Bryan masuk kantor seperti biasa. Setelah memenuhi janji untuk bertemu investor dari Dubai pada pagi hari hari. Ia dan Arya mengobrol di ruangan Bryan soal pekerjaan di B-Hit. Arya dan Bryan adalah salah satu perancang games di perusahaan milik Bryan itu. Saat sedang berdiskusi, Greyson Hunt, PA Bryan Alexander masuk bersama beberapa orang pria. Salah satunya cukup dikenal Bryan Alexander dalam sebuah transaksi senjata.
Admiral Shawn Miller masuk dan membawa seorang pria lain bersamanya. Sambil tersenyum ramah, Admiral itu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Bryan yang juga tersenyum lebar.
"Hai, Admiral Miller senang bertemu denganmu lagi," ujar Bryan memeluk seolah lama tak bertemu.
"Hai Bryan apa kabarmu? Halo Arya," balas Shawn membalas pelukan Bryan. Ia lalu beralih pada Arya dan ikut menjabat tangannya.
"Kalian berdua terlihat lebih keren," puji Shawn pada Bryan dan Arya yang hanya bisa menyengir. Bryan tertawa kecil dan melihat pada pria yang dibawa oleh Shawn.
"Ah, Bryan, perkenalkan ini Arjoona Harristian yang ingin aku kenalkan padamu." Bryan langsung tersenyum ramah dan menjulurkan tangannya.
"Aku sudah lihat wawancaramu di CBS News, luar biasa. Namaku Bryan Alexander," ujar Bryan. Arjoona pun ikut tersenyum dan menjabat tangan Bryan.
"Arjoona Harristian, tunggu dulu!. Sepertinya kalian orang Indonesia ya?" Bryan mengangkat alisnya dan melihat pada Arya.
"Arya Mahendra, senang bertemu orang dari negeri sendiri," ujar Arya memperkenalkan diri. Arjoona mengangguk dan tersenyum.
"Please, I can't speak your languange here," (tolong aku disini tidak bisa bahasa kalian) ujar Shawn menginterupsi pembicaraan Joona dan Bryan. Bryan dan Arya tergelak sebelum kemudian mengganti topik pembicaraan.
"Admiral Miller sudah banyak bercerita tentangmu beberapa hari lalu. Aku pikir aku memang membutuhkan partner sepertimu, Arjoona." Arjoona mengangguk dan tersenyum.
"Aku sangat senang jika kita bisa bekerjasama," balas Joona.
"Panggil saja aku, Joona. Supaya lebih akrab." Bryan tersenyum ramah dan mengangguk. Arjoona juga ikut berbincang dengan Arya dan tertawa untuk beberapa saat. Tak lama kemudian, Arya harus keluar dari ruangan itu untuk meneruskan pekerjaannya.
"Bry, kita perlu bahas design gue abis makan siang. Dan Arjoona, nice meeting you," ujar Arya sambil tersenyum dan keluar ruangan. Sekarang Bryan, Arjoona dan Shawn duduk dan berbicara.
Bryan terlihat menyukai dan cepat akrab dengan Arjoona. Ia juga memperlihatkan beberapa produk yang tidak diproduksi massal dan digunakan oleh militer terutama oleh Shawn Miller. Sejak hari itu, Arjoona Harristian memiliki tambahan sahabat selain Jayden dan Shawn yaitu Bryan Alexander. Tak hanya pada Arjoona, Bryan ikut dikenalkan pada Jayden Lin melalui sambungan telepon.
Arjoona, Bryan dan Shawn akhirnya menghabiskan hari dengan mengobrol dan saling kenal satu sama lain. Bahkan sampai sore hari menjelang, ketiganya belum berhenti. Menjelang makan malam, Bryan mengakhiri pembicaraan mereka. Arjoona dan Shawn kembali sementara Bryan mencari Arya ke kantornya, Rkive.
"Dude... let's dinner!" (ayo makan malam) ajak Bryan di depan pintu ruangan Arya. Arya menaikkan alisnya dan bangun dari kursi. Ia mengambil jas lalu memakainya sambil jalan bersama Bryan di sampingnya. 10 menit kemudian Arya dan Bryan keluar bangunan megah VanAlex Corporation. Sambil berjalan di lobby, Bryan menelpon kepala keamanannya untuk membawa mobil Aston Martin DBS Superleggera berwarna merah milik Arya kembali ke The Heist sementara Arya ikut Bryan naik mobil Marcedes Benz SLS-AMG hitam milik Bryan. Sebuah mobil SUV hitam dengan tiga orang bodyguard akan mengikuti mereka ke restoran perancis tempat Bryan dan Arya akan makan malam.
Ketika tengah mencoba hidangan appetizer, seseorang mencoba memanggil Bryan. Melambaikan tangan dan menuju meja Bryan dan Arya. Setelah Bryan memberi kode pada bodyguardnya, wanita itu diberikan akses untuk mendekati meja mereka.
"Hai, Bryan... sedang makan malam ya?" sapa seorang wanita cantik yang mendekat itu. Bryan tersenyum sambil mencoba mengingat siapa wanita itu. Wanita yang seperti mengerti bahwa Bryan tidak mengingatnya lalu tersenyum tipis.
"Kamu tidak ingat aku, ya. Aku Stacy, kita pernah berkencan di apartemenmu." Dia masih tersenyum dan mencoba menyentuh Bryan
"Aahhh... haa, maaf ingatanku benar-benar buruk, hai Stacy, apa kabarmu?" ujar Bryan canggung. Arya sudah hampir meledak tertawa. Satu lagi dari sekian drama Bryan. Dia tidak pernah ingat nama gadis yang sudah ia kencani. Ouch...
Gadis itu mulai menunjukkan wajah tidak bersahabat. Ternyata ia tidak spesial, Bryan bahkan tidak ingat namanya.
"Maa kalau aku menganggu makan malammu. Selamat malam Tuan Alexander!" balas wanit itu ketus lalu berbalik dan langsung pergi meninggalkan meja Bryan. Arya yang tidak tahan dan akhirnya meledak tertawa. Bryan tertegun dan balas mendelik Arya yang sudah senyum sambil tertawa kecil.
"Apa yang lucu! Kenapa lo ketawa!" tanya Bryan ketus.
"Oh Bryan, lo bener-bener player, harusnya lo ditonjok ma dia," ejek Arya masih tertawa. Bryan tidak mau menjawab. Main course sudah datang, dan dia mulai makan.
"Bukan salah gue, gak bisa ingat nama orang dengan mudah."
"Oh ho no, lo cuma gak mau ingat nama cewek cewek yang lo tiduri, tapi lo bisa ingat hampir seluruh nama staf kita di kantor." Arya lalu mengeringai jahat sementara Bryan tak melihat dan sibuk memotong makanannya.
"Cuma ada satu nama perempuan yang akan lo ingat namanya. Deanisa... Melody... Harfa," tambah Arya sambil menyengir lebar. Bryan mendengus kesal dan menaikkan pandangannya pada Arya.
"Udah!... puas?" balas Bryan menggenggam garpunya kesal. Setiap kali nama itu disebut maka ia kesal setengah mati. Sudah lebih dari 10 tahun tapi tiap kali mendengar nama itu, Bryan jadi sesak.
"Ayolah, gitu aja lo marah! Chill Dude, hehehe," jawab Arya cepat sambil menaikkan sebelah alisnya dan masih tersenyum. Pembicaraan soal perempuan sepertinya belum selesai. Tau ia dipojokkan, Bryan mencoba balik menyerang.
"How about your Mr. Mahendra, emang lo ingat nama cewek yang tidur sama lo semalam?"
"I'm not you, gue selalu ingat perempuan yang gue kencani, dan cewek itu namanya Emilia Carter," ujar Arya menang sambil menyesap wine nya. Bryan makin mendengus kesal. Namun dia masih penasaran.
"Lo udah mau pacaran lagi ya?" Arya terdiam dan berpikir sejenak.
"Gak, itu cuma kencan!" Bryan menaikkan alisnya dan mengangguk saja. Makan malam itu berlalu seperti biasa. Keduanya lantas bercanda seperti biasa, Bryan dan Arya.
Usai pertemuan dengan Joona, Bryan sepakat akan bekerja sama dalam beberapa urusan bisnis. Mereka makin akrab dari hari kehari. Bahkan Arya kerap ke Miami diutus Bryan untuk menyelesaikan beberapa hal pribadi. Tak hanya pada Bryan, Joona juga memperlakukan Arya selayaknya sahabat dekat.
"Gue balik dulu ya, design nya tinggal sedikit lagi. Kalo gak diselesaikan sebelum sore semuanya bisa berantakan," ujar Arya berdiri dari sofa di ruangan Bryan. Arjoona tersenyum dan mengangguk. Ketiganya sedang berdiskusi tentang klausul perjanjian kerjasama antara Kim Corp dan VanAlex.
"Arya, ada meeting ntar sore. Lo datang ya!" sahut Bryan begitu Arya hampir sampai di pintu. Arya menaikkan tangannya tanda mengiyakan dan keluar dari ruangan itu terburu-buru.
"Oke, kayaknya kita perlu bahas yang ini..." pembicaraan Joona dan Bryan kemudian diinterupsi oleh dering ponsel Bryan. Bryan meminta waktu sejenak pada Arjoona. Berita yang tak mengenakkan langsung membuat Bryan memekik dari tinggi ke rendah lalu tinggi lagi. Ia malah bernegosiasi dengan asistennya sendiri karena masalah dokumen pelaporan pajak. Kepala analisa keuangan VanAlex mengalami kecelakaan dan cukup parah. Ia sedang menyusun laporan penting keuangan beserta pajak. Seseorang harus menyelesaikan pekerjaan itu.
Akhirnya karena tak punya pilihan, sang asisten mengusulkan untuk meminta bantuan pekerja lepas. Namun tak sengaja ternyata pekerja lepas yang direkomendasikan ternyata adalah mantan istri Arjoona Harristian yang sedang ia cari selama ini, Claire Winthrop.
Bryan masih membuka mulutnya terkejut dengan kenyataan bahwa ternyata Arjoona sudah menikah.
"Aku pikir kamu pacaran sama Elle Quinn. Aktris itu kan?" Arjoona mengangguk.
"Memang... tapi aku sudah pernah menikah sebelumnya," aku Arjoona tanpa malu dan ragu.
"Apa kekasihmu tau?" Arjoona mengangguk lalu meletakkan berkas dokumen di atas meja di depannya. Bryan baru saja mencari alamat Claire yang ternyata tinggal di Whitefish, Montana. Entah mengapa Bryan merasa sedih. Ia tak menoleh pada Arjoona untuk beberapa saat dan hanya diam.
Usai Jayden dihubungi Joona melalui sambungan video call, Bryan diberi tugas untuk memberikan pekerjaan pada Claire. Tak cukup hanya itu, ia kemudian dilibatkan dalam plot yang disusun Arjoona untuk membawa Claire ke New York dan bekerja untuk VanAlex.