"Hei tunjukan batang hidungmu!" Desis Gisel sambil melihat sekelilingnya dan ia tak melihat sosok tersebut.
"tunggu pembalasan dari saya hihihihihi." Suara melengking terdengar sedangkan Gisel malah tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara yang dulu sewaktu kecil ia dengar.
"Eh astaga Raden Lo gpp, bangun woy." Melupakan Raden yang hampir sakarat, Gisel menoleh dan segera berlari menghampiri Raden dan menepuk pelan ke arah pipi Raden namun Raden tak kunjung bangun, "Dasar wanita sialan!" Gerutu Gisel sambil memapah Raden untuk di bawa ke gubuknya.
"Aki ini Raden terluka." Teriak Gisel ketika sampai di depan gubuk Aki dan tak lama Aki membuka pintu dan segera menolong Raden.
"Loh ini kenapa?" tanya dengan menatap arah Gisel.
"Tadi ada yang menyerang Raden jadi terluka parah sampai detak jantung nya mulai melemah." Ujar Gisel dan Aki langsung menolong Raden dan menekan dadanya.
"Rupanya ia sudah mengetahuinya!" Gumam Aku dan di dengar oleh Gisel.
"Apa yang ia sudah mengetahuinya Aki?" Tanya Gisel dan Aki hanya menggelengkan kepala dan menyuruh Gisel membantu membersihkan luka yang ada di tubuh Raden.
Waktu sudah malam tapi Raden tak kunjung bangun dari rasa lelapnya.
"Aki mengapa Raden belum siuman?" tanya Gisel dengan menatap khawatir ke arah Raden
"Biarkan saja yang penting kita sudah mengeluarkan racun yang ada di tubuhnya." Ujar Aki dengan tampang biasa saja tidak ada gurat wajah khawatir sedangkan Gisel heran racun dari mana pikirnya.
"Sebenarnya siapa wanita itu Aki, dan mengapa menyerang Raden?" Tanya Gisel dengan menatap ke arah Aki.
"Dia orang yang akan membunuhmu." Cicit Aki dengan nada pelan, seketika Gisel mengatupkan mulutnya.
"Hah bagaimana bisa, Gisel saja bahkan tak mengenalinya!" tutur Gisel sambil mendekat ke arah Aki.
"Dia sangat berbahaya bagimu karena dia yang akan menjadi teman lawan suatu saat nanti." Ujar Aki dengan menghela nafas dengan kasar
" Tapi dia seperti tidak mengenali Gisel?" Tanya Gisel kepada Aki tentu saja mendapat balasan dari Aki dengan kernyitakan dahi.
"Pantas ia menyerang Raden, sebab ia tak mengenalinya bahwa kau orang yang di cari nya." Monolog Aki, " Sebelum ke sini kau memakai apa saja?" tanya Aki dengan memegang pundak Gisel dan Gisel mengetuk pelan dagunya
"Waktu pertama kali saat bertemu dengan Paman, Gisel sudah di kasih air bunga dan langsung di minum sekali teguk." Ujar Gisel dan Aki mengelus dada dengan pelan.
"Pantas saja auramu tertutup ya karena kau meminum air tersebut." Tutur Aki
"Memangnya itu benaran air bunga?" tanya Gisel dan Aki hanya mengedikan bahnya.
"Ya sudah sana tidur, biar Raden menjadi urusan Aki." Tutur Aki sambil melirik ke arah Gisel dan Gisel hanya menganggukkan kepalanya karena memang ia sudah sangat mengantuk.
Dunia sadar
"Gisel bangun udah dua jam Lo tidur masa masih mengantuk?" Dengan menggoyangkan badan Gisel tapi tak kunjung bangun saja Gisel. Decakan mulai terdengar dari Angga dan menyuruh Aldo untuk memanggil Chandra.
"Lo panggil Chandra aja, gila muka imut bangun kek kebo sudah banget!" Gerutu Angga dan Aldo melenggang pergi meninggalkan Angga dan Gisel.
Chandra POV.
Gua saat ini sedang memandang ke arah bintang, entah mengapa gua merasa kaya ada yang hilang tapi entah apa itu padahal gua berusaha untuk tetap positif tetap saja gua selalu was-was. "Woy gua cariin Lo malah nangkring di pohon." Teriak Aldo yang tak sengaja melihat Kaki Chandra yang menjuntai di atas kepalanya.
"kenapa?" dengan mengangkat alis Chandra bertanya.
"Noh si Gisel gila susah banget di bangunin ini udah malam kapan kita berangkat keburu teman yang lain jadi tumbal." Ujar Aldo dan setelah itu Chandra menganguk kepala lalu turun.
"Jadi Gisel belum bangun dari tadi?" Tanya gua dan Aldo hanya mengumpat dengan kesal.
"Iya gila aja udah di siram pake air tetap saja engga mau bangun, terus Udah di kasih ketiak juga tetap engga bangun padahal kita kan mandi di sini cuman kena air tanpa sabun atau pun yang lainnya. Kebo banget tuh cewek!" Ujar Aldo dan meninggalkan Chandra.
Setelah itu Chandra mencoba membangun badan Gisel tapi tak kunjung bangun.
"Gisel bangun Lo, kalau engga bangun gua tinggal Lo di sini?" Chandra menggoyangkan badan nya tapi tak kunjung bangun dan akhirnya gua menghela nafas, sifat Kebo nya keluar kembali.
"Ya udah tunggu setengah jam lagi palingan dia kecapean." Dengan menghela nafas Gua langsung menatap Gisel dengan pandangan kasihan.
"Semoga jodoh gua imut tapi engga kek kebo. Susah banget heran deh. Dia itu tidur atau bagaimana?" Tanya Angga sambil menatap tajam ke arah Gisel jika Gisel bangun mungkin saja Angga tak berani menatap tajam ke arah Gisel.
"Lo, diam berisik!" Tunjuk Aldo menggunakan jari kepada Angga dan Angga hanya mengerucutkan bibirnya dengan sebal.
"Chand Lo percaya bisa laluin ini semua?" Tanya Aldo ketika senyap menghampiri nya hanya terdengar suara jangkrik ataupun hewan yang saling bersahutan.
"Gue engga tahu cuman kalau belum berjuang kita engga akan pernah tahu dan lagi pula jika menyerah di awal perjuangan itu sama sekali bukan berjuang. Karena sejatinya berjuang itu selalu ada tantangan dan itu bukan satu atau dua rintangan yang selalu datang." Ujar Gua dengan menatap bergantian ke arah Angga dan Aldo.
"Andai gua engga ikutan mungkin gua sekarang aman." Lirih Angga dan tak lama ia terjengkang karena Aldo memukul kepalanya hingga terjengkang.
"Maksud Lo apa ngomong kek gitu, Lo menyesal gitu?" Teriak Aldo sambil mencekik leher Angga sedangkan gua hanya menatap datar ke arah mereka berdua.
"Iya gua menyesal andai gua engga kan menuruti semua keinginan dia mungkin gua sekarang lagi rebahan atau engga lagi main. Bukan kek gini." Angga berusaha melepaskan cengkraman dari Aldo dan matanya menatap ke arah gua dengan tetapan nyalang.
"Lo kalau menyesal jangan sekarang kalau Lo menyesal sekarang percuma," Dengan sangat datar gua berucap sedangkan mereka berdua langsung terdiam, " Dan kalau mau pulang sana, jalan terbuka dengan lebar untuk orang yang pengecut seperti Lo." Ucap Gua lalu meninggalkan mereka berdua.
Gisel ayo bangun gua butuh Lo batin gua berucap dengan lirih.
Perasaan gua semakin semerawut sebab Gisel tak kunjung sadar, gua periksa denyut nadi nya masih normal dan deru nafasnya teratur. Gua mengusap pelan dahi nya sedikit mengeluarkan keringat apakah ia merasakan gerah padahal cuaca malam sangat dingin.
"Sel Lo bangun, gua benaran Lo tinggalin Lo kali di sini." Gua menggoyangkan badannya tapi tak kunjung sadar juga apakah ia sedang pingsan atau bagaimana.
Memang sedari kecil, yang suka tidur itu adalah Gisel, ketika sudah lelah melanda, mata tak bisa untuk melihat ya tidur pilihan Gisel tapi ini terlalu urgement sedangkan di dalam hutan sana teman-teman nya sedang dalam bahaya.
Semoga kita bisa kumpul bersama lagi sebab tanpa kericuhan dari bibir Lo sama sekeli hidup gua engga berarti banget . Batin gua dengan menghela nafas kasar.
Bulan sudah hampir penuh, sedangkan gua entah kemana jalan menuju tempat tersebut. Peralatan juga suka hampir rusak dan keperluan semakin menipis. Terlalu banyak yang di pikirkan oleh gua.
Chandra End POV