THE OCEAN BAY HOTEL
Ping... bunyi notifikasi email dari laptop Darren terdengar. Darren sedang membaca beberapa laporan keuangan kemudian mengalihkan pandangan dari berkas yang sedang ia baca ke laptopnya yang ada di meja. Belum sempat ia melihat siapa yang mengirimkan email, ponselnya kemudian berdering. Darren pun menjawab panggilan itu
"Pak, kami sudah memiliki informasi tentang penguntit anda!" ujar suara di seberang telepon.
"Apakah kamu yang mengirmkan filenya?" tanya Darren.
"Benar, Pak!"
"Tetaplah terhubung!"
"Baik pak, aku mendengarkanmu!" Darren memasang earbud agar lebih mudah berkomunikasi. Ia kemudian membuka file yang dimaksud, Darren lantas mengernyitkan keningnya.
"Apa ini? Siapa dia?" tanya Darren bingung.
"Namanya Gabriel Moretti, dia terlihat di pemakaman sebelum anda datang tapi tidak ada satu pun kamera yang menangkap ia telah meletakkan bunga." Darren meremas kedua tangannya. Siapa laki laki ini? firasatnya tidak enak.
"Diikatakan disini ia pemilik menara Il Rosso di Manhattan, lantas apa yang dilakukannya di Amsterdam) tanya Darren mencoba mencari tau.
"Aku tidak tau apa motifnya, tapi menurut beberapa sumber, dia memiliki beberapa teman lama yang bekerja secara jaringan mafia bawah tanah New York." Otak Darren seolah berputar mencari potongan potongan teka-teki tentang siapa yang menaruh bunga di makam Anna. Dia yakin itu pertanda buruk. Tiba tiba matanya membesar
"Carikan informasi tentang gang the red yang ada di amsterdam dan salah satu anggotanya bernama David Ashton!" ujar Darren kemudian.
"Apakah ini ada hubungannya dengan Moretti, Pak?" tanya informan tersebut.
"Aku harap tidak, satu hal lagi, tugas kan dua tim pengawal untuk rumah kakakku dan keponakanku di Jakarta. Laporkan padaku segera!"
"Baik, Pak. Siapa yang harus aku tempatkan?" Darren berpikir sejenak sebelum kemudian menyebut sebuah nama.
"Akan kutempatkan dia menjadi kepala keamanan yang baru, Pak!"
"Terima kasih!" telepon pun diputuskan. Darren menarik napas berat sambil masih membaca informasi tentang Gabriel Moretti di laptopnya. Ia selalu cemas hari itu akan datang. Hari dimana David Ashton akan mencari anak laki-lakinya. Sekian lama keluarga Alexander menyembunyikan identitas ayah kandung Bryan dan itu bukan hanya keinginan Darren tapi juga ayah mereka Herman Alexander.
Saat Anna dibawa dan disembunyikan Darren dari Ayahnya karena telah hamil, Herman akhirnya mengetahui semuanya satu minggu setelah Anna dan Darren pergi ke sebuah kota kecil dekat Volendam. Herman yang kecewa dan marah langsung ingin menjemput Anna dan membawanya pulang tapi kalimat Darren bahwa ia mencintai Anna dan kenyataan yang terjadi bahwa Anna hamil anak hasil hubungannya dengan seorang anggota geng kriminal the Red, membuat Herman mengambil keputusan lain.
Semula Darren ingin mengakui bahwa anak yang dikandung Anna adalah anaknya, tapi Hans tidak ingin adiknya mati konyol di tangan Ayah mereka. Ia akhirnya mengaku menyembunyikan Anna agar tidak ada yang mengetahui gadis 18 tahun itu sudah hamil.
"Kamu mengecewakanku, Darren!" ujar sang Ayah saat itu ketika menemukan putranya di dalam sebuah rumah kecil bersama Anna. Herman kemudian masuk ke dalam rumah itu tanpa ijin dari Darren.
"Maafkan aku Dad, tapi aku sangat mencintai Anna. Aku ingin melindunginya," jawab Darren tanpa takut usai mengikuti Ayahnya ke salah satu ruang di rumah itu. Hans menutup pintu dan masih diam saja tak bicara.
"Kamu tau resikonya jika kamu memaksa menikahinya kamu akan disingkirkan dari garis turunan Alexander!" Darren mengangguk tapi ia sudah siap dengan segala resiko.
"Aku tau. Tapi aku akan tetap melakukannya!" ucap Darren bersikeras. Herman berbalik dengan wajah kesal dan menggelengkan kepala pada putranya.
"Tapi aku tidak ingin kamu dikeluarkan dari garis keturunan, kamu tetap seorang Alexander dan Anna juga. Aku ingin kamu yang memimpin Alexander nantinya!" tambah Herman lagi. Darren terdiam dan menundukkan pandangannya.
"Lalu apa yang akan ayah lakukan sekarang?" tanya Hans kemudian setelah tidak bicara dari pertama kali ia datang bersama Ayahnya. Herman terdiam sebentar sebelum mengambil keputusan.
"Anna akan pergi ke NY denganmu dan Darren, tolong minta istrimu untuk menjaga nya selama hamil hingga ia melahirkan. Bayi itu akan menjadi anakmu secara hukum," ujar Herman memandang pada Hans dan ia terkejut tidak tau harus berkata apa. Sementara Darren spontan menolak dengan menggelengkan kepalanya.
"Tidak Ayah, aku bisa menjaga bayi itu dan Anna, dia bisa jadi istriku. Aku mau menikahi Anna!" bantah Darren. Herman menoleh pada Darren.
"Tidak Darren, kamu tidak boleh menikahinya, aku mengadopsinya secara legal, dia adikmu dimata hukum, ini akan jadi skandal jika kamu memaksa."
"Tapi Ayah. Aku..."
"Kumohon jangan lakukan itu. Tolong, hal ini akan menghancurkan masa depanmu, aku masih ingin melihatmu memiliki perusahaanmu sendiri, hotel dan resort seperti yang kamu cinta citakan." Darren masih menggeleng dan menolak. Jalannya memiliki Anna semakin lama semakin kecil.
"Kamu masih bisa memilikinya sebagai anakmu tapi dengan sebutan keponakan. Jangan hancurkan dirimu sendiri. Aku akan tetap memberikanmu ijin merawat Anna. Tapi tidak untuk menikahinya!" tambah Herman lagi.
"Darren, aku memberikan tugas ini padamu, jauhkan Anna dan cucuku dari ayah kandungnya selamanya, aku tidak ingin melihatnya bertemu dengan darah dagingku. Anna adalah keturunanku begitu juga dengan bayinya." Darren masih terpaku menatap Ayahnya. Herman lalu makin mendekat dan memegang kedua pundak Darren.
"Dan jangan biarkan siapapun tau soal siapa Ayahnya, lakukan apapun. Mulai saat ini, kamu adalah penjaganya, mengerti." Herman tersenyum tipis membuat janji pada putra keduanya Darren Van Alexander. Darren tak membantah dan menerima mandat sejak saat itu.
Dan janji itu yang dibawa mati Herman dan dijaga Darren hingga saat ini. Bukan tanpa alasan ia sangat mencintai Bryan seperti anak kandungnya. Ia bahkan tidak menikah dan terus memasang matanya pada Bryan, anaknya. Bagi Darren, Bryan adalah putranya, penerus dan pewaris tunggal seluruh kekayaan Darren Alexander.
Darren menghela napas saat mengingat janji yang ia buat pada Ayahnya untuk melindungi Anna dan anaknya, Bryan.
"Dia putraku, dan aku akan selalu melindunginya sampai kapanpun," ujar Darren sembari menutup laptop nya.