadi kalian berdua tidak Ada hubungan apa-apa. Dan kemarin Arizona berkata jujur. Apa dia yang menyuruh kakak untuk menjelaskan semua ini sama aku? "
"Tidak sama sekali. Sudah satu minggu Arizona tidak datang ke kampus. Aku dengar hari ini dia mau pergi keluar Negeri. Kamu tau kan Amy, sebentar lagi kelulusanya dia. Jangan sampai dia meninggalkan kuliahnya juga."
"Aku tau kak, terimakasih kakak sudah memberi tau. Aku harus pergi ke bandara sekarang juga. Aku nggak mau kehilangan dia kak." Aku berlari meninggalkan kak Kety.
"Amy, kamu mau pergi sama siapa."
"Aku pergi sendiri kak, naik taksi."
"Aku anterin aja."
Aku dan kak Kety buru-buru menuju bandara kurang 20 menit lagi Arizona akan berangkat. Aku mencoba menghubungi Arizona, tapi tidak di angkat sama sekali. Aku sangat cemas.
"Kak, bisa di kencengin sedikit nggak."
"Iya Amy, kamu sabar sebentar lagi kita sampai."
kak, Kety terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. tapi jalanan tiba-tiba macet.
Tinnnnn... Tiiiiinnnnn... kak Kety mencoba mengklakson mobil nya agar mobil di depannya segera berjalan. aku menurunkan kaca mobil dan bertanya orang yang sedang berjalan.
" maaf bu, di depan ada apa ya kok macet. "
"itu neng, ada kecelakaan." kata ibu itu.
sudah pasti ini akan macet lebih lama, dan aku pasti terlambat.
"kak, lebih baik aku jalan saja, bandara sudah dekat. aku takut nggak keburu."
"ya sudah kamu pergi duluan saja. nanti aku langsung nyusul kesana."
"makasih ya kak."
aku langsung turun dari mobil dan berlari menuju bandara. masih ada waktu sepuluh menit, aku harus terus berlari. dan terus mencoba menelfon Arizona tapi kali ini ponselnya tidak aktif.