Sedangkan di waktu bersamaan Gisel sedang tertidur di atas kamar tapi ia mendengarkan semua ucapan Chandra hanya saja ia sulit untuk membuka matanya. Ia mendengar semua apa yang Aldo dan Angga.
Keringat mulai bercucuran tak kala ia mendengar pertengkaran Aldo dan Angga. Ingin rasanya Gisel beranjak dari tidur dan menjelaskan tapi ia sulit sekali membuka mata.
Gisel POV
Tiba-tiba mataku terbuka dengan lebar tak kala mendengar seruan lagu Ilir Ilir yang di nayanyiakn setiap pagi, ku buka pintu kamar dan aku melihat Raden sudah terbangun meski ia tak bisa bangun.
Aku menghampirinya lalu duduk dan menayangkan langsung keadaannya.
"Gimana keadaan Lo?" Tanya aku dengan tiba-tiba dan Raden terlonjak kaget mendengar suara Gisel.
" Suara kau bikin kaget saja. Seperti yang kau lihat." Dengan bibir berdecak sebal ke arah Gisel, " Tumben kau sudah bangun jam segini?" Tanya Raden mencoba untuk duduk dan aku langsung membantu untuk duduk.
"Tiap hari juga sudah bangun!" delikku dan Raden hanya tersenyum tipis.
Keheningan mulai terjadi aku hendak bertanya tentang mimpi itu atau bertanya keadaan Raden.
"Kau ingin bertanya soal siapa wanita itu bukan?" Tanya Raden dengan terkekeh pelan melihat raut wajah Gisel dengan heran sedangkan aku hanya membalas dengan senyuman karena tebakan Raden benar.
"Dia dulu temanku sewaktu kecil, kami berteman hingga kami beranjak dewasa
. Kami saling menyayangi layaknya seperti adik kakak hingga waktu semakin memaksa kami dewasa kami mempunyai pasangan masing-masing hingga tanpa ku sadari aku selalu mengabaikan nya dan aku melupakan nya bahwa aku mempunyai adik. Hingga puncak nya ia ingin memberitahukan bahwa perempuan yang akan menjadi istriku berselingkuh dengan calon suaminya. Entah bagaimana aku percaya calon istriku dan aku malah tidak percaya dengannya. Ia kecewa dengan ku dan ia juga memberiku kesempatan untuk bertemu karena setelah aku percaya kepada calon istriku aku tak berniat menemuinya bahkan untuk bertatap muka saja aku tak Sudi. Dia memberitahu lewat surat yang di titipkan kepada ibuku katanya ia sedang di ancam dan seperti ada yang membuntuti nya. Dan lagi ia menuduh calon istriku lagi dan aku marah dengannya dan membentak dia dan memutuskan tali persahabatan. Tentu saja aku tidak percaya mana mungkin calon istriku bersikap seperti itu hingga tiba malamnya ia di perkosa oleh anak buah calon calonku. Aku baru mengetahuinya ketika tak sengaja melihat calon istriku sedang berbicara dengan serius dan ia mengungkapkan bahwa ia memang selingkuh bersama calon suami sahabatku di tambah bahwa ia menyuruh orang untuk memperkosa sahabatku. Sejak saat itu aku hancur karena tak percaya dengan sahabat ku. Aku langsung mencari ke rumah nya dan saat itu pula aku baru mendapatkan kabar bahwa ia pergi suku Biada yang menyembah mahluk halus sebagai jalan pintas. Aku kaget bahkan orang tua nya juga sempat pingsan ketika mengingat anak perempuan dan saat tadi aku baru melihat setelah puluhan tahun aku tak melihatnya, ia terlihat berbeda dari sebelumnya." Lirih Raden dengan memalingkan wajah ke arah lain.
"Jadi kau memutuskan tali persaudaraan karena kesalahpahaman?" Tanyaku dan Raden mengangguk kepalanya
"Mengapa kau tidak mencari ke suku Biada? Atau paling tidak mendatangi nya?" Tanyaku kepada Raden dan Raden menghela nafas dengan kasar.
"Mana mungkin aku bisa bertemu dengan dia jika di setiap penjuru ada mahluk halus yang berbentuk seram." Ujar Raden.
"Bukankah kau juga memiliki ilmu yang sama dengannya?" Aku memegang pundaknya dan ia menggeleng, " Kekuatan ku dengan mereka berbeda. Sebab mereka berhubungan dengan para makhluk halus." Ujar Raden dan melepaskan tanganku yang ada pundaknya.
"Jadi bagaimana cara melawan para suku Biada?" Tanyaku dengan sungguh penasaran dengan suku Biada.
"Entah dari dulu kita hanya bisa melindungi masing-masing sebab jika kami menyerang suku Biada, semakin lama semakin banyak orang meninggal karena di hisap darahnya tanpa sepengetahuan." Aku melototkan mata bahkan memukul dengan keras llenganny
"Awh..., Ini masih sakit loh." Rintih Raden tanpa berniat menjawab pertanyaan dariku
"Maaf gua refleks, jadi bagaimana bisa!" Ujarku dengan mengusap pelan pelan yang ku pukul dengan keras.
"Ya karena mereka berhubungan dengan para genderowo, ataupun drakula yang lainnya. Bukankah mereka penghisap darah" Tanya Raden memutar bola matanya dengan malas sedangkan aku hanya mengangguk saja tanpa bertanya lagi kepada Raden.
"Jika kau bertemunya dengan jangan pernah mundur!" Tiba-tiba Raden berucap dan aku memalingkan wajah ke arah Raden dengan mengangkat Alisnya.
"Mengapa tidak boleh mundur?" Tanya Ku dan Raden menatap lurus kedepan, "Karena semakin engkau mundur semakin cepat ia menghisap darahmu!" Ujar Raden yang tak di mengerti oleh aku.
"Aku tak paham apa yang kau maksud." Ucapku sambil mengaruk rambutnya yang entah berapa lama ia tak pernah di shampo dan Raden memuatar bola mata dengan malas.
"Ya sudah sana cepat ke pemandian umum, hari matahari mulai beranjak dari ufuk timur!" dengan mendorong badanku, aku mendelik ke arah Raden dan Raden hanya tergelak tertawa saja.
Setelah sarapan aku berdiam diri di belakang gubuk yang dimana di situ ada kursi dan pohon besar. Aku menghela nafas dengan kasar apa maksud mimpi itu. Ingin ku tanyakan kepada Aki sepuh tapi, sedari pagi ia belum terlihat. Aku bertanya kepada Raden nanti ia malah curiga maksud aku bertanya tersebut.
Jika saja ada Paman Maruyung mungkin aku dapat bercerita dan memecahkan mimpi itu.
"Ouy lagi ngapain di sini?" Tanya Raden yang datang dengan tiba-tiba aku melemparkan tetapan dengan sinis.
"Menurut mu aku sedang ngapain di sini?" Tanyaku dengan melipat tangan di dada.
"Ya elah sensiitf Mulu jadi orang." Ujar ia dengan mendudukkan bokong di sampingku.
"Ngomong-ngomong Aki sepuh kemana, tumben engga ngajarin aku lagi?" Tanyaku dengan dengan maksud tertentu.
"Oh aki sepuh bertapa!" Ujar Raden dengan singkat dan aku mengernyitkan dahi dengan heran.
"Bertapa yang di dalam gua dan berkonsentrasi dengan baik?" Tanyaku dengan membelokan mata dan Raden mengangguk kepala.
"Kenapa tanya begituan?" Tanya Raden dengan memicingkan matanya dan seketika aku tergagap, "Oh engga apa-apa ya sudah jadi siapa yang akan mengajari aku berlatih kali ini?" Tanyaku sembari berpikir bagaimana aku menceritakan tentang mimpi tersebut.
"menurutmu siapa lagi kalau bukan aku?" Tanya Raden dengan mencabikkan bibirnya dengan kesal.
"Emang Lo udah sembuh gitu?" Tanya aku dan menatap ke seluruh badan Raden dan aku tercengang karena semua bekas sudah hilang entah kemana.
"Ya udah lah kalau engga ngapain gua ngajari kau!" Gerutu Raden dan melenggang pergi meninggalkan aku dan aku mengekori kemana Raden dan dalam batinku bertanya-tanya kenapa bisa secepat itu sembuhnya padahal aku di sini cuman satu jam dan ia terlihat seperti tidak terjadi apa-apa seakan-akan kemarin malam hanya bekasan gigitan nyamuk yang tidak terlihat dan tidak terasa.
Waktu sudah sore, para warga mulai mendatangi pemandian umum yang tak jauh dari tempat yang Gisel berlatih, syukurlah ilmu Gisel sudah menguasai beberapa yang sulit di taklukan tapi kini Gisel sudah mempelajari dengan baik.
https://dynamic.webnovel.com/book/18303643306271405?utm_source=writerShare&utm_campaign=4314407422
Itu link Cerita saya dan untuk pembaca tolong tandai jika ada typo atau ada yang kurang paham sebisa mungkin akan segera di perbaiki.
tambahkan ke perpustakaan ya ka 😉