Sheren kini tengah duduk berhadapan dengan Felicita yang tampak suram. Pagi hari seharusnya menjadi waktu yang sangat menyenangkan bagi Sheren. Nyatanya, pagi ini dia harus mendapati bahwa paginya suram. "Kak Fel?" panggil Sheren.
"Hm? Kenapa, She?"
"Anu ... Kakak gimana perasaannya?"
Felicita menghela nafas berat. Perempuan itu langsung meletakkan sendok dan garpu yang dia gunakan untuk sarapan ke atas piring. Nafsu makannya telah hilang. "Aku marah banget sama Reynold! Kenapa dia justru ngikutin aku?! Kenapa enggak langsung ngomong aja? Emang seberat itukah ngakuin bahwa dia juga ada salah sama aku? Felicia juga! Apalagi Mama dan Papa! Semua orang mentingin ego mereka masing-masing tanpa pernah peduli denganku!"
"Memang, keturunan Jusuf kan egonya setinggi antariksa. Kakak sendiri juga gitu, aku juga. Tapi, satu yang kusadari adalah bahwa sebenarnya kita saling menyayangi dengan cara kita masing-masing."