Pertemuan waktu itu berlangsung alot tanpa ada kejelasan apapun. 2 hari sudah berlalu dan Gwen masih tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Gwen tak tega membiarkan Kai berada di penjara dan iapun tidak mau dibawa bersama Glen. Bagaimana kalau ia dibawa untuk di siksa atau bahkan di bunuh, Gwen sering membaca berita dan hal semacam itu sering kali terjadi. Apalagi kesan pertama Glen pada Gwen sangat buruk. Tanpa sengaja ia mengatakan hal yang kejam pada Glen dan bahkan hingga kini ia masih menyesali hal itu.
"Seharusnya aku sedikit berbaik hati padanya"
Keesokan harinya Gwen memutuskan untuk menemui Glen,ia sudah memikirkan matang-matang dengan keputusannya. Gwen berjalan pelan menuju kawasan kantor milik keluarga Glen. Semalam ia sudah meminta nomor ponsel Glen dan mengirim pesan singkat untuk menemuinya di cafè dekat kantor Glen. Lonceng di depan pintu berbunyi saat Gwen memasuki cafè tersebut.
Suasananya cukup mendukung,kali ini hanya ada Gwen disana. Ia memilih meja paling ujung yang cukup tersembunyi. Selang 30 menit kemudian Glen datang. Ia mengenakan setelan lengkap jas kerjanya. Tampak begitu tampan dan berwibawa.
"Maaf aku telat,ada keperluan mendesak" Gwen mengangguk pelan.
"Tak apa,akupun tak berburu-buru"
"Ada apa kau menghubungiku?"
"Tentu saja ini tentang Kai"
"Tak perlu bicara panjang lebar,aku tak akan berbaik hati atau membuat ini menjadi mudah. Aku tak akan membebaskan dia"
"Bukan,bukan seperti itu. Aku tidak datang untuk tawar menawar. Aku disini memang ingin kau membebaskan Kai dan kau bisa membawaku sebagai gantinya" Glen menatap Gwen denga lekat.
"Kenapa kau tiba-tiba menyetujuinya?"
"Aku tak tega melihatnya tersiksa dibalik jeruji itu"
"Baiklah aku akan membebaskan Kai secepatnya"
"Terima kasih"
Gwen berpasrah pada takdirnya. Ia tak tahu akan seperti apa Glen memperlakukannya,ia hanya berharap Glen sedikit berbaik hati. Sesuai janji,Glen memproses semuanya dengan cepat. 2 jam kemudian Kai di bebaskan tanpa syarat apapun. Namun tentu itu adalah mimpi buruk bagi Kai.
Jika ia bebas itu berarti Glen akan mengambil Gwen darinya,mengambil orang yang paling ia sayangi sama seperti apa yang ia lakukan dulu pada Glen. Hatinya bagai di remas denga kuat. Kai sangat mencintai Gwen,ia mempersiapkan semuanya dari 2 tahun yang lalu dan semuanya musnah dalam sekejap mata. Yang lebih menyakitkan lagi adalah Glen yang melakukan itu padanya,roda kini berputar dan Kai tak punya kendali atas hal tersebut.
Akhirnya Kai bisa bertemu dengan Gwen kembali,mereka saling bertatapan dari jauh. Polisi tengah mengurus hal kecil sebelum Kai benar-benar bebas. Kalau boleh memilih Kai lebih baik membusuk di penjara daripada harus melihat kekasihnya berkorban demi dirinya. Semua adalah murni kesalahan Kai dan ini tidak adil bagi Gwen. Semua persyaratan telah selesai. Kai berjalan perlahan menghampiri Gwen.
"Kau bisa bebas sekarang" Gwen menggengam tangan Kai erat.
"Bebas dengan membuatmu terkurung maksudmu? Kau tak seharusnya melakukan ini"
"Kai,aku tak punya pilihan lain. Aku tak mau kau berada di dalam sana terlalu lama. Aku berjanji akan baik-baik saja"
"Kau belum mengenal Glen,dia itu jahat dan licik. Bagaimana jika dia mencelakaimu?"
"Tidak akan"
Kai dan Gwen masih sibuk dengan perbincangan mereka dan Glen hanya melihat dari dalam mobilnya. Entah untuk apa Glen melangkah sejauh ini,bahkan sekarang ia meninggalkan pekerjaannya demi 2 manusia yang sejujurnya cukup merepotkan. Glen tak menyangka Gwen akan senekat itu ikut dengannya,ia tampak tak takut apapun.
"Gwen,cepatlah!"
"Baiklah Kai,aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik"
"Gwen..."
Gwen memeluk Kai sebentar,ia mendekatkan bibirnya pada kuping Kai.
"Aku akam menyusun rencana,kau tak perlu khawatir" bisik Gwen pelan.
Kai mengangguk dan membiarkan Gwen pergi. Entah rencana apa yang akan dilakukan kekasihnya itu yang jelas Kai percaya-percaya saja,kekasihnya itu pintar dan cerdik. Kai hanya perlu menunggu sampai permainan dimulai.
Glen melajukan kendaraannya dengan cepat menyusuri jalanan kota yang cukup lengang. Di dalam mobil tak ada obrolan apapun dan tampaknya keduanyapun tak tertarik untuk bicara. Setelah cukup lama mobil mewahnya parkir di halaman dengan rumah yang besar.
"Turunlah"
Glen berjalan masuk ke rumahnya diikuti Gwen yang jalan dengan ragu-ragu. Seberani apapun tetap saja ia takut jika harus masuk ke rumah orang yang tak ia kenal. Rumah itu bak istana di negri dongeng. Glen membuka pintu rumahnya dan mereka masuk ke dalam bersama. Hening dan sepi,Gwen semakin ketakutan. Tubuhnya sedikit bergetar dan dahinya mengeluarkan keringat dingin. Namun tiba-tiba seorang muncul dari balik tembok.
"Siang Pak" Salah seorang maid menyambutnya.
"Antarkan dia ke kamar lantai 2"
"Baik pak"
Maid di rumah Glen mempersilahkan Gwen untuk mengikutinya. Mereka berjalan menuju ke arah tangga,belum sempat mereka naik. Seorang wanita berdiri di tangga paling atas.
"Hmm siapa ini? Apa dia kekasihmu Glen?"
"Iya" jawab Glen enteng dan Gwen yang mendengar itu hanya bisa menahan emosinya.
"Oh yaampun adikku akhirnya membawa kekasihnya kesini"
Wanita itu menghampiri Gwen dengan bersemangat. Ia menggengam tangan Gwen dengan senyum yang merekah.
"Yaampun cantik sekali,siapa namamu?"
"Saya Gwen,senang bertemu dengan anda"
"Namamu cantik seperti pemiliknya. Kenalkan aku Citra,kakak tertua Glen. Kau sudah mengenalku kan? Jadi tidak perlu pakai bahasa yang formal. Oh ya,Bibi kembali saja aku yang akan antar Gwen ke kamarnya"
"Baik bu"
Citra tampak semangat menyambut Gwen. Ia sangat senang adiknya tidak sedih terlalu lama karena tunangannya memutuskannya begitu saja.
"Gwen,kau tahu? Ini kali pertama Glen mengajak kekasihnya untuk tinggal disini"
"Benarkah? Bagaimana dengan sebelumnya?"
"Hmm maksudmu Selin dan Stella?" Gwen mengangguk pelan.
"Tidak,tidak pernah. Kau dan Glen pasti takdir yang di pertemukan dengan sempurna. Kau baru saja bersama dengan Glen dan kau sudah tahu tentang matan kekasihnya. Si bodoh itu pasti mempercayaimu dan lagi kau boleh tinggal disini. Kalian sangat cocok,baik kau maupun Glen sangat beruntung karena saling memiliki,"
"I-i-iya"
Gwen ingin memuntahkan semua isi perutnya. Bagaimana mungkin sangat cocok. Walaupun Gwen sedikit lega karena ia diperlakukan dengan baik tapi jika boleh berkata jujur, kakak Glen itu bicara dengan cukup berlebihan. Gwen bertemu Glen dalam keadaan paling sial dalam hidupnya dan kakak Glen malah berkata itu takdir yang sempurna. Bahkan hidup sejak bayi di panti asuhan lebih baik daripada harus di takdirkan bertemu dengan Glen.
"Gwen ini kamarmu" Citra membuka pintu kamar tersebut.
Kamar itu besar dan interior didalamnya sangat mewah,tak hanya itu kamarnyapun memiliki wangi yang menenangkan. Gwen pikir ia akan diperlakukan dengan buruk,disiksa,atau bahkan dibunuh. Tapi kenyataan di hadapannya berbanding terbalik.
"Ini kamar untukku?"
"Iya,Gwen aku minta maaf. Si bodoh itu memang keterlaluan. Masa iya kekasihnya menempati kamar tamu yang sempit dan biasa ini. Aku akan menyediakan kamar yang lebih baik lagi"
"Tidak kak citra,tidak perlu. Ini bahkan lebih dari cukup"
"Oh yaampun kau sederhana sekali,Glen benar-benar beruntung memilikimu"
Kamar itu begitu mewah dan luas,bahkan rumah yang Kai beli tak sebesar kamar ini. Tapi dengan entengnya Citra berkata kalau kamar itu sempit dan biasa. Jiwa miskin Gwen mergejolak. Dia tak mengerti seperti apa cara berpikir orang kalangan atas.
"Jika kau meninginkan sesuatu kau bisa meminta langsung pada Glen atau mungkin padaku. Tak perlu sungkan"
"Baik kak,terima kasih"
"Aku tinggal dulu ya,selamat beristirahat"