Arthur sering melamun sendiri. Membuat Diki kasihan padanya.
"Bro," ucap Diki membuyarkan lamunan Arthur.
Arthur hanya tersenyum masam.
"Sudahlah Ar, perempuan itu banyak. Tidak perlu nangis untuk perempuan tak setia itu," gerutu Diki ikut kesal dengan kelakuan Karenina.
"Entah lah ki, aku malas sekarang," gumannya bersandar di pohon dekat pantai.
"Kamu tidak bisa kaya gini terus Ar. Hidup kamu harus lanjut. Jangan berhenti disini!. Mereka bahagia di atas derita kamu. Arthur kamu harus buktikan. Kamu bisa bahagia dengan orang lain," ucap Diki memberikan semangat dan juga geram. Karna, sikap Arthur cemen meratapi kesedihannya.
"Iya, nanti aku mencari penggantinya tapi, tidak sekarang."
"Kamu ternyata disini Ar!" ucap Pak Arsad, setelah sedari tadi pria tua itu mencari Arthur kemana-mana.
"Eh, Bapak," ucap Arthur bangun dari duduknya sembari sun tangan pada Pak Arsad.
Pak Arsad hanya mematung. Dengan perlakuan Arthur. Sikapnya masih tetep sama masih sopan seperti dulu. Pak Arsad tak menyangka kalau sahabat dari putranya bisa berlapang dada dengan semua pengkhianat dari putranya sendiri. Pria tua ini sempat berpikir kalau Arthur akan mengamuk bahkan membalas Boy tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Sampai ia benar-benar merasa malu dengan sikap putra.
Arthur tersenyum melihat pak Arsad.
"Kenapa kamu enggak marah sama Bapak nak?" tanya pak Arsad hampir menangis, terharu dengan sikap Arthur yang masih menjunjung tinggi rasa hormat terhadap orang tua.
"Marah kenapa Pak?" tanya Arthur bingung.
"Dengan semua yang telah Boy lakukan sama kamu masih bersikap baik pada Bapak, nak," ucap Pak Arsad benar-benar menangis. Merasa semakin bersalah karna, perbuatan anaknya itu.
"Loh kok Bapak nangis, Maafkan Arthur yah Pak!" seru Arthur beneran tak mengerti. Dengan Pak Arsad, tiba-tiba menangis dihadapannya.
"Anak Bodoh," ucap Pak Arsad menghapus air matanya. Dengan ujung jarinya dan tersenyum pada Arthur.
Melihat Pak Arsad tersenyum. Arthur ikut tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Pak Arsad serius.
"Bapak bisa melihat aku sekarang," ucap. Arthur datar dan kembali melamun.
"Maafkan karna, kekakuan Boy padamu yah," ucap Pak Arsad lagi.
"Kenapa Bapak minta maaf? Kan Boy yang bersalah."
"Kamu memang pemuda yanv baik Ar. Andai saja kamu menjadi anak Bapak bukan Boy," ungkapnya kecewa berat pada anaknya.
"Bapak jangan ngomong begitu. Nanti Boy sedih loh mendengarnya!"
"Kamu ini. Kenapa masih mikirin perasaan Boy? Sedang Boy sendiri tak peduli dengan perasaanmu." Arsad benar-benar emosi bila mengingat anaknya yang mengkhianati Arthur.
Huthhhh, Arthur menghembuskan nafas panjang.
"Mungkin aku juga salah, Pak," ucap Arthur tiba-tiba masih melamun.
"Mana mungkin kamu salah Nak? Toh kamu pemuda baik dan setia. Dimana letak kesalahanmu?" tanya Pak Arsad masih kesal dengan anaknya ini.
Arthur tersenyum masam.
"Percuma Pak, baik dan setia tak menjamin. Buktinya dia selingkuh dengan Boy yang lebih segalanya dari Aku dari segi finansial," jawab Arthur pilu.
"Sekali lagi, Bapak minta maaf atas nama Boy," ucap Pak Arsad lagi.
"Kalo menurut aku mending mereka segera menikah saja. Dari pada berbuat dosa terus." Arthur masih dengan tatapan kosong tak memperhatikan wajah dari Arsad yang masih berdiri di sampingnya.
Pak Arsad terdiam lagi.
"Kamu tak mau mempertahankan apa yang kamu punya Ar?
"Tidak Pak, aku sudah menyerah dari malam itu. Menyerah untuk bersamanya lagi. Dia akan lebih bahagia bersama Boy. Lagi pula aku sudah talaq tiga," ucap Arthur merasa sesak menyerahkan Dia untuk Boy. Walau dalam hati tak rela namun, buat apa bertahan lagi? Jika semuanya sudah berbeda tak sama seperti dulu lagi.
Hatinya sakit tapi, ia harus bertahan kuat di hadapan orang lain walau sebenarnya ia begitu terpuruk sekali.
Pak Arsad tidak bisa berkata-kata lagi. Ingin sekali Pak Arsad membujuk Arthur untuk bersama Karenina lagi. Bukanya menghalangi kebahagian anaknya Boy. Tapi, kelakuan Boy sudah tak bisa dimaafkan. Walaupun Arthur memaafkan Boy namun, tidak dengan Arsad yang benar-benar marah.
"Kasihan kamu Nak. Tapi, mau gimana lagi pilihan ada di tanganmu," ucap Pak Arsad lagi.
Arthur menganguk pelan.
Saat ini, Arthur hanya ingin sendiri. Arthur tak ingin apa pun lagi? Arthur hanya ingin Karenina Bahagia. Mungkin selama ini, Arthur tak bisa memenuhi kebutuhan Karenina karna, memang kemampuan Arthur hanya sampai segini. Berbeda dengan Boy yang berasal dari keluarga berada. Hidup Boy jauh lebih baik dari Arthur yang sama sekali tidak punya apa-apa. Tanpa harus kerja keras. Hidup Boy sudah Enak. Seluruh kekayaan Orang tuanya pasti jatuh ke tangan Boy. Pak Arsad orang tua Boy, adalah keluarga yang paling kaya di desa. Pasti nantinya Karenina tak akan kekurangan apa pun.
Andai saja, Boy bilang dari awal. Kalau Boy mencintai Karenina sedari dulu, mungkin dari dulu Arthur akan melepas Karenina buat Boy. Keluarga Boy sudah banyak membantu Arthur dan Ayahnya dulu. Arthur begitu banyak hutang Budi pada Keluarga Boy. Pak Arsad dan Ibu begitu baik pada Arthur. Dari Arthur kecil mereka berdua sudah banyak membantunya. Dengan memberikan biaya sekolah sampai SMA.
Sebenarnya sampai Kuliah pun. Pak Arsad mau membantu Arthur. Namun Arthur menolak. Arthur tau biaya kuliah sangat mahal. Arthur tak ingin membebankan keluarga Boy lagi. Tak ingin merepotkan Pak Arsad lagi. Sampai Sma cukup bagi Arthur. Bisa bersekolah saja Arthur sudah beruntung.
Arthur nekat menikahi Karenina saat itu ketika ia belum bekerja sama sekali. Keduanya sudah berpacaran dari sejak SMA. Namun, selama menjalin rumah tangga dengan Karenina. Arthur selalu memenuhi kebutuhan istrinya. Semua yang ia minta Arthur selalu menurutinya apa pun. Arthur bekerja keras hanya untuk Karenina tapi...
Baru tiga tahun Karenina berumah tangga, dengan Arthur. Karenina malah selingkuh dengan Boy. Baru saja merasakan kebahagian sebentar. Arthur sudah merasakan sakit hati lagi.
Diki merasa kasihan sekali pada temannya ini. Sampai sekarang Arthur belum mendapatkan kebahagiaan sepenuhnya. Diantara Arthur, Boy dan Diki. Memang Arthur yg lebih dulu menikah. Namun, sekarang sudah menjadi duda.
Itu yg membuat Diki malas untuk berkomitmen serius dengan seorang gadis. Diki masih belum bisa serius terhadap perempuan.
Diki korban perceraian orang tuanya. Makanya Diki menjadi pribadi yg keras. Tak ingin membiarkan hatinya sakit karna, cinta. Di Desa Diki di kenal dengan anak yg paling Badung di antara yg lain. Hanya Arthur dan Boy yg setia menemani Diki di kala Diki sedih. Dan Arthur lah yg paling setia dan tulus berteman dengan Diki. Makanya Diki lebih memilih Arthur di banding Boy. Yang sering bersikap sombong karna, anak Orang kaya. Padahal anak-anak berteman dengan Boy hanya untuk memanfaatkan kekayaan Keluarga Boy. Dan sekarang Boy sudah menghiyanati Arthur. Teman yang selalu membela Boy, melindungi Boy. Dan Boy juga menutusuk Arthur dari belakang.
Bersambung...