Glen Junio,anak konglomerat itu seumur hidup tak pernah memiliki kesulitan ekonomi. Glen bisa membeli apapun yang dia mau dan pergi kemanapun yang dia inginkan. Namun tak ada hidup yang sesempurna itu. Hidupnya memang serba kecukupan,tapi ia selalu kurang dalam hal cinta.
"Ini tak akan berhasil"
"Apa maksudmu? Aku sudah melangkah sejauh ini,kau pikir ini hanya lelucon saja?"
"Yang mungkin menganggap ini lelucon adalah kau! Bagaimana mungkin kau berani melamarku sedangkan kau belum melupakan Selin,kau keterlaluan Glen!"
"Aku sudah melupakannya!"
"Kau pikir aku bodoh? Kau menyimpan 1 album penuh foto mantan kekasihmu itu di kantormu dan kau masih bisa bicara seolah kau sudah melupakannya?"
"Ta-tapi aku... aku..."
"Kenapa kau terbata-bata? Tak bisa mengelak bukan? Baiklah,ini selesai. Ini sudah berakhir"
"Stella tunggu..."
"Ambil ini" Stella memberikan cicin tunangan berlian yang mewah itu kembali pada Glen.
Glen duduk di taman kota sambil memutar-muta cincin itu. Tunangannya mengembalikan cincin itu dan hubungan merekapun berakhir. Tak ada air mata yang keluar dari pria mapan nan tampan itu. Ia hanya termenung dengan kepalanya yang seakan berputar. Ini memang salahnya yang masih belum melupakan orang yang pernah ia cintai dulu. Bahkan Glen tak yakin bisa melupakan Selin atau tidak.
Glen selalu berusaha memperbaiki diri dan berkaca dengan apa yang sekiranya kurang dari dirinya,belajar mencintai orang lain adalah langkah terbesar yang bisa ia lakukan. Namun sekeras apapun ia mencoba,hasilnya hanya sebatas nyaman tanpa perasaan yang lebih. Hatinya mengambang bagai kapal di lautan luas.
kini Glen sadar bahwa memaksakan keberuntungannya dalam hal cinta tidaklah baik. Glen hanya ingin Selin,namun sayangnya orang yang tak bisa ia lupakan bahkan setelah 7 tahun lamanya lebih memilih bersama sahabat Glen.
"Siapa peduli ? Tak berguna!"
Glen melempar cincin itu sembarangan lalu ia pergi dari sana,dia berjalan pelan menuju bar terdekat dari taman kota itu. Malam itu cukup sepi,hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Memasuki gang perkotaan yang cukup sempit dan remang-remang itu,Glen akhirnya sampai di tempat tujuan.
Club mewah itu tersembunyi di antara gedung hotel dan gedung bank ternama. Ia menghampiri meja bar club tersebut. Bartender itu menyambut Glen dari jauh sambil sibuk meracik minum untuk pelanggan lain. Suasana club malam itu sangat ramai dan bising,namun Glen tak peduli. Ia duduk di meja bar sambil menunggu.
"Kau tampak suntuk,ada apa?" Rava,salah satu bertender yang juga sahabat Glen menghampirinya
"Stella membatalkan pertunangan kita" Rava terdiam,ia terkejut bukan main.
"Bagaimana mungkin?"
"Dia menemukan album foto di kantorku dan kita berakhir"
"Hanya karna itu?"
"Album fotoku dan Selin"
"Dasar bodoh" Rava tertawa lepas.
"Apa kau sudah puas menertawaiku?"
"Baiklah maaf,apa kau masih belum bisa melupakan Selin?" Glen menggeleng pelan.
"Itu sudah sangat lama. Tapi bagaimana lagi, memang sulit jika bicara tentang perasaan. Kau mau minum sesuatu?"
"Nanti saja. Oh ya,kenapa club ramai sekali hari ini,apa ada acara?"
"Pemilik club berulang tahun dan ia mengadakan judi besar-besaran,serta minuman gratis untuk tamu VIP"
"Pantas saja. Sepertinya aku harus bergabung"
"Tidak,kenapa kau tidak disini saja? jangan terburu-buru"
"Aku ingin bergabung"
"Tidak,lebih baik kau disini saja. Aku akan buatkan minuman special" Rava masih dalam posisi memegang lengan Glen.
"Ada apa denganmu? Lepaskan"
Glen berjalan cepat menuju tempat perjudian,semua orang tampak riuh dengan pertandingan judi yang begitu menegangkan. Di tengah keriuhan pesta judi tersebut,mata Glen menangkap sosok yang naik ke meja pertandingan selanjutnya. Pria itu adalah mantan sahabat yang dulu merebut Selin darinya. Darah Glen dengan cepat naik ke otaknya,ia mengepalkan jemarinya dengan kuat sampi buku jarinya tampak pucat.
"Ini dia Kai si Raja kita pada malam hari ini,ada yang berani menantangnya?"
"Saya" Mata semua orang tertuju pada Glen,tak hanya itu mata Kai-pun tak bisa menutupi keterkejutannya.
"Baiklah dengan siapa?"
"Glen"
"Baiklah pada malam ini,Glen akan menantang Kai untuk berjudi"
Tatapan kedua orang yang pernah bersahabat dekat itu saling beradu. Glen menatap dengan penuh kebencian dan Kai menatap dengan pandangan remeh. Perjudian ini bukan untuk mendapat uang,ini adalah ajang untuk balas dendam dan Glen bertaruh untuk harga dirinya disini.
Keadaan bar sudah cukup sepi,Rava kembali ke tempat perjudian. Ia panik saat Glen menantang Kai untuk berjudi. Glen sangat nekat dan Rava takut jika itu menjadi malapetaka untuknya. Rava berjalan menembus kerumunan orang.
"Permisi,permisi aku mau lewat"
Setelah susah payah menembus kerumunan,Rava sampai di depan meja judi itu.
"Glen untuk apa kau disini?"
"Tentu saja untuk menantangnya"
"Tidak ada manfaatnya untukmu. Kau kesini bukan untuk berjudi kan? Ayo kita pergi"
"Rava tak apa, dia hanya ingin menantangku" ucap Kai singkat.
"Diam kau! Kalian sama saja,merepotkan! Pak jill pertandingan ini tolong dibatalkan"
Sorak kecewa penonton mendominasi tempat tersebut,pertandingan ini akan menarik karena di lakukan oleh Kai yang tak tertandingi dan orang asing yang tiba-tiba datang.
"Sudah lanjutkan saja!" Sorak salah satu pengunjung bar
"Benar! Mulai !! Mulai !!"
"Baiklah baiklah,terserah saja!"
Rava kecewa dan iapun keluar dari area perjudian. Suasanapun kembali meriah,semua orang tampak bersemangat. Penontonpun melakukan perjudian kecil dengan memilih siapa yang akan menang.
"Aku di pihak Kai"
"Aku juga"
"Jika semua di pihak Kai untuk apa kita bertaruh?"
"Aku di pihak Glen" ucap Rava menginterupsi.
"Kau yakin?"
"Tentu saja"
Rava kesal dengan kedua sahabatnya itu dan daripada ia pusing sendiri lebih baik ia ikut taruhan. Lagipula Rava iba karena tak ada satupun memihak Glen. Tapi itu wajar saja karena Kai sangat mahir dan juga beruntung. Kemungkinan menangnya sangat besar.
Di tempat lain seorang gadis cantik tengah menatap gaun pengantin di hadapannya. Gaun putih dengan payet yang indah di sepanjang gaun tersebut membuatnya tampak menawan namun tak berlebihan. Gadis itu tersenyum sambil membayangkan hari pernikahannya.
"Kau pasti akan cantik mengenakan gaun itu Gwen"
"Ibu? Ibu sudah pulang rupanya"
"Sedikit terlambat karena banyak yang harus dibeli. Kau tahu sendiri kebutuhan anak panti tidaklah sedikit"
"Ibu luar biasa,mengurus lebih dari 100 anak sangatlah sulit. Ibu adalah pahlawan disini"
"Kau bisa saja" ibu mengelus lembut rambut Gwen
"Ibu membesarkanmu sejak kecil dan sebentar lagi kau akan menikah. Berbahagialah nak,kau bisa berkunjung kapanpun kau mau"
Air mata tanpa sadar jatuh dari mata indah Gwen. Ia tumbuh besar di panti asuhan dan ibu adalah sosok paling berharga dalam hidupnya. Gwen memeluk ibu dengan erat.
"Aku akan berkeluarga,aku tak bisa membantu ibu lagi mengurus adik-adik yang lain"
"Memang sudah saatnya kau lepas dari sini. Kau tumbuh menjadi anak yang baik dan kakak yang baik untuk adik panti yang lain. Melihatmu bahagia dengan Kai adalah penghargaan bagiku"
"Terimakasih bu,aku akan sering mengunjungimu setelah aku menikah. Aku harap semuanya berjalan lancar"