Nisa masuk ke ruangan Bryan dengan rasa cemas. Rasa cemas kini selalu ia rasakan setiap harus masuk ke ruangan bosnya sekarang. Begitu masuk, Nisa merasa sedikit lega karena ada Arya di dalam sedang berdiri dan berbicara sementara Bryan duduk di kursinya.
Nisa masuk dengan tenang sambil membawa setumpuk dokumen yang harus ditanda tangani. Ketika sampai di depan meja, Bryan memberi tanda agar Nisa berjalan ke samping nya untuk meletakkan berkas tepat di hadapan Bryan. Setelah meletakkan dan membuka dokumen yang harus ditanda tangani, Nisa mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Arya dan Arya pun membalas senyuman Nisa. Bryan yang membaca sebentar lalu menandatangani dokumen sempat melihat sekilas Arya tersenyum pada Nisa.
"Tunggu gue di ruangan meeting Arya, abis ini gue langsung kesana." Arya mengangguk.
'Jangan Kak Arya jangan pergi!' jerit Nisa dalam hatinya sambil menggigit bibir bawahnya melihat Arya keluar dari ruangan. Bryan masih terus memeriksa berkas dan menandatanganinya. Nisa yang semula berada di samping Bryan mencoba menggeserkan tubuhnya sedikit demi sedikit menjauh dari Bryan.
"Stop it snowflakes, jangan coba coba!" tegur Bryan tidak melihat ke arah Nisa dan masih menulis. Bagaimana Bryan bisa tau, Nisa makin cemas akan nasib nya. Sudah beberapa hari semenjak kejadian di kamar rahasia itu, dan sikap Bryan semakin lama semakin posesif.
Selesai menandatangani seluruh dokumen, Nisa lalu membereskannya dan hendak meninggalkan ruangan itu sampai Bryan tiba-tiba bicara.
"Kamu ikut kakak meeting sekarang" ujar Bryan sambil berdiri dan mengancing jas nya.
"Tapi... Kakak gak ada jadwal meeting hari ini!"
"Meeting divisi teknis. Mereka punya design baru, Kakak harus periksa," jawab Bryan lagi. Nisa hanya bisa mengela napas dan mengangguk pasrah.
"Nisa akan kesana setelah menyelesaikan dokumen ini."
"No, kasih itu ke Mas Bram biar dia yang urus kamu ikut Kakak sekarang, bawa catatan kamu!" Bryan memang tidak punya ampun dia bahkan langsung pergi tidak perduli pada Nisa. Nisa kesal setengah mati, ia ingin sekali menjauh dari Bryan. Kenapa anak magang malah mengerjakan tugas sebanyak ini?
Bryan dan Nisa memasuki ruangan meeting kecil yang terdapat beberapa staf dari sub divisi design grafis serta Arya pimpinan mereka. Bryan duduk di ujung meja, Nisa duduk di sebelah kirinya mencoba mengeser kursinya agak menjauh. Ketika Bryan melihat ia menarik kursi beroda itu dan sempat membuat Nisa kaget.
"Tugas kamu adalah mencatat segala informasi penting yang dipaparkan para designer itu, mengerti Snowflakes!" bisik Bryan. Nisa cuma terdiam dengan wajah tegang.
"Kerjakan dengan baik Snowflakes, dan berikan laporannya pada Kakak nanti malam," tambahnya lagi masih berbisik. Malam? Artinya Nisa harus lembur, ah sial. Wajah Bryan terlalu dekat, Nisa bahkan bisa merasakan hembusan nafas Bryan di dekat lehernya. Bryan lalu menegakkan lagi tubunya seperti tidak terjadi apa apa ketika Arya membuka meeting sebelum akhirnya duduk di sebelah kanan Bryan.
Bryan memang bukan arsitek tapi dia adalah perancang aplikasi games, dan menggambar adalah bakatnya. Arya lebih sering meminta pendapat Bryan soal teknis rancangan dari pekerjaan yang sedang mereka kerjakan. Keduanya masih asik mengobrol dan Nisa masih mencatat beberapa informasi. Ia memberi highlight pada beberapa informasi yang ia harus cari tau sendiri nanti, mungkin bertanya pada 'google'.
Awalnya, Bryan tidak memperhatikan Nisa yang sibuk mencatat dan memperhatikan, sampai akhirnya ia memalingkan wajah melihat Nisa sedang mengigit ujung pensil sambil mengetukkan jemarinya di atas meja dengan lembut selama menyimak salah satu paparan staf design.
Seketika rasanya darah Bryan tiba tiba mendesir naik. Ia terus memperhatikan bibir pink Nisa yang mengigit lembut ujung pensil. Langkah yang salah mengajaknya meeting hari ini. Bryan kemudian melipat kakinya dibawah meja dengan susah payah, menahan gejolaknya yang mulai naik. Shit, Nisa apa yang kamu lakukan padaku? umpatnya dalam hati.
Bryan mulai kehilangan konsentrasi, tapi ia tidak bisa melepaskan keinginannya untuk melihat Nisa. Ketika ia berpaling sekarang Nisa sedang menulis tapi sambil mengigit bibir bawahnya. Tangan Bryan mulai mengepal, ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan meminum air dari gelas yang disediakan. Arya yang tiba tiba melihat bahasa tubuh Bryan yang berubah aneh lantas menyentuh lengan Bryan bertanya ada apa. Bryan tidak menjawab dan hanya menyeringai tipis. Tapi kemudian ia melirik atas Nisa dan Arya juga mencoba memperhatikan.
"She needs to stop!" (dia harus berhenti) bisik Bryan pada Arya. Arya semula tidak mengerti, lalu kemudian dia melihat lagi pada Nisa yang terus mengigit bibir bawahnya karena terlalu serius menyimak.
"Damn it, Bry, control your lust!" (Bry, kontrol nafsu mu) balas Arya juga berbisik.
"I can't she's so tempting" (tidak bisa, dia sangat menggoda) Arya menggeleng tidak percaya. Ia kemudian mengambil gelas minumnya yang belum disentuhnya lalu berjalan ke samping Bryan dan meletakkan di depan Nisa. Nisa yang kaget lalu menoleh ke arah Arya dan mendapati ia tersenyum sambil mengatakan "minum" dengan gerakan bibirnya. Nisa mengangguk lalu mengambil gelas itu dan meminumnya.
"Thanks!" bisik Bryan, Arya cuma mengangguk pelan.
"Tapi gue gak bisa berdiri sekarang!" Arya memandangnya lalu melihat ke paha Bryan dan ia membelalakkan matanya. Ia ingin tertawa tapi menahannya dengan tersenyum.
"Pilihan yang buruk bawa Nisa ikut meeting, Bry." Bryan tidak mau menjawab karena kesal. Meeting berjalan hingga selesai dan Nisa tidak tahu apa yang sudah dialami Bryan karena dirinya. Arya melihat sekilas pada Nisa dan Bryan.
Dalam hatinya ia kagum bagaimana pesona Nisa bisa membuat monster seperti Bryan kesulitan menahan diri hanya karena ia melihat Nisa mengigit bibirnya. Arya ingin bisa merasakan pengalaman seperti itu. Memiliki seorang wanita yang bisa membuatnya bergairah hanya karena ia melihat wajahnya. Sayangnya, ia tidak merasakan hal itu pada Dira.
RUANG CEO
Sudah pukul 6 sore dan Nisa belum memberikan laporannya pada Bryan. Ia sudah menunggu dari sore di ruangannya untuk memeriksa laporan meeting teknis tadi. Bryan memberi Nisa batas waktu sampai pukul 7 malam untuk memberikan laporan itu. Jam kerjanya sudah berakhir jadi dia sekarang sedang lembur hingga jam 7 setelah itu Bryan berencana hendak mengajaknya makan malam.
Sambil menunggu, Bryan menggambar beberapa karakter untuk proyek games terbaru yang sedang dikerjakan B-Hit sampai tepat pukul 7 malam, Nisa masuk ke ruangan Bryan dan membawa laporannya. Ia lalu berdiri di samping Bryan sama seperti tadi siang dan meletakkan laporannya. Bryan menyampingkan tubuhnya menghadap ke arah Nisa sembari melipat tangan.
"Kamu terlambat Snowflakes!"
"Gak, masih ada dua menit" bantah Nisa membela diri. Lalu Bryan menunjuk jam kecil yang berada di atas mejanya. Mata Nisa melirik pada jam itu dan mengernyitkan keningnya.
"Kamu terlambat dua menit!" Nisa malah memanyunkan bibirnya. Setahunya ia masih punya dua menit lagi. Dia tidak tau jika Bryan sengaja memajukan menit di jamnya. Nisa jadi tidak bisa membantah lagi.
Senyuman nakal muncul dari balik bibirnya lalu ia menarik lengan sekaligus pinggulnya dan memaksanya duduk di pangkuan Bryan. Nisa kaget lalu mencoba berdiri tapi lengan Bryan melingkar di pinggang mencegahnya untuk bangun.
"Ini hukuman karena kamu terlambat!" Bryan tersenyum lalu membelai pipinya. Nisa masih bengong dan menatap Bryan dengan pandangan aneh. Ini sudah jam 7 malam tapi Nisa masih cantik dan wangi. Rambutnya di sanggul ke atas, ia memakai shirt lengan pendek dengan pencil skirt selutut. Wangi Vanila Lavender membuatku ingin mencium lehernya.