Di kantin.
"El, ajarin gua matematika yang logaritma dong. Masih suka pusing gua." Pintaku kepada Elina.
"Yang mananya?"
"Semuanya dah kalo perlu, hehe."
"Kia." Sapa seseorang kepadaku. Ternyata itu adalah Riska. "Lu kenapa kemarin ga ikut rapat OSIS?"
"Emang ada rapat?"
"Ada."
"Yah lu ga bilang ke gua."
"Emang Ihsan ga ngabarin lu?"
"Engga."
"Gua kira ngabarin. Biasanya dia suka ngingetin lu kan?"
"Iya. Tapi ga tau dah kenapa sekarang engga."
"Mungkin lupa kali."
"Iya kali. Emang rapatnya bahas masalah apa?"
"Hari Sabtu sampai Minggu besok kita ngadain LDKO buat angkatan OSIS tahun ini."
"Ohh."
"Wajib ikut ya."
"Iya. Kumpul di sekolah? Jam berapa?"
"Iya di sekolah. Jam 7 anak-anak OSIS yang baru udah ada di sekolah, tapi kalo kita mah dari jam 6 udah di sekolah ya."
"Oh gitu, oke. LDKO dimana? Cisarua Bogor kaya kemarin?"
"Iya."
"Mantab. Gua jadi ingat..."
"Ingat Ihsan?"
"Iyalah."
Pada waktu LDKO tahun lalu, aku menjadi anggota LDKO tersebut. Aku di didik oleh seniorku di sana. Di sana banyak sekali tantangan dan hukuman yang harus kami lalui. Mulai dari bangun pagi-pagi buta, makan menggunakan 3 jari, ketika sedang makan tidak boleh ada nasi yang terjatuh satu pun atau kami akan di kenakan hukuman, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Waktu itu aku dan Ihsan masih satu kelas, dan dia belum menyadari jika aku menyukainya. Jadi dia masih merasa nyaman berteman dan dekat-dekat denganku. Aku pada waktu itu memang cukup dekat dengan Ihsan. Sampai-sampai banyak gosip tersebar dimana-mana kalau aku dan Ihsan berpacaran. Padahal tidak. Mulai dari gosip tersebut sepertinya Ihsan mulai merasa risih, dan tidak terlalu dekat lagi denganku.
"Sekarang cari pasangan untuk saling menyuapi. Ingat ya, pasangan. Lawan jenis. Tidak boleh yang sejenis." Perintah seniorku pada waktu itu ketika kami akan makan siang.
Tiba-tiba saja Ihsan menawarkan diri untuk menjadi pasanganku.
"Sama gua." Aku yang mendengarnya pun hanya bisa mengangguk.
"Ingat ya, saling menyuapi menggunakan 3 jari. Tidak boleh ada yang jatuh nasi sedikit pun atau kalian akan di kenakan hukuman. Waktu hanya 5 menit. Di mulai dari sekarang." Perintah seniorku kembali kepada kami.
Ihsan memulainya. Dia mulai menyuapiniku dengan ketiga jarinya.
"Lu juga sekalian suapin gua. Jangan ganti-gantian. Lama. Nanti waktunya keburu habis. Gua laper, haha."
Aku pun hanya menuruti perkataannya tanpa membalas satu kata pun. Saling menyuapi satu sama lain. Saling berhadapan. Bertatapan. Kenapa waktunya hanya 5 menit saja? Tidak bisa di tambah? Aku suka tantangan kali ini.
Ternyata aku dan Ihsan mampu menghabiskan semua nasi yang berada di nampan tersebut dengan waktu kurang dari 5 menit.
"Yehhh habis." Teriak Ihsan sambil tangannya di angkat ke hadapanku, bermaksud untuk tossan.
"Coba sini saya liat. Ada nasi yang jatuh ga?" Ternyata di periksa benar-benar oleh seniorku. " Ga ada. Bagus. Kalian pasangan yang cocok."
Setelah makan bersama dengan tantangan tersebut. Kami semua di perbolehkan untuk beristirahat selama 1 jam untuk mandi, dan bersantai. Karena dari pagi-pagi buta sampai sekarang, pukul 2 siang kami tidak ada hentinya untuk melakukan tantangan yang di berikan oleh senior kami. Setelah beristirahat pun kami akan melanjutkan kegiatan kembali. Sepertinya sampai larut malam. Karena besok pagi kami sudah harus pulang ke rumah masing-masing.
Sebenarnya waktu yang di berikan untuk beristirahat dengan waktu 1 jam tidak cukup. Kamar mandi hanya tersedia sebanyak enam kamar mandi. Tiga untuk laki-laki, dan tiga lagi untuk perempuan. Sedangkan jumlah kami cukup banyak, dan mandi kali ini tidak bisa cepat. Karena tubuh kami sudah penuh lumpur akibat permainan tadi pagi. Karena itu banyak dari kami yang memutuskan untuk mandi berdua atau bertiga sekaligus. Termasuk aku. Asalkan cewek dengan cewek, dan cowok dengan cowok. Jangan cewek dengan cowok yaa.
Setelah waktu istirahat kami selesai. Kami di hadapkan kembali dengan kegiatan-kegiatan yang menantang lainnya dari senior kami. Namun teruntuk kali ini hanya diisi dengan materi yang di bawakan oleh ketua OSIS, wakil ketua OSIS dan pembina OSIS pada saat itu.
Kegiatan itu berlangsung sampai pukul 18.00 atau sampai memasuki waktu azan maghrib. Kami beristirahat untuk shalat maghrib dan makan malam. Kali ini kami bisa makan dengan tenang. Karena tidak ada tantangan atau hukuman di dalamnya.
Setelah kami shalat dan makan malam. Kami akan melakukan jurit malam. Seluruh peserta LDKO di bagi kelompok oleh senior kami. Aku lagi-lagi satu kelompok dengan Ihsan, dan kedua temanku yang lainnya. Karena kali ini satu kelompok terdapat empat orang.
"Kalian harus memasuki hutan dan lapangan yang ada di depan itu. Cari bendera berwarna putih. Clue nya adalah pohon, lapangan, kandang ayam, dan musolla. Kalian harus menghampiri clue-clue tersebut dan mencari bendera berwarna putih. Di setiap titik hanya terdapat 2-3 bendera saja. Jadi cepat-cepatan. Bagi kelompok yang tidak mendapatkan bendera putih satu pun akan di berikan hukuman. Kalian paham?"
"Paham kak." Jawab kami serentak.
Aku, Ihsan dan kedua temanku yang lainnya mulai memasuki hutan. Kali ini Ihsan menyarankan supaya kami ke kandang ayam terlebih dahulu. Aman. Tidak ada apa-apa di sana, dan kami berhasil mendapatkan satu bendera berwarna putih.
Setelah dari kandang ayam, kami beralih menuju ke pohon yang berada di dalam hutan tersebut. Pohonnya sangat besar, sepertinya itu adalah pohon mangga, dan bendera tersebut berada di atas pohon itu.
"Gua aja yang manjat," kata Ihsan.
Ketika Ihsan memanjat pohon, ternyata ada pocong yang menghampiri kami yang sedang berada di bawah pohon untuk menunggu Ihsan mengambil bendera tersebut. Kami tahu, pocong tersebut pasti hanya bohongan saja. Itu adalah senior kami yang memakai atribut dan make up mirip seperti pocong. Namun karena kedatangannya yang mendadak membuat kami semua kaget. Rasanya pada saat itu jantungku mau copot akibat ulahnya.
Berhasil. Ihsan lagi-lagi berhasil mengambil bendera putih tersebut. Kini kami telah mengumpulkan dua bendera putih. Kami lanjut menuju ke lapangan. Ternyata lapangan tersebut sudah di setting sedemikian rupa oleh senior kami sehingga lapangan tersebut nampak seperti sungai. Karena di sampingnya memang terdapat sungai asli juga. Sehingga kami tidak bisa membedakan, mana yang lapangan asli dan mana yang sungai.
"Hati-hati San, gua takut itu sungai beneran."
"Ga apa-apa. Gua kan bisa berenang. Masa gua cowok takutan."
Di kelompokku kali ini memang hanya Ihsan yang laki-laki. Sisanya adalah perempuan. Kebayang kan bagaimana repotnya Ihsan harus turun tangan sendirian. Karena perempuan memang lebih takut di bandingkan dengan laki-laki.
Ternyata Ihsan benar, itu adalah lapangan aslinya. Dia mengambil bendera putih yang berada di tengah-tengah lapangan tersebut. Kini kami telah mengumpulkan tiga bendera putih. Satu lagi, dan kami akan berhasil.
Tempat terakhir adalah musolla. Mulai dari kandang ayam, pohon, dan lapangan kami lalui dengan begitu mudahnya. Hanya saja di pohon tadi kami memang sempat begitu kaget karena melihat pocong-pocangan. Namun kali ini, di musolla sepertinya akan cukup mudah.
Kami mulai memasuki musolla tersebut. Ternyata musolla tersebut lampunya di matikan semua. Tidak ada lampu yang menyala satupun, dan tidak boleh di nyalakan. Belum lagi di dalamnya terdapat asap dan bau-bau kembang seperti di kuburan, membuat suasana menjadi mistis.
Tanpa sadar aku mengenggam tangan Ihsan, dan Ihsan membalas genggamanku. Kini kami telah berpegangan tangan. Temanku yang lainnya juga saling berpegangan tangan denganku. Namun tidak dengan Ihsan, dan aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.
Berjalan di dalam musolla dengan langkah yang sangat hati-hati karena di dalam sangat gelap, sehingga kami tidak dapat melihat apapun.
Kami kini telah berada di tengah-tengah musolla dan akan mengambil bendera putih yang berada di bagian ujung sudut musolla. Belum sampai ke tempat yang terdapat bendera putih tersebut, tiba-tiba terdengar suara lagu mistis, yaitu lingsir wengi. Berbarengan dengan suara gebrakan dan pocong yang tiba-tiba muncul di depan kami.
"Kia, Kia. Bangun," ucap Ihsan meneriakiku yang pada saat itu jatuh pingsan karena terlalu kaget.
"Woi. OSIS. Senior. Ga lucu. Ini ada yang pingsan. Woi." Teriak Ihsan lebih keras. Sampai akhirnya semua orang sampai pocong tersebut membuka pakaian atribut pocongnya dan menghampiri kami.
"Ga lucu banget ini sampai pingsan. Ga semua orang berani sama kegelapan. Belum lagi semuanya datang berbarengan, bikin orang copot jantungnya. Nyalahin lampunya sekarang, buka pintunya. Ga ada udara di sini."
Aku memang adalah orang yang sangat takut dengan kegelapan, dan Ihsan mengetahui hal itu. Kemudian setelah itu Ihsan segera mengendongku ke luar musolla. Karena menurutnya di dalam musolla tidak terdapat oksigen yang cukup untuk orang yang sedang pingsan.
"Kia, Kia. Kia. Woi."
"Hah? Apaan? Ngagetin aja lu."
"Lu lagian bengong aja. Kenapa? Mikirin Ihsan?"
"Iya, dan lu, ganggu gua aja Ris."
"Yehhh, ada Ihsan tuh."
"Terus kenapa?"
-TBC-