*****
Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Sekarang adalah hari Sabtu. Hari dimana kami akan melaksanakan LDKO (Latihan Dasar Kepemimpinan Osis) angkatan berikutnya. Aku dan anak OSIS yang lama telah berkumpul lebih awal di bandingkan dengan peserta LDKO untuk mempersiapkan seluruh kegitan yang akan berlangsung selama dua hari ke depan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya, selamat pagi."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh Pak."
"Karena semuanya sudah berkumpul, dan waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit, maka kita semua akan segera berangkat. Di perkenankan semuanya untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah di bagikan oleh kakak-kakak OSIS kalian. Sebelum berangkat alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa di mulai."
Seluruh peserta mengangkat kedua tangannya dan meundukan kepala seraya memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Berdoa selesai. Silahkan masuk ke bus yang sudah di sediakan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh."
Kami semua segera memasuki bus yang telah tersedia. Bus yang tersedia hanya satu bus saja yang berisi 60 kursi. Sepertinya sangat cukup, karena peserta LDKO kali ini hanya 40 orang, OSIS lama yang mengikuti kegiatan ini hanya perwakilan saja, yaitu 10 orang, dan pembina OSIS serta dewan guru yang turut membantu kegitan ini sebanyak 5 orang. Jumlahnya 55 orang, masih tersisa 5 kursi yang tersedia.
Di dalam perjalanan menuju puncak Cisarua Bogor, tempat kami akan melaksanakan kegiatan LDKO masih sangat santai. Semua peserta belum memiliki banyak peraturan dari seniornya. Mereka semua masih terlihat sangat bahagia dengan saling bercanda satu sama lain, bermain gitar, bernyanyi, dan melakukan hal lainnya yang membuat mereka merasa bahagia.
*****
Membutuhkan waktu 1 jam setengah untuk sampai di tempat tujuan kita di Cisarua Bogor dengan menggunakan bus. Setelah sampai, seluruh peserta di arahkan untuk berbaris di lapangan karena akan di bagikan kamar. Satu kamar terdiri dari 4-5 orang.
Setelah di bagikan kamar oleh anggota OSIS lama, para peserta LDKO semuanya menuju ke kamarnya masing-masing sesuai arahan. Waktu mereka tidak lama, hanya untuk mencari kamar, menaruh tas dan bawaan yang lainnya, kemudian mereka semua harus kembali ke aula yang telah tersedia.
Kali ini kegiatannya adalah saling berkenalan satu sama lain dan akan di isi dengan beberapa materi oleh anggota OSIS lama, pembina OSIS dan beberapa guru yang lainnya. Kali ini pembina OSIS masih sama. OSIS tahun ini akan di pimpin oleh Pak Jhony kembali. Pembina OSIS ter hebat.
Kegiatan selama LDKO ternyata sama saja seperti ketika aku menjadi peserta pada tahun lalu. Bedanya sekarang aku menjadi seniornya, dan mereka yang menjadi peserta.
"Nanti malam ada jurit malam juga Ris?" Tanyaku kepada Riska.
"Ada Ki, itu justru yang di tunggu-tunggu. Ada kenangan indah juga kan di antara lu sama Ihsan, haha."
"Iya, dulu. Sekarang mah sama Ajeng kali dia."
"Kan kita ga jadi peserta, tenang aja, haha."
Ternyata jurit malam kali ini berjalan dengan lancar tanpa ada peserta yang pingsan seperti aku dahulu. Mereka memang hebat, atau aku nya saja yang terlalu lemah, entah.
Semua kegiatan berlangsung sampai pukul tiga pagi. Kami semua hanya tidur selama dua jam saja. Justru aku tidak tidur. Dari tahun kemarin sejak menjadi peserta LDKO memang aku tidak bisa tidur. Karena aku termasuk orang yang tidak bisa tidur begitu saja di tempat yang baru. Apalagi jika tidak ada bantal gulingnya.
"Sst... Kia." Suara seseorang yang mengetuk jendela kamarku. Sepertinya aku mengenali suara itu.
"Kenapa San?"
"Keluar sini sebentar."
Aku melirik ketiga temanku yang lainnya. Ternyata mereka semua sudah tertidur, sehingga aku bisa keluar tanpa harus pamit dan ketahuan melalui jendela.
"Kenapa San?"
"Gua ga bisa tidur."
"Sama, gua juga."
"Lu ingat ga waktu tahun kemarin lu pingsan? Haha."
"Iya ingat. Ah, jangan di bahas, gua jadi malu."
"Kenapa malu? Semua orang kan punya ketakutan masing-masing, dan lu takut kegelapan. Di tambah lu juga kaget kan waktu itu. Jadi kalau kata gua wajar aja. Ga usah malu. Gua juga punya ketakutan tersendiri kok."
"Iya, kaget banget gua waktu itu."
"Ga apa-apa. Itu bukan sesuatu yang bisa buat lu malu."
"Iya."
"Ngomong-ngomong, lu mirip ya sama Ajeng, haha."
"Ih apaan dah, beda lah."
"Mirip. Dari hidungnya yang mancung, bibirnya, matanya, pokoknya sama-sama cantik."
"Cantikan Ajeng kan tapi?"
"Hahaha. Gua tau kok lu suka sama gua dari dulu."
"Kata siapa?"
"Ga penting kata siapanya. Gua juga ngerasain itu semua kok."
"Sotoy."
"Maafin gua ya kalo gua belum bisa balas perasaan lu selama ini."
"Apaan si. Udah ah, gua balik ke dalam aja kalo gitu. Dingin juga di luar."
Tanpa meminta izin kepada Ihsan, aku pun kembali masuk ke kamarku. Aku tidak ingin membahas masalah perasaanku dengan Ihsan. Karena aku tidak sanggup manahan malu yang teramat dalam. Belum lagi jika dia akan menjelaskan perasaannya kepadaku jika dia tidak mempunyai rasa yang sama terhadapku. Aku belum siap untuk menerimanya.
*****
"Bangun. Bagun. Semuanya bangun. Dalam waktu 10 menit kalian harus berada di lapangan. Yang terlambat akan di kenakan hukuman. Di mulai dari sekarang." Teriak Riska membangunkan peserta LDKO perempuan, dan hal itu juga di lalukan oleh Ihsan yang membangunkan peserta LDKO laki-laki.
Pagi ini kegiatan akan di isi dengan senam pagi dan outbound. Kami semua akan bermain games dan bermain air bersama sampai pada akhirnya ketua dan wakil ketua OSIS melakukan serah terima jabatan kepada anggota OSIS yang baru.
Tiba-tiba anggota OSIS yang baru masing-masing mengeluarkan setangkai bunga mawar berwarna merah dan menyanyikan lagu janji suci-Yovie and Nuno.
"Mohon waktunya sebentar. Saya akan mengutarakan perasaan saya yang sudah lama saya pendam. Sebanarnya ketika saya pertama kali melihat dia, saya sudah mulai menaruh hati kepadanya."
Prok... Prok... Prok...
Suara tepuk tangan oleh seluruh pasang mata yang melihatnya. Tidak lupa juga mereka semua mengabadikan moment ini dengan mengambil gambar dan video di kamera ponselnya masing-masing.
"Jangan-jangan yang Ihsan maksud itu perasaannya ke lu Ki," ucap Riska.
"Ga mungkin."
"Gua sebenarnya tau Ki, lu semalam habis ketemuan sama Ihsan kan di luar?"
"Kok lu tau?"
"Kan Ihsan cerita duluan ke gua, haha. Katanya dia mau ngomong serius ke lu. Dia takut ngecewain perasaan lu. Soalnya selama ini kan kalian sebenarnya cukup dekat."
"Masa dia bilang kaya gitu si?"
"Iya seriusan. Kita dengerin aja Ihsan. Pasti kali ini dia nembak lu."
"Ah, palingan juga yang dia maksud Ajeng."
Aku pun mulai memfokuskan telingaku hanya untuk mendengarkan suara Ihsan yang sedang berbicara dan berdiri di depan kerumunan orang.
"..... Namun saya tidak berani untuk mengutarakannya begitu saja, karena ada hati yang harus saya jaga jaga. Namun perasaan tidak bisa di tutupi begitu saja dengan waktu yang cukup lama. Sebelumnya saya minta maaf untuk orang yang merasa hatinya tersakiti karena ucapan saya. Yang jelas, saya menyukai Riska."
"Hah?" Aku kaget mendengarnya. Seketika aku melirik Riska yang sedang berada di sampingku. Aku sangat tidak menyangka. Selama ini memang Riska dan Ihsan juga mempunyai hubungan yang cukup dekat dan baik. Namun aku tidak menyangka jika Ihsan menaruh rasa dan hati terhadap sahabatku sendiri, Riska.
"Ki, Kia, ga kaya gitu. Gua bisa jelasin," ucap Riska yang berusaha menjelaskannya kepadaku dan mengejarku yang pada saat itu juga aku lari dari kerumunan banyak orang.
-TBC-