Chereads / Cerita Kia Untuk Randi / Chapter 7 - Hari Terakhir

Chapter 7 - Hari Terakhir

*****

Hari ini adalah hari terakhir bagi seluruh peserta didik baru kelas 7 baru untuk melaksanakan Masa Orientasi Sekolah. Sesuai arahan kemarin, semua peserta membawa cokelat, permen kalung, dan perlengkapan yang lainnya. Pagi ini acara MOS akan di buka dengan melakukan kegiatan jalan-jalan di sekitar sekolah SMPN 09 Jakarta.

Kami semua terus berjalan sampai ke sebuah taman yang berada dekat dari SMPN 09 Jakarta. Di sana kami melakukan berbagai macam games. Mulai dari mengambil karet di dalam tepung terigu, mangambil koin yang tertancap di buah semangka yang sudah di lumuri cokelat, dan games yang lainnya.

Mereka semua tampak sangat senang. Setelah kami merasa cukup untuk bermain-kami, kini kami memutuskan untuk kembali ke sekolah dan berbaris di lapangan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Acara akan di lanjutkan. Kini seluruh peserta MOS matanya di tutup oleh sehelai kain sambil melakukan belajar baris berbaris yang benar.

"Jalan di tempat, grak." Riska yang merupakan anak pasukan khusus paskibra di sekolah kami pun memimpinnya.

"Stop. Ga boleh ada yang bergerak." Seluruh peserta pun menurutinya. "Kalian panas ga? Gerah ga?"

"Panas."

"Jawabinnya harus pakai kata kak. Ulangi."

"Panas kak."

"Mau yang bikin adam ga?"

"Mau kak."

Seketetika mereka semua di semprotkan air bersih dari selang ke seluruh tubuhnya.

"Masih pansas ga?"

"Engga kak."

Entah kenapa mereka menjawab tidak. Mereka semua sepertinya tidak mau pakaiannya basah, padahal mereka telah membawa baju salin yang telah kami informasikan juga kemarin.

"Oke. Kalau gitu baris berbarisnya di mulai lagi. Hormat grak."

"Udah mulai panas ga?"

"Engga kak."

"Ga mau berhenti nih jadinya?"

"Mau kak."

"Loh, jadinya gimana? Panas ga?"

"Panas kak."

Namun kegiatan baris berbarisnya tidak di berhentikan, justru mereka semua di siramin air kembali. Seperti itulah. Secara terus menerus, sampai kami semua, anggota OSIS merasa puas melakukannya.

Setelah acara siram-siramannya dan belajar baris berbaria selesai, seluruh peserta MOS di izinkan untuk menganti pakaiannya dan di berikan waktu untuk beristirahat selama setengah jam. Setelah selesai, mereka semua harus kembali lagi ke lapangan bersama kelompoknya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Gimana? Udah pada kenyang? Udah pada istirahat kan?" Tanya Riska kepada seluruh peserta MOS.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh. Udah kak." Dengan serentak mereka semua menjawab.

"Kalian semua bawa cokelat, permen kalung, dan surat cintanya kan?"

"Bawa kak."

"Ya udah, sekarang kalian kasih surat cinta dan cokelat tersebut kepada kakak-kakak OSIS yang kalian suka. Ingat ya, yang cewek kasih ke yang cowok, dan yang cowok kasih ke yang cewek. Kalo ada yang melanggar, kalian akan di kenakan sanksi. Paham?"

"Paham kak."

"Oke, di mulai dari sekarang."

Mereka semua segera memberikan surat cinta dan cokelat tersebut kepada OSIS yang menurut mereka, mereka sukai. Ternyata aku mendapatkannya lumayan banyak juga.

Aku mendapatkan 14 surat cinta dan cokelat. Namun masih kalah banyak daripada Riska. Dia mendapatkan banyak sekali surat cinta dan cokelat. Apalagi Ihsan, sangat banyak. Bahkan sampai ada beberapa OSIS laki-laki yang tidak mendapatkannya sama sekali. Sepertinya semuanya telah di ambil alih oleh Ihsan. Sampai-sampai tangannya tidak dapat memegangnya lagi dan harus menggunakan kantong plastik yang sangat besar.

Permen kalung pun di berikan dari peserta MOS. Namun kali ini tidak ada aturan. Yang cewek boleh kasih kek OSIS yang cewek juga, begitupun sebaliknya. Kali ini yang mendapatkan paling banyak adalah Riska. Mungkin karena dia adalah ketua OSIS yang banyak melakukan interaksi dengan peserta MOS. Belum lagi Riska juga merupakan senior yang sangat ramah kepada adik-adik kelasnya. Dia juga cantik.

"Assalamualaikm warahmatullahi wabarakatuh. Terimakasih semuanya untuk peserta didik baru. Masa Orientasi Sekolah kini telah berakhir. Selamat kalian semua telah resmi menjadi murid di SMPN 09 Jakarta. Semoga angkatan kali ini bisa menjadi angkatan yang lebih baik lagi dari angkatan-angkatan sebelumnya. Saya, selaku pembina OSIS mengucapkan banyak-banyak maaf kepada kalian semua, apabila saya atau anggota OSIS lainnya melakukan tindakan yang kurang menyenangkan kepada kalian. Namun kami semua hanya ingin menjadikan mental kalian menjadi mental-mental pemimpin. Seperti anggota OSIS ini, mereka semua memiliki mental pemimpin. Saya bangga kepada mereka. Tepuk tangan dulu untuk kakak-kakak kalian semua."

Prok... Prok... Prok...

"Sekian yang dapat saya sampaikan. Kalian bisa kembali lagi ke sini pada hari Senin minggu depan dengan menggunakan seragam kebanggaan sekolah ini. Hati-hati di jalan, dan semangat dalam belajar. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh."

Begitulah pesan singkat yang di sampaikan langsung oleh Pak Jhony selaku pembina OSIS tahun ini. Kini seluruh peserta MOS telah pulang, dan seluruh anggota OSIS masih harus berkumpul seperti biasanya.

*****

Di ruang OSIS.

"Alhamdulillah acara kita selama 3 hari terakhir ini berjalan dengan lancar. Untuk merayakannya, mari kita makan-makan," ucap Pak Johny yang telah menyiapkan beberapa kotak pizza untuk kami semua makan.

"Wahh, baik banget Pak Jhony," ucap Ihsan.

"Cie, yang ketemu sama jodoh."

"Siapa Pak?"

"Kamu. Katanya ketemu sama jodoh. Siapa Ris anak baru yang kena hukuman itu?" Tanya Pak Jhony kepada Riska.

"Ajeng Pak."

"Oh iya Ajeng. Ciee."

"Ah itu mah cuma sebatas hukuman doang Pak. Ga lebih. Masa saya langsung suka gitu aja."

Aku yang mendengarnya seketika telinga dan hatiku terasa panas. Yang awalnya aku sangat menikmati untuk memakan pizza, kini pizza tersebut terasa hambar.

"Cie elah, Kia cemburu San." Ledek Pak Jhony setelah melirik ke arahku.

"Apa si Pak, engga lagi."

Padahal di dalam hatiku berkata, "tau aja Pak Jhony."

Setelah kami semua merayakan kelancaran acara MOS tersebut, kami semua akhirnya di izinkan oleh Pak Jhony untuk pulang ke rumah masing-masing.

*****

"Iya, gua kesel dah. Kenapa ada Ajeng si sekarang."

"Haha. Ya udah si, jodoh itu emang di datangkan dengan caranya tersendiri."

"Ajeng jodohnya Ihsan gitu?"

"Nah, itu pinter, haha."

"Sotoy lu. Kaya Tuhan aja nentuin jodoh."

"Yah ga percaya. Lu liat aja, nanti Ihsan bakalan jadian sama Ajeng dah."

"Bodoamat."

Aku langsung mematikan handphoneku dan tidak berniat untuk membalas pesan tersebut lagi.

Di sekolah.

"Sombong banget yang OSIS." Ledek Elina kepadaku dan Riska. Sekarang aku sedang berada di kantin untuk beristirahat, sehingga aku dapat bertemu dengan sahabat-sahabatku. Aku yang memang di sibukkan dengan kegiatan OSIS membuat aku jarang bertemu dengan mereka. Belum lagi kami semua sekarang sudah tidak satu kelas lagi. Semuanya berpisah, tidak ada yang satu kelas sama sekali.

"Sombong apaan si."

"Bagi dong cokelatnya. Punya banyak kan?"

"Minta tuh ke Ihsan. Dapet banyak dia."

"Ihsan mulu. Katanya Ihsan suka sama anak baru ya ki?" Tanya Elina.

"Ajeng? Ga taulah. Bodoamat."

"Yakin bodoamat? Ajeng juga daftar jadi pengurus OSIS loh," ucap Riska.

"Yang bener lu?"

"Iya."

"Biarin. Kan kita udah kelas 9, udah ga boleh lagi jadi pengurus OSIS. Jadinya, Ajeng ga bisa bareng sama Ihsan deh, haha."

"Tapi kan nanti waktu tesnya dia pasti berinteraksi sama Ihsan. Belum lagi nanti pas LDKO nya. Siapa tau dari situ mereka jadi makin akrab?"

"Ah tau ah. Gua mau makan aja."

"Hahaha. Eh tapi ngomong-ngomong, Elina gimana nih sama Randi?"

"Huk.. Huk.. Huk.." Tiba-tiba saja aku yang sedang makan tersedak.

"Lu kenapa Ki?" Tanya Elina.

"Ga apa-apa. Gua jadi kepikiran omongannya si Riska yang tentang Ihsan sama Ajeng. Sialan emang."

"Ohh, haha."

"Iya, lu gimana sama Randi?" Pertanyaan Riska itu aku ulang.

"Ya gitu, masih belum ada perubahan. Gua ga bisa dekat-dekat sama Randi."

"Bukannya ga bisa El. Lu ga mau. Padahal dari cerita-cerita lu udah banyak jalan supaya lu bisa deket sama Randi."

"Ya mau gimana? Gua emang orangnya kaya gini. Apa adanya. Pemalu."

"Idih. Pemalu? Iya, malu lu kumat kalo ada Randi doang. Aslinya mah malu-maluin."

Setelah itu kami semua melanjutkan untuk makan bersama di kantin sebelum bel berbunyi menandakan kami semua harus kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan kegiatan belajat mengajar yang tertunda sebentar.

-TBC-