"Besok jangan lupa bawa almamater. Kebiasaan lu itu kan. Suka lupa bawa almet."
Pesan singkat datang dari Ihsan yang memperingatiku untuk membawa almamater OSIS. Aku memang memiliki kebiasaan buruk, yaitu selalu lupa membawa almet atau jaket yang sejenisnya. Karena aku tidak suka menggunakan pakaian sejenis itu. Tapi sepertinya, semenjak jaket Ihsan nelingar sempurna di pinggangku waktu itu, mulai saat itu juga aku akan suka menggunakan jaket.
"Iya."
"Jaket gua juga jangan lupa, wkwk."
"Wkwk. Oke siap. Udah gua cuci kok."
"Mantab, bagus deh kalo gitu, haha."
Besok adalah hari Senin, dimana sekolahku mulai menerima calon peserta didik baru, dan kami sebagai panitia harus siap melaksanakan tugas yang di berikan dari pembina OSIS kami.
*****
Ternyata ekspetasiku menjadi kenyataan. Semua panitia hanya fokus pada tugasnya masing-masing, dan di izinkan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Karena kegiatan belajar mengajar kami juga sebenarnya belum kembali efektif setelah kenaikan kelas kemarin.
Penerimaan peserta murid baru di SMPN 09 Jakarta akan di laksanakan selama 5 hari kedepan. Di mulai dari hari Senin, hingga Jumat. Setiap hari seluruh anggota OSIS akan melakukan rapat setelah pulang sekolah bersama pembina OSIS kami. Hal itu dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan kami di setiap harinya. Tidak lupa juga membahas masalah persiapan Masa Orientasi Siswa (MOS) nanti.
MOS tersebut baru akan di laksanakan 2 minggu kemudian. Namun pembina OSIS kami memang sudah menyiapkan segalanya dengan sangat teliti dan detail. Kalau bisa, semua acara yang dilakukan oleh OSIS harus berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan dan sempurna. Maka dari itu, OSIS pada angkatan kami yang di pegang oleh Pak Johny sebagai pembinanya merupakan OSIS terbaik selama ini. Hal itu di akui langsung oleh kepala sekolah kami dan guru-guru yang lainnya.
Kali ini aku dan panitia yang lainnya juga ikut turun tangan dalam menyeleksi berkas calon peserta didik baru. Banyak sekali standar-standar yang harus mereka lalui untuk dapat lolos memasuki sekolahku ini. Karena sekolahku ini memang merupakan sekolah negeri favorit yang berada di Jakarta. Tidak heran jika banyak yang ingin masuk ke SMPN 09 Jakarta.
Aku dan Ihsan yang satu kelompok akhirnya pun banyak menghabiskan waktu bersama, baik di sekolah atau di luar sekolah. Bahkan semenjak itu Ihsan sering ke rumahku untuk melanjutkan menyeleksi berkas-berkas yang tidak sempat di seleksi ketika di sekolah.
Ibu dan Ayahku mulai hafal dengan wajah dan namanya. Mereka juga mulai akrab. Aku suka menjadi panitia kali ini.
*****
Sampai pada saatnya tugas kami semua telah selesai. Pengumuman peserta didik baru telah di umumkan. Minggu ini kegiatan kami adalah melakukan Masa Orientasi Siswa (MOS) bagi peserta didik baru. Kali ini aku tidak sekelompok dengan Ihsan. Namun sekarang aku sekelompok dengan sahabatku sendiri, Riska.
"Kita adalah kelompok satu
Yang di pimpin oleh kak Azkia
Kita semua selalu semangat
Dan juga kompak serta ceria
Laa la la la la la la
Yee ye ye ye ye ye ye
Laa la la la la la la
Kita pasti jadi juara."
Begitulah yel-yel dengan nada lagu aku anak gembala dari kelompok satu yang di pimpin oleh aku dan Riska. MOS SMP tidak sesulit MOS SMA. Disini kami semua hanya bermain games bersama, berkenalan satu dengan yang lainnya, baik itu kepada teman, senior, guru-guru, dan juga mengenali lebih dalam tentang sekolah yang telah mereka pilih.
"Yahhh, kamu kalah. Ayo diri." Perintah Riska kepada salah satu anggota MOS yang berada di kelompok aku dan Riska. Lalu siswi tersebut berdiri. "Siapa namanya?"
"Ajeng kak."
"Hallo Ajeng. Karena kamu salah. Kamu harus menerima hukumannya ya, sesuai perjanjian yang di awal."
"Yah kakak. Malu."
"Ga apa-apa. Kamu mau kasih puisi ke siapa? Harus ke anak OSIS ya."
"Siapa ya kak? Cewek boleh kak?"
"Ga boleh dong. Kan perjanjiannya kalo cewek harus ke cowok. Begitu juga sebaliknya. Hayo mau ke siapa?"
"Hemm, kak Ihsan deh."
"Wah Ihsan emang nih. Pake susuk apa dia, semua murid baru semuanya pilih dia, haha. Ya udah aku panggil dulu orangnya yaa. Ihsan, Ihsan."
"Iya kenapa?"
"Sini deh sebentar. Ada yang mau kasih puisi ke lu."
"Ohhh, kalah main games ya?" Tanyanya kepada siswi tersebut. Sambil tersenyum pula. Maksudnya apa?
Ihsan memang menjadi orang yang sangat di cari-cari oleh murid baru, khususnya oleh murid perempuan. Wajahnya yang tampan, hidungnya yang mancung, rambutnya yang jambul, dan badannya yang tegap memang dapat mengalihkan semua pandangan hanya tertuju kepada dirnya. Bahkan aku sendiri pun seperti itu.
"Iya kak."
"Siapa namanya?"
"Ajeng."
"Ohh Ajeng. Mau kasih puisi kaya gimana nih? Asik asik, haha."
"Hemm, malu kak."
"Ngapain malu. Santai aja."
Pembacaan puisi akan segera dilakukan, dan sepertinya kejadian seperti ini akan di saksikan oleh banyak pasang mata. Apalagi terdapat Ihsan di dalamnya. Belum lagi siswi yang bernama Ajeng tersebut juga mempunyai wajah yang cantik. Kelihatannya sangat serasi dengan Ihsan, tampan dengan yang cantik.
"Saat aroma kehidupan dari kesadarannya. Percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa. Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa. Mengungkapkan karya kesadaran yang dilakukan malam. Menjadikan mata jernih
melihat kenikmatan di dunia
menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia.
Benih- benih yang ditaburan oleh dewi cinta. Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati
perasaan memeliharanya. Jiwa membawanya.
Pandangan pertamamu kekasih seperti roh yang bergerak di permukaan. Air mengalir menuju syurga.
Pandangan pertama dari sahabat
kehidupan. Menggemakan kata-kata Tuhan, Jadilah, maka terjadilah ia.
(Kahlil Gibran)"
Prok... Prok... Prok...
Suara tepuk tangan dari peserta MOS dan anggota OSIS lainnya yang melihat kejadian tersebut memberikan tepuk tangan yang bergemuruh kepada mereka berdua. Tatapan tajam yang di berikan oleh Ihsan sangat dalam kepada siswi tersebut. Seperti seseorang yang sedang mulai membukakan hatinya dan menaruhnya kepada wanita tersebut.
"Wahh, bagus ya, kaya dari hati gitu bacainnya, haha," ucap Riska. "Oke, acara MOS akan di lanjutkan dengan mengenal lebih dalam dewan guru yang berada disini. Jadi kalian siapkan buku dan alat tulis untuk mencatat nama dan pelajaran apa yang di ajarkan oleh guru-guru tersebut, serta tanda tangannya. Setelah itu kalian baru di izinkan untuk pulang. Mengerti?"
"Ngerti kak," ucap seluruh peserta MOS dengan serentak. Mereka pun segera melakukan perintah dari Riska tersebut. Mereka langsung menyerbu ruang guru yang berada di lantai satu pojok kanan dari sekolahku.
"Ga usah cemburu gitu Ki, itu cuma hukuman, haha." Ledek Riska kepadaku.
"Lagian Ihsan ngeliatinnya gitu banget dah."
"Wajar, Ajeng cantik Ki, haha."
"Iya iya."
*****
Selesai sudah waktu mereka semua untuk berkenalan dengan dewan guru yang berada di SMPN 09 Jakarta. Sebelum pulang, seluruh anggota OSIS dan peserta MOS berbaris terlebih dahulu di lapangan sekolah untuk menyampaikan informasi apa saja yang harus di bawa untuk esok hari.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya." Kali ini yang akan memberikan arahan adalah Ihsan.
"Alhamdulillah acara MOS hari ini telah berjalan dengan lancar, dan besok adalah hari terakhir untuk Masa Orientasi Siswa tahun ini. Tugas kalian untuk besok adalah membawa satu cokelat, permen yang di bentuk kalung, surat cinta, dan alat tulis. Pakaian untuk besok adalah baju olahraga bebas. Boleh baju waktu SD kalian, atau baju olahraga lainnya, terserah, bebas. Karena besok kita akan main air dan kotor-kotoran bersama. Jangan lupa juga bawa baju salin. Yaitu baju kemeja putih, kerudung putih bagi yang berhijab, dan rok SD atau MI kalian. Sampai sini ada yang mau di tanya?"
"Engga kak." Jawab mereka dengan serentak.
"Oke, berarti udah jelas yaa. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, alangkah baiknya kita semua untuk berdoa terlebih dahulu. Berdoa di mulai."
"Aamiin. Doa selesai. Selamat pulang ke rumah masing-masing, hati-hati di jalan, dan sampai berjumpa besok. Assalamuaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh."
Seluruh peserta MOS dibubarkan, dan acara akan di lanjutkan pada esok hari.
Berbeda dengan peserta MOS, kami sebagai anggota OSIS harus berkumpul terlebih dahulu sebelum pulang untuk melaksanakan rapat. Seperti biasa, untuk mengevaluasi acara MOS hari ini, dan merencanakan ulang kegiatan yang akan dilakukan pada esok hari.
-TBC-