Zafira Maheswari lebih kerap di panggil Zaza, Gadis dengan rambut bergelombang sepunggung, bola mata berwarna hitam, di anugrah kan hidung mancung seperti pahatan, serta bibir mungil menampilkan kesan imut dalam wajahnya.
Zaza tengah mengerjakan PR fisika yang sangat menguras otak dengan rumus-rumusnya itu, hanya ada lampu belajar yang cukup sederhana menemani Zaza mengerjakan soal-soal fisika tersebut.
ia melirik ke arah jam beker kecil bergambar doraemon tersebut.
"Fyuh! Ternyata sudah jam 10 malam."ucapanya sembari merapikan buku-buku tersebut.
Setelah selesai mengerjakan PR, Zaza melangkahkan kaki menuju ranjangnya dan segera mematikan lampu untuk tidur.
_______
Setelah mengurus bunda yang tengah sakitpun, ia harus berangkat menjalani rutinitas seperti biasanya.
Ayahnya sudah meninggal sejak 4 tahun silam dimana kecelakaan kereta api membuat Zaza kehilangan sosok Ayah dan harus menafkahi bunda yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.
Gadis itu berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda, sesampainya di SMA cahaya khansa kegelisahan Zaza telah terjadi ia telat datang ke sekolah dan lihatlah gerbang sekolah bahkan sudah tertutup rapat.
Gadis itu menghembuskan nafas gusar, lalu segera menuntun sepedanya sampai kedepan gerbang. di sana ia melihat seorang laki-laki yang sangat asing, sebelumnya tak pernah Zaza lihat entahlah mungkin dia siswa baru atau mungkin dia jarang keluar dari kelasnya.
Gadis itu menggelengkan kepala dengan cepat bisa-bisanya ia kepo dengan laki-laki tersebut.
Zaza berdiri di samping lelaki tersebut dengan gugup, tangannya perlahan memegang gerbang sambil berteriak ke arah satpam yang tengah mengopi di pos.
"Pak! Tolong buka gerbangnya, saya janji gak akan telat lagi pak!"
Pak satpam terlihat berjalan ke arah kami berdua lebih tepatnya tatapan itu di tujukan kepadaku oh tidak! Zaza menelan salivanya dengan kasar.
"Kamu lagi! Kenapa hampir setiap hari kamu telat, Apa tidak ada jam di rumah kamu?" tanya pak satpam tersebut.
"Ah, itu pak tadi saya ngera---"
"alasan saja kamu."
Zaza menghembuskan nafas pelan,
Kini tatapan pak satpam beralih menatap lelaki itu yang terlihat lebih santai.
"Kamu Reyhan anaknya pak Adit donatur sekolahan ini, kan?" tanya pak satpam lebih kalem.
"Oh jadi namanya Reyhan, lumayan keren sih,"gumam Zaza yang hanya mendengarkan percakapan mereka berdua.
"Ya." jawab lelaki itu dengan singkat.
"Oh, saya jarang-jarang melihat kamu telat, Jadi kamu boleh masuk,"
Zaza mendelikkan matanya menatap kesal ke arah pak satpam sekaligus ke arah cowok yang melewatinya dengan wajah datar.
Sialan
"Saya pak?"
"Kamu gak boleh masuk."
"Apa-apaan ini pak, dia kok boleh masuk sementara saya? diakan juga telat pak." cibir Zaza tak terima.
"Dia sudah datang lebih awal daripada kamu."
"Tapi dia juga telat kan pak."
"Sudah ka-"
"biarkan dia masuk pak." ucap Reyhan datar ya lelaki tersebut masih di sana ternyata.
"Yaudah kamu boleh masuk, jika besok kamu telat lagi saya tidak segan-segan menyuruhmu pulang."
"Baiklah pak."
Zaza ingin berterima kasih dengan lelaki tersebut sebelum ia pergi.
"Hey? Makasih ya udah bantuin gue?"
Lelaki tersebut mengernyitkan bingung, Zaza menelan salivanya dengan susah, ah rasanya ia terpesona saat ini juga melihat pahatan indah di hadapannya.
Mata sipit dengan bola mata hitam pekat, hidung mancung seperti di pahat, bibir kecil, sayang nya tanpa ekspresi mungkin kalau Reyhan tersenyum dapat di pastikan Zaza meninggal di tempat.
Oke terlalu lebay.
"Gue ngerasa gak bantuin lo." ucap Reyhan dingin lalu melenggang pergi dari sana.
Zaza melengos menatap punggung Reyhan, ia menurun kan tangan nya yang sempat ingin berterimakasih kepada lelaki tersebut.
"Selain dingin, omongan lo juga pedas." gumam Zaza sembari menuntun sepedanya ke parkiran.
next part~~
tinggalkan jejak setelah membaca guys