Chereads / AKU TERGODA (21+) / Chapter 55 - Gosip

Chapter 55 - Gosip

"Kalian udah denger belum soal istrinya pak Hendar dari Tim Perencanaan?" ucap Lia yang baru saja selesai menyesap jus alpukatnya.

Saat ini Indah dan tiga rekan perempuan satu tim nya sedang sarapan di salah satu kafe yang berada satu gedung dengan kantor mereka.

"kenapa? ada gosip apaan lagi tentang pak Hendar?" timbrung Mega antusias mendengar ucapan Lia sampai menunda suapan camilannya.

"payah banget deh kalian, masa belum dengar sama sekali? kirain beritanya udah tersebar luas dikantor" balas Lia.

"aku kan bukan tukang gosip seperti kamu" ucap Mega sedikit kesal.

"udahlah Li, jangan ngomongin orang kalau cuma gosip dan bukan fakta, kasihan orang yang digosipin tauk" bela Silvi yang tidak terlalu perduli dengan gosip tentang salah satu atasannya.

"iih... ini bukan gosip, tapi ini seratus persen fakta, Vi" sambung Lia yang tak berniat untuk menghentikan topik pembicaraannya.

"yaudah, jadi ada berita terbaru apa lagi tentang pak Hendar itu?" tanya Mega yang semakin penasaran.

"kalian ingat kan tentang perselingkuhan pak Hendar yang dulu itu!" ucap Lia memulai topik gosip.

"he-em iya, terus?" angguk Mega yang mulai serius mendengarkan cerita yang sudah dimulai Lia.

"selingkuhannya itu udah hamil, dan istrinya nyamperin kerumah tempat tinggal selingkuhannya pak Hendar, terus istrinya pak Hendar dorong selingkuhan suaminya sampai masuk kerumah sakit" jelas Lia.

"kok bisa sampai masuk rumah sakit?" tanya Mega yang semakin antusias.

"iya, soalnya selingkuhannya pak Hendar jatuh dari tangga pas didorong istrinya, jadi perempuan itu keguguran deh, dan perempuan itu ngelaporin istrinya pak Hendar ke polisi tentang kasus penganiayaan" lanjut Lia.

"serius?!.. jadi istrinya pak Hendar dipenjara dong!?" ucap Mega dengan mata yang membesar saking syoknya mendengar kelanjutan dari cerita Lia.

"Harusnya, tapi pada akhirnya malah berdamai, dengan syarat istrinya pak Hendar mau menyetujui pernikahan pak Hendar dan perempuan itu" lanjut Lia lagi.

"apa?! perdamaian macam apa itu, wah pak Hendar sama perempuan itu luar biasa liciknya, bisa-bisanya mencari kesempatan dalam kesempitan begitu" ucap Mega dengan wajah sinis yang merasa simpatik dengan ketidak adilan yang dialami istri dari atasan yang sedang digosipkannya.

"kasihan kan istrinya pak Hendar?! apa bedanya hidupnya sekarang, walaupun enggak masuk kedalam penjara" ucap Lia mengiba dengan wajah berubah melas.

"udah... udah... kalian ini hobi banget gosipin orang, jangan buka aib orang, kasihan tauk" ucap Silvi berharap rekan setimnya menghentikan ceritanya.

Lia menarik nafas dalam. "semakin sering mendengar tentang kasus perselingkuhan, jadi bikin aku takut untuk menikah, apa semua lelaki seperti itu, yah?" ucap Lia melas dengan bibir yang ditekuk putus asa.

"ya enggak lah Li, enggak semua lelaki begitu, buktinya pak Leo setia baget sama istrinya, nih Lihat juga Indah, walaupun suaminya jarang pulang tapi tetap setia kan, jadi... enggak semua lelaki begitu" Silvi berusaha mencairkan suasana yang sempat menegang, dan berusaha menenangkan mood rekannya.

"iya yah, kira-kira masih ada lagi enggak cowok model pak Leo sama suami kamu Ndah?!" ucap Lia sambil menatap Indah dengan wajah yang masih melas meratap.

Sontak Indah menjadi kikuk mendapat pertanyaan konyol rekan satu timnya yang tak tahu menahu tentang keadaan yang sebenarnya.

"kok kamu enggak jawab Ndah, pasti udah jarang kan?! ibarat, bagaikan mencari jarum didalam tumpukkan jerami" lanjut Lia dan menyesap kembali jusnya setelah membuang nafasnya kasar.

Silvi dan Mega hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Lia yang terlihat melas dihadapan mereka.

"Ndah, aku perhatiin kamu lagi gemukan deh" ucap Mega yang duduk tepat dikursi depan Indah.

"ah... masa?" jawab Indah kikuk.

"iya Ndah, kamu kelihatan lebih berisi" ucap Silvi yang duduk tepat dikursi sebelah Indah.

"jangan bilang kalau Putri mau punya adik?" timbrung Lia dengan polosnya.

"kamu hamil Ndah?" tanya Silvi menoleh kearah Indah.

Indah gugup, keringat dingin membasahi keningnya, meskipun saat ini bukan hal yang aneh jika ia menjawab keingin tahuan para rekan satu timnya jika benar ada nya dia sedang hamil, tetap saja karena kenyataan yang tak seperti bayangan para rekannya, Indah menjadi kikuk sendiri dengan jawabannya.

Tak mungkin Indah menyangkal kenyataan, toh perutnya akan segera membesar dan lambat laun kehamilannya akan terlihat.

"i-iya" jawab Indah singkat berharap tak ada pertanyaan lain dari para rekan satu timnya.

"wah! berarti bener ya kata para ibu-ibu, kalau jarang ketemu, pasti bakal lebih hot diranjang, dan makin topcer bikin anaknya, selamat ya Ndah" ucap Lia dengan polosnya dan tersenyum ceria mendengar jawaban Indah.

"Putri pasti seneng banget bakal punya temen main dirumah, selamat ya bumil" sambung Mega yang tak kalah ikut senang seperti Lia.

"selamat ya Ndah, semoga sehat terus sampai persalinan" ucap Silvi sambil mengelus lembut pundak Indah, karena posisinya yang paling dekat dengan Indah.

"i-iya, makasih" jawab indah masih kikuk, sambil memasang senyum kaku di bibir ranumnya.

***

"kak, aku mau ambil cuti satu minggu" ucap Alex yang kini duduk dikursi sebelah Angel yang tengah sibuk dengan pekerjaan dikomputernya.

"cuti?! kerja baru seumur jagung udah ribut minta cuti, kerja yang bener, kamu itu tugasnya backup Lita ditoko" ketus Angel setelah mendengar permintaan adiknya yang super tak tahu malu menurutnya.

"diih, aku ini kan spesial, peraturan cuti cuma formalitas doang buat aku, kakak aja sering ambil cuti lama kalau liburan bareng si Robby" bela Alex tak mau kalah.

"dasar anak ini, kakak udah lama kerja disini, dan itu hak cuti kakak, lagian kamu ngapain masih disini, sana pergi jaga toko!" omel Angel yang mulai terprovokasi adik bengalnya.

"mulai besok aku udah mulai cuti yah?" sambung Alex lagi penuh harap.

"pergi atau mau dapat bogem mentah disini" kesal angel sambil mengepalkan tangannya didepan Alex.

"dasar kakak bar-bar" Alex langsung berdiri dan mulai melenggang menjauh dari kakaknya yang sudah dipenuhi emosi, ia lebih baik pergi dari pada harus kena malu kena pukul kakaknya didepan karyawan lain.

"padahal kemarin-kemarin getol banget minta jaga toko di Jak-Pus" gerutu Angel kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi.

***

"kak Lita! bangun! udah siang!" ucap Adisri sambil mengguncangkan tubuh Lita yang masih pulas tertidur diranjang.

Lita Mulai menggerakkan tangannya dan meregangkan tubuhnya sambil berusaha membuka mata yang masih terasa sepat.

Cahaya matahari mulai masuk kedalam ruangan setelah Adisri menyibak gorden berwarna coklat tua disamping ranjang tidur dikamar itu.

"udah jam berapa sih Dis?" tanya Lita yang segera menutup matanya karena terkena pantulan cahaya yang tiba-tiba menyengat mata kantuknya.

"udah jam sembilan, matahari udah tinggi tuh diluar" jawab Adisri sambil berjalan dan duduk disamping Lita yang masih malas untuk bangun.

"ayok kita sarapan kak, aku udah laper nih nungguin kakak dari tadi" sambung Adisri melas sambil mengelus perutnya yang mulai keroncongan.

"kenapa kamu enggak makan duluan sih?" tanya Lita sambil bergerak memposisikan tubuhnya duduk dan bersandar dikasur.

Adisri menarik nafas dalam. "mamah pesen ke aku untuk sarapan bareng kakak, dan ngelarang aku untuk bangunin kakak, tapi... setelah aku menunggu rasanya semakin lama, perut aku udah enggak bisa diajak kompromi lagi nih, jadi please, ayok! kakak bangun dan sarapan!" cerocos Adisri kemudian menarik tangan Lita berharap turun dari kasur, setelah menyelesaikan kalimatnya.

"iya... iya... tunggu, kakak mandi dulu" ucap Lita mengikuti kemaunan adik sepupunya dan turun dari kasur, kemudian masuk kedalam kamar mandi.

"jangan lama-lama mandinya, lima menit aja yah" teriak Adisri.

"bawel!" balas Lita yang sudah berada didalam kamar mandi.

Akibat semalaman mendengar curhatan adik sepupunya tentang kehidupan kampusnya, Lita harus memejamkan mata hampir jam dua dini hari, alhasil ia begitu tenggelam dalam mimpinya sampai siang.

"kak aku harus lewatin kelas pagiku cuma untuk nungguin kakak bangun, jadi please jangan lama-lama mandinya" teriak Adisri lagi di ambang pintu tertutup itu.

***

"kenapa kamu enggak berangkat aja kekampus?, kenapa juga harus nungguin kakak?" tanya Lita sambil memotong roti bakar yang sudah disediakan Shella sejak pagi tadi.

"yakin kakak berani sendirian disini kalau aku enggak ada?" sindir Adisri dengan nada nyolot, karena satu keluarga itu paling tahu siapa Lita.

Lita tersenyum malu-malu. "makasih ya cantik, udah sabar nungguin aku, lagian kenapa kamu enggak bangunin kakak aja, kalau kamu bangunin pasti kakak langsung bangun".

"mamah larang aku buat bangunin kakak, takutnya kakak masih kecapean karena kemarin bantuin ngelayanin di kafe, kan kakak anak kesayangan mamah" sarkas Adisri yang selalu merasa iri dengan perlakuan ibunya yang berbeda padanya dan kakak sepupu satu-satunya itu. "padahal kalau anaknya bangun kesiangan, ngomelnya sampe kedengeran ke pulau seberang" gerutu Adisri.

Lita hanya tersenyum simpul mendengar ocehan adik sepupunya yang super bawel dihadapannya.