Chereads / Istri cantik untuk kekasihku / Chapter 9 - Bandara

Chapter 9 - Bandara

Aku terus berlari se kencang mungkin tanpa menghiraukan keadaan sekitar, sampai aku tiba di bandara, aku berputar-putar mencari kesana kemari, tapi aku sama sekali tidak melihat Arizona. Aku mendengar dari suara informasi, pesawat yang akan di naiki Arizona akan segera berangkat. Aku berlari menuju tempat pemberangkatan sebelum penumpang masuk ke pesawat. Tapi Arizona tidak ada di sana.

Aku sangat lelah dan sedih. Aku berjalan ke arah ruang tunggu dan melihat ke arah kaca, melihat pesawat itu lepas landas.

'Kenapa kamu pergi meninggalkan aku' aku mulai menangis sedih.

"Amy."

Suara itu. Ya itu suara Arizona, aku segera berbalik memastikan pendengaranku tidak salah. Tentu saja Arizona berdiri tegap dengan koper di sebelahnya yang berjarak dua meter dari aku. Aku langsung berlari menghampirinya. Langsung memeluk nya begitu erat dia juga membalas pelukanku.

"Aku sayang sama kamu, jangan tinggalin aku." Kataku yang masih terisak dalam pelukanya. Arizona tersenyum manis.

"Aku nggak akan ninggalin kamu."

"Kamu gak jadi pergi?" Tanyaku melepaskan pelukan.

"Bukti nya aku ada di sini."

"Kenapa kamu susah sekali di hubungi."

"Tadi sebenarnya aku tau kamu menelfonku, tapi ponselku lowbat. Jadi aku nggak bisa telfon balik ke kamu. Aku menunggu kamu di sini aku tau kamu akan kemari menghentikanku."

Arizona kembali memelukku. Perasaanku sangat lega. Aku tidak akan kehilangan orang yang aku cintai.

Kak Kety menghampiri kami, dia baru sampai di bandara.

"Kamu di sini juga Kety? "

"Iya kak, tadi kak Kety yang nganterin aku kesini."

"Iya, sebelum ada kecelakaan dan Amy berlari ke bandara nyusulin kamu sendiri."

"Berlari?" Tanya Arizona.

Aku hanya mengangguk, Arizona mencium kening ku. Akhirnya kami pergi meninggalkan bandara menggunakan mobil kak Kety.

****

Semenjak kejadian itu aku semakin dekat dengan Arizona. Menikmati senja di danau dekat taman. Aku terus menatap wajah indah Arizona, bahkan senja tidak pernah memudarkan indah senyum di wajahnya.

"Amy, mulai sekarang kamu jangan panggil aku kakak. Panggil aja langsung Arizona."

Aku hanya menggangguk dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Duduk di atas rerumputan berdua menikmati senja di sore hari. Sungguh ini hal yang tidak mungkin bisa aku lupa kan.

' zona, walau aku tidak tau kamu jodohku atau bukan, tapi aku yakin kamulah cintaku '

"Gimana Sekripsinya? Udah selesai semua"

"Sudah, itu hal kecil untukku."

"Nggak kerasa ya, sebentar lagi kamu bakal lulus. Kita pasti jarang ketemu."

"Ya enggak lah sayang. Aku pasti selalu menemuimu."

"Tapi, kamu pasti bakalan lebih sibuk, karena kamu harus sudah aktiv di kantor."

"Iya, tapi kamu lebih utama, sudah ku katakan kamu segalanya untukku Amy. Aku ga berharap untuk menjadi orang yang terpenting dalam hidupmu. itu permintaan yang terlalu bsar bagiku. aku hanya berharap suatu saat nanti jika kau melihatku, kau akan tersenyum dan brkata bersediakah kamu mencintai dan menyayangiku selamanya? Aku pasti sangat bersedia. Aku sangat menyayangimu Amy."

"Trimakasih Zona terimakasih untuk semuanya. Aku tau aku tidak sempurna tidak sesempurna seperti yang kamu harap kan tapi aku sangat tulus mencintaimu."

Arizona memelukku dengan hangat dan mencium lembut bibirku.

Setiap hari aku tidak pernah terpisahkan dengan Arizona, kemanapun kami selalu berdua. Banyak orang memandang kami dengan penuh rasa kagum, bangga, bahagia dan iri atau sakit hati.

Kami selalu kompak dalam segala hal, dan hampir tidak pernah bertengkar.

****

"Sayang coba deh kamu baca cerita ini, kisahnya romantis banget bikin baper." Kataku memberikan buku novel kepada Arizona.

Kami sering berkunjung di perpustakaan Vega. Karena kami orangnya sama-sama suka membaca.

"Nanti deh, aku nggak terlalu suka baca yang gituan sayang. Ini nih cerita horor. Lebih seru."

"Ih kamu nih." Aku kembali meletakkan buku novel itu ke rak buku.

Kami berdua sering menghabiskan waktu di sini, kadang di Den's park, kadang di danau dekat taman.

Aku menikmati sisa-sisa waktu ku bersama Arizona, sebelum dia benar-benar sibuk dan kami tidak bisa mengulang waktu seperti ini.

Setelah puas membaca, Arizona mengantarkan aku pulang.

Mama, membukakan pintu untukku.

"Eh, Arizona. Masuk dulu yuk. Sekalian makan malam di sini."

"Nggak usah tante, terimakasih nanti merepotkan"

"Enggak lah, kalau mama udah ngajakin kamu, jangan di tolak dong."

"Ya sudah kalau gitu."

Akhirnya Arizona ikut makan malam di rumah bersama keluarga ku.

Papa banyak bicara denganya, bertanya ini dan itu.

"Sudah lah pa, papa nanyanya kayak lagi introgasi kriminal aja." Kataku menghentikan pertanyaan papa yang bertele tele. Arizona tertawa, dia memang sama sekali tidak keberatan tapi aku aja yang risih mendengarnya.

"Loh, papa kan cuma nanya sama calon mantu papa. Siapa tau suatu saat kamu bisa sama suksesnya seperti Arizona."

"Iya, papa kamu nggak salah kok." Kata Arizona tersenyum manis. Aku meneruskan kembali makan ku.

Setelah selesai makan bersama, Arizona berpamitan kepada kedua orang tuaku dan pergi meninggalkan rumah kami.

Setelah kepergian Arizona, aku langsung masuk ke kamar, membuka jendela kamar untuk menikmati senyuman indahnya malam. Sangat dingin, tiba-tiba aku merasakan sakit dan sesak di dadaku, rasanya sangat sulit untukku bernafas.

Aku kembali menutup pintu jendela kamarku. Aku mencari obat yang pernah di berikan dokter untuk meredahkan sakit ku. Setelah kejadian waktu itu, aku tidak pernah mengalami sesak seperti ini. Tapi kenapa tiba-tiba rasa ini datang kepada ku.

Setelah selesai meminum obat, rasa sesak ku sedikit ber kurang. Aku langsung ber istirahat dan tenggelam dalam tidur malam.

***

Di tempat lain, Arizona masih sangat sibuk dengan urusan pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini. Dia sangat serius memainkan laptopnya.

Ponselnya tiba-tiba berdering.

"Hallo, iya ma." Arizona mengangkat telfon dari ibu nya, meskipun ponsel ada di telinganya, tangan dan matanya tidak henti menuju ke arah laptop.

"Zona, mama mau secepatnya kamu pulang ke rumah besar arras."

"Ada masalah apa ma? "

"Mama bilang kamu harus pulang secepatnya." Kata ibu Arizona dengan begitu arrogant.

"Iya, nanti kalu pekerjaan zona udah selesai semuanya, zona pulang." Kata Arizona begitu santai.

"Kalau tidak Ada yang perlu di bicarakan lagi aku tutup telfonya." Kata Arizona yang kemudian langsung menutup telfon dari mamanya.

Dia kembali fokus ke arah laptopnya untuk segera menyelesaikan pekerjaan agar bisa segera tidur.

Namun di fikiranya tidak seperti biasanya ibunya menelfon dan memintanya untuk segera pulang. Apa mungkin terjadi sesuatu sehingga Ada hal yang fatal yang membuatnya harus segera pulang. Dia mencoba membuang jauh-jauh pikiranya itu.

"Huuuftt, sedikit lagi selesai. Dan aku bisa segera beristirahat. Besok masih banyak hal yang harus di kerjakan." Kata Arizona sambil melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi dia masih terjaga. Setiap hari dia harus bergelut seperti ini. Karena dia sudah mengatur semua jadwal kegiatan sehari-harinya dalam kehidupanya, untung saja kesehatanya begitu terjaga, sehingga dia tidak mudah jatuh sakit.