Gix memacu kereta kudanya menuju kerajaan MidLand, lalu di belakang. Terlihat kereta kuda paksukan clover timur mereka bergerak sangat cepat.
"Tuan apa anda masih marah?" tanya victor
"Tidak, aku sudah cukup tenang." Jawab xavier yang berkali-kali mengambil nafas dalam
"apa rencana anda?" tanya Victor
"Kita ke MidLand membawa kasus clover selatan. Otomatis semua kepala desa yang lain akan datang dan di sana aku akan menjadikan clover selatan sebagai contoh. Jika mereka menumpuk hutang dan enggan untuk membayar." Victor mendengar itu hanya bisa diam
Selama sejam mereka melakukan perjalanan dari clover selatan menuju kerajaan Midland. Sesampainya di gerbang utama, Gix menunjukan surat yang bertanda tangan xavier. Lalu mereka masuk di ikuti dengan hanz di belakang. Mereka berjalan menelusuri jalanan utama kerjaan tersebut, saat mereka sudah di depan gerbang istana MidLand, lagi-lagi xavier di hadang oleh penjaga. Sebab banyak orang yang mencoba masuk menggunakan namanya.
"Tuan, silahkan masuk. Biar hamba yang mengurus semuanya." Ucap hanz yang turun dari kereta kuda belakang. Saat para penjaga melihat hanz, beberapa orang terlihat cukup takut. Sebab ia melihat armor hitam dengan banyak bercak darah, dan pedang yang cukup besar untuk di angkat seorang manusia.
Gix masuk dan Hanz yang mengurus izinnya. Setelah masuk dari benteng istana, Xavier dan victor melewati banyak barak prajurit dan. Setelah perjalanan yang cukup panjang itu berakhir, Xavier dan victor di sambut dengan ratusan maid. Terlihat karpet merah terbentang di bawah kaki xavier.
"Selamat datang tuan xavier. Saya kepala maid di kerajaan MidLand, Fanny. Silahkan ikuti saya." Ucap nenek-nenek itu kepada xavier. Lalu xavier dan victor berjalan di belakangnya sembari melewati barisan maid tersebut.
"Victor..." xaveir memanggil-nya.
"ada apa tuan?" tanya victor
"Nenek-nenek di depan kita sudah tua, apakah dia salah satu prawan tua di kerajaan Midland? Jika aku yang menjadi tuannya, maka prajurti tadi akan memperkosa dia secara bergiliran." xavier tertawa kecil mengatakan hal yang sangat kejam itu.
"Beruntung anda bukan tuannya." Victor menggela nafas yang cukup berat
Dan di depan kepala maid Fanny terlihat cukup marah karena sikap xavier kepadanya.
Setelah sampai di depan pintu aula utama, Fanny berkata. "Di dalam adalah aula utama, di dalam raja Iscax sudah menunggu tuan." Saat xavier ingin membuka pintu Fanny berkata "Saya sudah menikah dan memiliki dua orang anak dan lima orang cucu. Jadi jangan pernah menilai seseorang dari luarnya." Xavier dan victor saling menatap. Xavier tertawa cukup keras dan victor meminta maaf karena sikap kurang sopan xavier.
"Iscax, ternyata kau punya kepala maid yang cukup menarik... Hahahah...." xavier tetap tertawa saat memasuki aula utama
"Bajingan!!! Jaga ucapanmu!!!" kapten paksukan MidLand menarik pedangnya
"Silahkan mau, jika kau ingin melihat darah." Ucap hanz yang datang dari belakang bersama sepuluh paksukannya. "Sudah Hanz, bawa prajuritmu bersih-bersih. Bau darahnya sudah semakin menyengat." Hanz menundukan kepalanya dan mereka pergi dari aula
"Simon, sudah cukup. Tuan Xavier, apa benar isi surat yang anda kirimkan ke saya? Bahwa clover selatan enggan membayar hutangnya?" tanya iscax
"Ya! Tentu saja. Jika ia tidak membayarnya. kau tau, dan seluruh kepala desa tau. Kalian yang akan menanggung hutangnya. Dan... aku ke sini tidak berniat pulang dengan tangan hampa." Ucap xavier di hadapan iscax
"K-Kalau begitu, bagaimana anda istirahat sejenak? Saya yakin anda pasti lelah dengan perjalanan panjang." Terdengar iscax cukup takut dengan xavier.
"Ya, aku terima kebaikanmu sebagai tuan rumah." Xavier menundukkan kepalanya dan berkata "kalau begitu, saya permisi dahulu." Xavier dan victor meninggalkan aula utama, dan mereka di antar oleh seorang maid menuju kamar masing-masing.
"silahkan, tuan Xavier. Ini kamar anda." Ucap maid tersebut.
"Victor, aku duluan." Xavier masuk ke dalam. Saat victor dan maid itu sedikit agak jauh xavier membuka pintunya dan berkata "Victor! Besok kita akan rapat, jadi kau jangan memperkosa maid itu ya. Aku tidak mau pulang membawa masalah." Lalu xavier tertawa sembari menutup pintunya
"Maaf, dia memang seperti itu." kembali, victor harus meminta maaf akibat ulahnya.
Mentari turun dan di gantikan bulan bersama ribuan bintang di langit malam, xavier masih saja sibuk mengurus dokumen penting yang ia bawa.
"Huff.... aku belum makan ternyata dari tadi siang." Saat xavier berdiri dan membalikan badan dari meja yang mengarah ke jendela, ia sangat terkejut melihat seorang maid berdiri di depan pintu
"A-A-Apa yang kau lakukan!" teriak Xavier
"saya di tugaskan menjadi maid pribadi anda, tuan Xavier." Ucapnya dengan nada kaku dan ia berdiri seperti patung
"Sejak kapan kau masuk ke ruanganku?" tanya xavier
"mungkin sejak awal anda mengerjakan semua berkas yang ada di meja tuan." Jawabnya
"Berarti dari awal?" tanya xavier lagi
"..." maid itu diam tanpa berkata lagi
"dari awal, kau berdiri seperti itu?" tanya heran xavier lagi
"Ya tuan." Jawabnya
"Bangsat kau Iscax, memaksa mereka berdiri." Gumam xavier
"Ya sudah, kau duduk di mana kau suka." Ucap xavier tapi maid itu masih berdiri
"Hey! Kau dengar aku? Aku bilang kau boleh istirahat." Suara xavier sedikit mengeras
"Maaf, saya sedang bertugas." Ucapnya
"Aku ingin memberimu tuas. Bawakan aku makanan, minuman dan celmilan." Maid itu pergi dari kamar dan kembali secepat yang ia bisa.
Saat ia kembali xavier menggeser mejanya. Yang awal menghadap jendela, kini ia membelakangi jendela.
"Letakkan di atas meja ini." maid itu berjalan mendekat, saat ia menundukkan kepalanya, rambut berwarna peraknya memantulkan cahaya bulan, kulit putihnya bak salju abadi di utara. Bola mata biru seperti lautan lepas di clover barat. Ia adalah wanita yang sangat menawan, sampai-sampai xavier terbelalak dengan kecantikannya
"ada yang bisa saya bantu lagi tuan?" tanya nya dengan wajah memandikan cahaya bulan yang masuk dari jendela kamar.
Rasa lapar xavier seketika hilang saat melihat gadis itu. tapi, sangat di sayangkan degan wajah yang sangat rupawan, ia menunjukan wajah tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat datar dan dingin.
"A-Apa kau punya nama?" tanya xavier yang dari tadi melihat wajahnya
"Ya... nama saya Olivia." Xavier berdiri dan membawa sebuah kursi dan ia meletakkannya di dekat maid tersebut
"Duduk..." xavier kembali duduk di meja kerja, yang kini menjadi meja makan
"saya sedang bekerja." Jawabnya lagi
"Aku memberi printah, kau untuk duduk dan temani aku makan." Maid itu akhirnya duduk dan xavier memakan semua makanannya.
"Jujur saja, saat kau berdiri di pojok pintu tadi. Aku tidak menyadari, kalau kau begitu cantik, indah dan menawan." Karena kulitnya yang putih, xavier bisa melihat wajahnya cukup memerah saat ia berkata seperti itu.
"Bisa kau beri tau, kenapa gadis seperti mu. bisa menjadi seorang maid?" tanya xavier
Lalu Olivia bercerita, awal mula ia bisa menjadi maid di kerjaan MidLand.