Chereads / Istri cantik untuk kekasihku / Chapter 10 - Barbeque

Chapter 10 - Barbeque

Rencananya hari ini aku mau cek up ke dokter, karena dadaku sering merasa sesak. Tapi niatanku ku urungkan, karena Theola mengajakku dan Arizona pesta barbeque di rumahnya. Aku tak bisa menolak kemauan sahabat ku. Cek up bisa aku lakukan kapan pun.

"Nanti kita barbeque an di rumah ku ya. Aku tadi udah ngajakin kak kety dan kak Brian. Jadi kamu dan kak Arizona harus datang juga. Kamu Bantuin aku sekalian."

"Oke deh, nanti aku beli minuman aja ya sama Zona."

"Oke, nanti aku sama yayan siap siap di rumah."

"Ada acara apa sih emangnya?" Tanya Arizona.

"Nggak ada sih kak, cuma pengen kumpul kumpul saja."

"Ya udah, kalau gitu aku sama Amy cabut dulu."

"Oke, sampai ketemu nanti malam di rumah ya."

"Bye theo."

Aku pergi, meninggalkan Theo. Sebelum kami berbelanja minuman, kami pergi ke danau dulu. Aku ikut saja kemana Arizona membawa ku. Karena aku takut setelah dia lulus kita jarang bisa berduaan.

Aku berjalan dan terus menyusuri jalan rerumputan. Mungkin ini adalah tempat favorite ku, semenjak berpacaran dengan Arizona aku sering menghabiskan waktu ku di sini bersama nya. Aku lebih baik pergi ke sini dari pada ke mall atau restaurant. Cinta itu sederhana tidak perlu mewah, cukup di tempat sederhana dan selalu bersama itu sudah lebih dari cukup.

"Aku ingin kita bisa bersama selamanya seperti ini." Kata Arizona.

"Aku juga, semoga kebahagiaan ini tidak akan pernah berakhir."

Aku memeluk Arizona, dan dia mencium keningku.

"Menikahlah dengan ku maka kita tidak akan pernah bisa terpisahkan."

Aku tertawa mendengarnya, karena terlalu dini untuk mengatakan hal seperti itu.

"Kenapa? Apa kamu tidak ingin menjadi istriku?"

"Tentu saja aku mau, tapi ini terlalu cepat untuk memikirkan hal itu."

"Kenapa? Aku juga punya bisnis sendiri. Aku rasa semua itu cukup untuk membahagiakan kamu."

"Pernikahan itu tidak semudah yang kamu bayangkan sayang. Kita harus bisa menyatukan dua keluarga, kita harus bisa saling memahami satu sama lain, kekurangan dan kelebihan dari pasangan kita."

"Aku sudah mengenal orang tua kamu, dan apa pun kekurangan kamu aku bisa menerima nya, aku sudah lama menunggu kamu Amy."

"Tapi aku belum mengenal keluarga kamu sama sekali. Apa mereka bisa menerimaku menerima keadaanku."

"Kamu tenang aja, minggu depan aku akan mengajakmu pergi kerumah besar kediaman arras. Aku akan membawamu ke kedua orang tuaku."

Apa mungkin, apa mungkin kami berdua bisa bersama dengan semudah itu, aku tidak harus berfikir berlebihan, karena itu akan membuatku semakin khawatir dan cemas.

"Kita belanja sekarang yuk." Aku berdiri dan memaksa Arizona ikutan berdiri.

"Kamu ya, di ajakin ngomong serius malah ngajakin pergi."

"Hehehe, iya iya. Kita harus segera pergi sebelum kemalaman ke rumah Theola.

Arizona mengemudikan mobilnya menuju pusat perbelanjaan. Padahal cuma membeli beberapa minuman, di mini market juga ada. Tapi dia malah membawaku kesini.

Setelah memarkirkan mobil kami berjalan berdua mencari beberapa minuman. Arizona pergi mencari beberapa sosis.

"Ngapain beli sosis sebanyak itu, Theola sudah menyiapkan semuanya."

"Nggak apa-apa siapa tau kurang."

Setelah membayar belanjaan, kami segera pergi menuju rumah Theola.

Aku memencet bel rumah Theola, Dan yang membuka kan bibi.

"Langsung ke taman belakang aja non."

"Semua sudah datang bi?"

"Sudah non."

Aku dan Arizona memasuki rumah Theola dan langsung pergi ke taman belakang rumah Theola.

"Hay semuanya." Sapaku.

"Eh Amy, kamu sudah datang." Kata kak Kety sambil membolak balik sosis Dan daging sapi di atas panggangan.

"Nih aku bawain sosis lagi." Kita Arizona Dan menaruh sosis di meja.

"Oke, biar kita para wanita yang manggang, kalian duduk aja dan tungguin semuanya matang."

Aku memberikan bungkusan minuman ke Arizona untuk di bawanya ke yang lain.

Setelah semua matang, kami menyajikanya di meja bawah. Yayan memainkan gitarnya dengan merdu, semuanya bergembira malam ini.

"Ayo dimakan." Kata Theola datang dengan membawa daging panggang di tanganya.

Kami menikmati makananya.

"Sering sering aja kita kumpul seperti ini." Kata kak Brian.

"Sebentar lagi kalian kan lulus nih. Pasti jarang bisa kalau udah kerja." Kata Yayan sambil memakan sosis panggang.

"Kan ada weekend bro."

"Iya kali kalau kamu belum punya pacar."

"Ya gimana kalau kita kumpulnya ajak pacar kita aja. Masak cuma Arizona sama Amy doang yang bisa."

Aku tertawa mendengar ucapan kak Brian.

"Janji ya, kalau kalian udah sukses masih mau makan kek ginian. " Kata Theola.

"Iya lah, kita buat reuni aja sampe punya cucu oke oke aja." Kata kak brian.

"Alah, awas aja kalau kamu orang pertama yang bakalan ingkar." Kata Arizona.

"Udah, di makan dulu. Urusan itu kita buat dadakan aja."

Kami memang semakin dekat, sudah seperti sahabat. Apa lagi kak Amy, dia selalu baik kepada ku. Terkadang aku merasa tidak enak kepadanya, karena dia pernah suka sama Arizona. Tapi meskipun Arizona memilih bersama ku, kak Kety sama sekali tidak marah atau membenciku.

Terkadang dia mengajakku saat dia mau pergi belanja atau ke suatu tempat.

****

Aku membaringkan tubuh ku di atas kasur empuk super luas milik Theola. Ya setelah selesai barbeque aku nggak langsung pulang. Aku nginap di rumah Theola.

Theola memakai bedaknya di depan cermin setelah mandi.

Dia bercerita ini itu tiada henti.

"Amy, aku iri deh sama kamu."

"Iri kenapa."

"Iya lah, hidup kamu sempurna gitu."

"Kok biasa."

"Iya lah, kamu di kelilingi orang orang yang begitu menyayangi kamu. pacar, keluarga, sahabat, semua sayang sama kamu."

"Kamu ngomong apa sih. Aku juga sayang banget kok sama kamu, tanpa kamu sadari kamu itu juga sempurna, kamu harus bersyukur masih punya keluarga yang utuh kenikmatan kekayaan, kamu juga punya aku yang selalu mencintaimu. Masalah jodoh suatu saat pasti Ada kok yang lebih dari yang aku punya."

"Makasih ya Amy."

"Uhuk... Uhuk..!"

Tiba-tiba dadaku terasa nyeri. Aku terus batuk batuk.

"Kamu kenapa?"

"Kayak nya aku salah makan sesuatu deh."

"Kita kerumah sakit aja yuk, aku takut kamu kenapa napa."

"Udah nggak usah, udah nggak apa-apa cuma batuk biasa. Aku ke kamar mandi dulu."

Di kamar mandi aku masih merasa nyeri di dadaku. Dan batuk ku sudah mulai reda tidak separah tadi.

"Uhuk, uhuk..! " Aku sangat terkejut melihat darah keluar dari mulutku.

"Amy.. Kamu baik baik saja kan." Theola mengetuk pintu kamar mandi dengan khawatir.

"Iya Theo" Aku segera membersihkan mulutku dan bergegas kembali ke kamar. aku bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. tapi di hatiku masih penuh dengan tanda tanya. aku harus bersabar menunggu hari esok, untuk mestikan bahwa aku memang tidak apa-apa.