Di dalam kereta xavier duduk bersama victor dan di depan mereka ada olivia, tina dan yumna. Di dalam sana pun mereka tidak ngobrol satu sama lain.
"S-sepertinya kalian bertiga cukup dekat ya." Ucap victor untuk memencah suasana hening ini
"kami bertiga adalah sahabat semasih di desa." Ucap olivia
"lalu kami masuk ke hutan dan sampai di kerajan midland." Lanjut tina
"Di sana nyonya fanny mengrekrut kami sembagai maid dan kami hidup di sana." lanjut yumna
"Ngomong-ngomong kenapa tuan xavier tau nama kalian berdua?" tanya victor
"karena saat aku di layani oleh olivia kemarin malam, ia terihat sangat sedih. Dari matanya terlihat ia sangat depresi. Lalu ia mulai bercerita tentang dua sahabatnya. Saat aku ingin keluar, aku langsung kepikiran tentang dirinya dan para sahabatnya." Jawab xavier
"Oh ya, Perkenalkan. Aku victor. Tangan kanan tuan xavier." Ucap victor
"saya olivia. Staf pengganti nyonya fanny." Ucap fanny
"Saya tina. Kepala perpustakaan kerajaan midland." Ucap tina
"saya Yumna. Kepala intel kerajaan." Ucap yumna
"berarti kalian orang-orang penting di kerajaan midland?" tanya xavier
"kurang lebih tuan." Ucap Tina
"pantas saja nenek fanny sangat marah saat kalian aku minta dari iscax." Ucap xavier
Sesampainya di wilayah clover timur xavier pun berkata.
"Gix sesampainya di kota, kita berhenti. Para maid ingin berbelanja." Para maid pun saling menatap satu sama lain
"ada apa? uangnya kurang?" tanya xavier saat mereka terlihat binggung
"T-Tidak tuan. Hanya... " ucap olivia yang menggantung
"Hanya apa?" tanya balik xavier
"Tidak... saya merasa senang." Seyum olivia membuat hati yang kelam xavier sedikit cerah
Kereta kuda berhenti, para maid pun turun bersama xavier dan victor. Di belakang hanz dan paksukannya juga turun
"ada apa tuan. Kok berhenti?" tanya hanz
"para maid ingin belanja. Aku mau kau kawal mereka. dan paksukanmu suruh kembali ke markas." Ucap xavier yang berjalan meningalkan mereka
"Tuan mau kemana?" tanya heran hanz
"aku akan ke istana. Bersama victor." Xavier berjalan menjauh dari mereka
"baiklah nona-nona sekalian. Saya hanz, kapten paksukan tuan xavier. Saya di tugaskan oleh tuan xavier untuk mengawal nona-nona sekalian." Para maid itu pun hanya tertawa kecil melihat hanz yang berdiri gagah di hadapan mereka
Xavier berjalan menelusuri jalanan clover timur, dan tidak jarang para pejalan kaki menundukkan kepalanya sebagai menunjukan tanda hormat mereka kepada kepala desa yang membuat mereka hidup makmur.
Di sisi lain;
Para maid berkeliling clover timur dan tidak jarang mata para pria tertuju kepada mereka. dan tidak ada seorangpun yang berani mendekati atau mengajak mereka ngobrol. Sebab hanz yang selalu jalan di belakang mereka.
"Vic, kau lapar?" tanya xavier yang berjalan di depannya
"Hm... kalau tuan juga lapar, mari kita ke restoran buat makan." Lalu mereka berbelok dan masuk ke salah satu bar di clover timur.
*krek....* pintunya di buka oleh xavier, di dalam banyak wajah-wajah penjahat. Tanpa ambil pusing, xavier dan victor duduk di salah satu meja. Lalu pelayan wanita datang ke meja mereka
"T-T-Tuan xavier... anda ingin pesan apa?" suara wanita itu cukup ketakutan, sebab di hadapannya adalah orang nomor satu dan nomor dua di clover timur.
"hm... ada rekomendasi dari kalian?" salah satu pelanggan menjawab
"daging bakar BBQ" lalu ada yang menjawab "Sosis bakar dengan sause" lalu ada juga yang berteriak "ayam goreng dengan beer." Semua pengunjung melihat pria yang berteriak terakhir.
"Baiklah, aku pesan itu semua. Aku yang traktir." Semua orang di bar itu bersorak gembira
Pemusik di bar tersebut mulai memainkan musiknya dan para pria yang di bar tersebut mulai berpesta. Ada yang berlomba meminum wine dari barel langsung, dan ada juga yang berjoget mendengarkan musik di bar tersebut.
Xavier dan victor hanya makan secara normal sembari melihat tingkah laku mereka semua. Bagi xavier, tingkah mereka sudah cukup menghibur dirinya. Sebab, banyak rakyat di kerjaa atau di desa lain tidak bisa seperti mereka. hidup berkecukupan, dan bisa bersenang-senang sepanjang hari.
"aku sudah selesai. Aku letakkan uangnya di meja." Di sana ada tiga keping koin emas, padahal makanan yang ia pesan hanya berharga lima koin besi
"Olivia, apa kau yakin dengan membelanjakan uang ini?" tanya Yumna di sebuah toko baju wanita
"Ya... Tuan xavier tidak seperti yang kalian dengar dan kalian fikirkan." Ucap Olivia yang sedang memilih baju yang ia suka.
"Hm... Olivia, apa tidak masalah kita membiarkan tuan Hanz untuk menunggu di luar?" tanya Tina
"katanya ia cukup malu melihat para gadis memilih pakaian dalamnya." Terlihat olivia sedang bercermin memakai pakaian dalam yang ia pilih.
Hanz yang dari tadi berdiri di luar hanya bisa menunggu. Lalu saat pedagang sosis keliing lewat, ia memberhentikannya. Sebab dari pagi sampai sore ia belum makan sama sekali.
"Tuan hanz. Kami sudah selesai, mari kita kembali." Ucap Olivia saat hanz sedang memakan sosis yang ke 23
"Ini uangnya. Ambil kembaliannya." Hanz melemparkan beberapa koin besi dan itu tidak cukup untuk membayar semua sosis yang ia makan
"Hey! Ini saja kurang... Mau bilang ambil kembaliannya." Hanz dan para maid sudah pergi meningalkan pedagang sosis yang merugi
"Tuan xavier, para maid sudah kembali." Ucap hanz yang berlutut di singasana xavier
"Ya... terima kasih sudah menemani mereka, Hanz." Jawab xavier
"Hm... tuan, katanya para maid ingin menunjukan baju yang baru saja mereka beli. Apa boleh mereka masuk?" tanya hanz yang sedikit ragu-ragu tersebut
"Hm!? Ya... aku izinkan mereka masuk." Fokus xavier berpindah, dari dokumen yang di bawa oleh victor. Kini ke arah para maid yang baru saja membeli baju-baju yang mereka inginkan.
Di awali dari Yumna.
Ia memakai gaun yang memiliki warna putih dan di imbangi dengan warna ungu. Serta pernak pernik yang membuat baju itu terlihat indah saat di pakai. Dan yumna tidak memakai stoking seperti biasanya di pakai para maid.
Rasanya ia ingin menunjukan kaki panjang nan indah nya kepada xavier.
Warna kulit yumna yang sedikit gelap terlihat mengkilap, mungkin ia mengoleskan sesuatu sebelum ke hadapan xavier.
Xavier hanya bisa diam sembari menelan ludahnya saat melihat maid itu berpekaian seksy di hadapannya
"....itu... itu cukup bagus saat kau pakai..." rasanya ada yang menganjal di bibir xavier, tapi ia enggan mengeluarkan semua kata-kata yang ada di benaknya.
Selanjutnya tina.
Ia memakai gaun berwarna biru yang sangat indah, warna biru yang tidak terlalu terang itu sangat cocok di kulit putih tina. Telihat gaunitu sangat elegan saat ia pakai. Rambut coklatnya ia biarkan terurai terkena angin.
"entah kenapa, semua rasa gelisah ku sudah hilang saat melihat kau berdiri di hadapanku." Ucap xavier, dan tina meyembuyikan seyumannya. Hati dan fikiran xaveir sudah tenang tanpa beban yang selama ini ia emban.
Tanpa pemberitahuan Olivia masuk dengan wajauh sedikit memerah. Xavier langsung turun dari ingasana nya untuk mendatangi oliva yang memakai gaun hitam dan memiliki banyak renda-renda di gaun tersebut.
Bibir berwarna merah merona, sama seperti wana matanya.
Rabut berwarna silver serasih dengan warna kulit putihnya, rasanya xavier sudah jauth cinta dengan olivia.
Ia berjalan mendekat dan berbisik. "kau sangat cantik..." tubuh olivia di sentuh oleh xaveir, dan ia merasakan kulit lembut sutra. "bahkan kain sutra akan iri dengan kecantikan kulitmu." Xavier kembali berbisik
"HM..... Tuan xavier, ada dokumen yang harus anda kerjakan. Seprtinya anda harus mendahulukan ini, sebelum mereka." ucap victor
"Baiklah tuan, para maid akan saya antar ke kamar mereka." ucap hanz dan mereka semua pergi dari hadapan xaveir.
Dengan kesal xaveir berjalan kembali ke singasana nya dan memarahi victor karena sudah menghancurkan kesenangannya bersama para maidnya