Chereads / Re-Born: Who Want To Be King? / Chapter 3 - Perjuangan tiga gadis

Chapter 3 - Perjuangan tiga gadis

"sekitar lima tahun yang lalu, saya (Olivia) tinggal di desa miskin. Karena bangsawan yang terus menerus membuat penduduk di sana kerja paksa, aku dan dua orang sahabatku di suruh untuk melarikan diri. Sebab orang tuaku takut aku akan di jadikan budak sexs oleh bangsawan tersebut. singkat cerita aku dan dua orang sahabatku ini sampai di kerjaan MidLand, setelah melewati hutan belantara yang cukup luas.

Kami bertiga tinggal di gorong-gorong kerajaan MidLand. Aku bekerja di toko kue, Tina bekerja di bar dan Yumna bekerja di pandai besi. Kami tidak di bayar, asalkan kami mendapatkan makanan dan pakaian yang layak.

Waktu terus berjalan, kehidupan kami bertiga semakin baik. lalu kepala Maid datang dan melatih kami menjadi maid di istana. Setelah kami sampai, aku dan para sahabatku tidak pernah bertemu. Tapi, saat aku bertanya kepada master Maid, ia menjawab 'ya... sahabatmu bekerja di istana ini. dan ia bekerja lebih baik darimu.' Begitu jawabannya saat aku bertanya tentang sahabatku."

Makana di piring xavier sudah bersih. Ia mendengar sebuah kisah tentang tiga gadis yang berjuang untuk kehidupan mereka, dan kini mereka sudah berjalan di jalan masing-masing.

"Tina dan Yumna. Baiklah, akan aku ingat nama itu. tolong kembalikan piring makan saya." Ucap xavier sembari meminum secangkir teh.

Olivia kembali dan melihat xavier kembali bekerja. Olivia kembali berdiri di dekat pintu yang tertutup cahaya bulan. "Olivia, apa kau masih ingat perintahku?" tanya xavier

"Mohon maaf tuan, Hamba lupa. Apa yang tuan perintahkan?" tanya Olivia yang menundukkan kepalanya menghadap xaveir

"Bukannya aku menyuruhmu untuk duduk di hadapanku?" Olivia berjalan mendekati dan ia duduk di hadapan xavier yang masih sibuk bekerja di tengah malam.

"Hm.... apa bekerja di sini berat?" tanya xavier

"Tidak, saya cukup bahagia. Sebab bisa melayani orang penting seperti tuan xavier dan raja Iscax." Xavier memiringkan badannya tampa menggeser berkas di tangannya "Hmm....." xavier menatap olivia

Olivia pun tertunduk malu "Tidak perlu kau mensembuyikannya. Sebab dari mata dan wajahmu aku tau. Kau sangat sering bersedih hati. Jadi jangan sok kuat di hadapanku lagi." olivia pun hanya bisa diam saat tuannya berkata seperti itu.

Malam semakin larut, olivia sudah menggosok kedua matanya. "Jika kau mengantuk, silahkan tidur di ranjang itu." ucap xavier tanpa melihat olivia

"Jika saya tidur di sana, tuan?" tanya olivia dengan nada bicara yang malu-malu "jangan khawatirkan aku. Aku bisa dua hari tanpa tidur, jadi tidurlah." Olivia berdiri dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Dan benar saja, xavier tidak tidur semalaman. Dan dia masih duduk di posisi dia. 'lapar banget....' saat xavier melihat olivia, ia masih tertidur pulas. 'dah, aku ambil sendiri saja lah.' Saat xavier membuka pintunya sedikit suara nenek tua itu terdengar "selamat pagi tuan xavier." Seketika xavier kembali menutup pintunya. Sebab ia tidak mau olivia terkena masalah karena dirinya. "Ya... pagi." Jawab singkat xavier

"Apa Olivia masih di kamar anda?" tanya nya

"Ya... dia sedang mambantu saya membuat beberapa dokumen. Ada apa?" tanya balik xavier

"seharusnya ia kembali ke kamarnya setelah mengantar nampan." Ucap nenek tua itu

"dia membantuku mengurus semua dokumen yang aku bawa." Xavier membua pintu itu seukuran tubuhnya dan keluar melaluinya

"Aku akan ke toilet, jika kau masuk. Jika kau membuka pintu ini dan menghamburkan semua dokumen yang sudah aku susun semalaman. Aku pastikan kau akan tewas." Xavier pergi setelah mengancamnya

Awalnya xavier menuju toilet dan membasuh wajahnya yang terlihat kusam. Lalu ia ke dapur untuk sarapan pagi.

Saat ia sedang menikmati makanan yang sudah di sedikan para maid, seorang maid melihat xavier memakan makanan itu dan ia berkata "Tuan... apa yang anda lakukan di sini? Sarapan siap sejam lagi." dengan mulut yang penuh xavier berkata "Aku tidak bisa menunggu selama itu. apa lagi menunggu para badut itu bangun. Aku sudah kelaparan." Xavier memakan roti lapis itu dan duduk di lantai

"tuan... itu tidaklah sopan untuk seorang bangsawan. Duduk di lantai." Ucap maid itu

"Jika hanya kau yang melihatnya, maka aku rasa tidak ada masalah." Xavier kembali memakan roti lapis nya, dan maid itu terseyum menatap xavier "Tuan mau tambah?" ucapnya xavier menjulurkan piring yang ia pegang.

Saat ia kembali ke kamar, nenek tua itu masih di depan pintu.

"Aku sangat berterima kasih jika pintu ini tidak kau buka." Xavier masuk dengan cara ia keluar. Saat di dalam, olivia terlihat takut dan bingung. Ia yakin akan di hukum oleh nenek itu jika keluar seperi maid bisa.

Lalu xavier menyuruhnya untuk mengantar semua dokumen ini ke kereta Gix.

"Kerja bagus.. kau kerjakan semuanya. Sepertinya aku harus berterima kasih kepada kepala maid itu dan kepada iscax." Ucap xavier sebelum olivia keluar.

"Keluar sana..." bisik xavier

Olivia keluar membawa ratusan berkas yang sudah di kerjakan oleh xavier

"Nah... silahkan masuk. Semua dokumen ku sudah selesai. Apa yang ingin kau lihat di dalam sini?" kepala maid itu melihat tempat tidur. Dan ia tidak menemukan bercak darah di sana.

"Tidak ada yang aneh. Saya pamit." Nenek itu pergi menyusul Olivia.

Tidak lama setelah mereka pergi, Hanz melihat xavier sedang memijat dahinya.

"Tuan. Anda baik-baik saja?" tanya nya

"ya. Ada apa Hanz?"

"semua orang sudah berkumpul di aula utama. " ucap hanz

"Ya. Mari kita ke sana."

Lalu mereka bergerak menuju aula tersebut.

Di sana sudah terkumpul semua kepala desa clover, tangan kanan kepala desa dan para pengawalnya.

"Baiklah. Mari kita mulai pengadilannya."