(5 jam yang lalu)
Mata Lita memandang sendu wajah pria yang semalan tadi ia harapkan, namun sekali lagi hatinya sedih, ia tak ingin berada dalam situasi seperti ini, ia hanya ingin mencintai dan dicintai seutuhnya, bukankah ini terlalu munafik, ketika dihatinya masih ada cinta untuk suaminya dan dihati pria itu masih ada cinta untuk cinta pertamanya.
Alex semakin mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah Lita, dan semakin mendekatkan bibirnya dengan bibir pink milik wanita dihadapannya kemudian mencumbu bibir pink itu dengan lembut.
Lita memejamkan matanya, ia tahu betul apa yang ingin dilakukan pria tampan dihadapannya, sampai akhirnya bibir lembut itu menyentuh bibirnya, saat ini ia tak ingin menolak karena ia juga ingin melepas penatnya ia berharap sentuhan ini sedikit mengobati luka hatinya.
Dua bibir yang beberapa detik tadi terlihat kikuk akhirnya saling balas mencumbu, saling berpagut dan melumat satu sama lain seolah cumbuan itu benar-benar obat luka dua insan yang kini semakin erat saling memeluk.
Sambil terus mencumbu bibir Lita, Alex perlahan menuntun Lita melangkah mendekat ke tangga kecil dekat rak, Alex duduk ditangga itu untuk menyamakan tinggi badannya dengan Lita yang tetap berdiri sambil mengunci Lita dalam pelukannya.
Cumbuan itu tak lepas sama sekali desah nafas yang berpacu saling mencari udara membuat hasrat mereka semakin memanas. Bibir Alex lugas menginvasi bibir sang wanita pujaannya.
Perlahan bibir Alex melepas pagutannya, menjelajah ketelinga sang wanita yang ia tahu betul itu titik sensitifnya, dilumatnya telinga itu kemudian bibir Alex turun mencumbu leher jenjang Lita. Lita berusaha menahan gejolak desahnya ia menggigit bibir bawahnya saat area sensitifnya di jamah Alex.
Tangan Alex mulai menjalar masuk kedalam celah blazer dan membuka resleting dress Lita perlahan, kini Lidah Alex mulai menjelajah menuju tulang selangka Lita dan meninggalkan kissmark disana.
"no... stop!" ucap Lita dengan nafas tersenggal mendorong tubuh Alex menghentikan gerak bibirnya yang hampir membuat kissmark itu semakin merah.
Alex sedikit terkejut dengan penolakan Lita, namun ia sadar kalau itu memang kesalahannya, hasratnya sudah memuncak ia tak bisa mengontrol gerak tubuhnya sendiri.
"maaf" suara Alex pelan merasa bersalah.
Lita tersenyum simpul "hanya cium aku, tidak lebih" ucap Lita tersipu dengan wajah yang mulai merona karena sudah terbuai dalam hasratnya juga.
Tanpa izin lagi Alex kembali melumat bibir yang baru saja tersenyum lembut memperingatinya, tak bisa dipungkiri miliknya yang lain tentu saja sudah mengeras sejadinya, namun harus ia tahan hasrat meminta lebih dari ini pada sang wanita pujaan.
***
"woi Lex! ditanya malah bengong!" pekik Ronald membuyarkan lamunan Alex yang sibuk mengingat moment panas beberapa jam lalu.
"bener ya yang namanya Lita istri orang?" sambung Ronald dengan tebakan yang sepenuhnya benar.
Alex menarik nafas dalam "hem... kenapa emang kalau istri orang?!" balas Alex sambil menyandarkan tubuhnya dan menengguk birnya.
"waah... lu move on dari nyokap tiri, eh... sekarang malah kecantol sama bini orang, kayak enggak ada perempuan single aja" ucap Ronald menekankan suaranya. "mending kayak gue sekalian sama single mom, biar kata ada buntutnya".
"gue juga maunya begitu, semoga suaminya cepet menceraikan dia" balas Alex.
"diih jahat lu, ngerusak rumah tangga orang" omel Ronald.
"bukan gue yang ngerusak, emang suaminya aja yang tega selingkuhin dia" terang Alex membela diri.
"apa?! hem.." Ronald mulai mencoba mencerna ucapan Alex, dan mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti keadaan yang dialami sahabatnya.
"tapi kok si Nina bisa tau Lita, emang mereka berdua ketemuan? Ronald masih penasaran alasan Nina menanyakan kabar Lita, bahkan sebagai sahabat dia sendiri belum tahu sosok Lita seperti apa.
"pas gue klimaks, gue panggil dia Lita" terang Alex.
"wah hahaha, pantesan si Nina mukanya rada kesel gitu pas nanyain kabar lu sama Lita, parah lu.. yang dicoblos siapa yang dipanggil siapa" Ronald menggeleng sambil mendecak usai kalimatnya.
"gue berharap lu bisa bangkit dari rasa sakit hati lu bro, tapi jangan lukain diri lu lagi sama perempuan milik orang lain gini, lu bikin gue khawatir aja" sambung Ronald dengan raut penuh iba kepada Alex, ia ingat ketika Alex sangat terluka karena cinta pertamanya.
"tenang... gue bukan anak kecil lagi" jawab Alex enteng.
***
Suara air shower mendominasi kamar mandi, saat ini Lita sedang mandi, karena itu rutinitasnya sebelum ia mulai tidur, ia akan membersihkan dirinya dulu.
Perlahan ia berjalan kearah cermin dan menatap bayang dirinya yang terpantul disana, ia melihat kearah tulang selangka tubuhnya, ia menatap lekat kearah titik merah muda bekas kissmark yang ditinggalkan Alex.
Kembali ia mengingat kejadian lima jam lalu bersama sosok yang kini tak bisa lepas dalam kepalanya, seolah ia terhipnotis pesona lelaki yang menciumnya tadi, kejadian panas yang tak ia tolak sedikitpun.
Mungkin jika ciuman itu bukan digudang, ia juga akan lepas kontrol bukan? hasratnya tak bisa berbohong jika ternyata dia dan suaminya tak berbeda jauh saat ini.
Lita menyelesaikan mandinya, dan langsung mengenakan pijama abu-abu, ia sengaja mengancing kerahnya sampai menutupi bekas kissmark yang masih berwarna merah muda di area tulang selangkanya.
Sambil berjalan gontai Lita mendekat kekasur, dan langsung merebahkan dirinya, masih sama seperti empat hari yang lalu, ia menenggelamkan tubuhnya masuk kedalam selimut.
Meskipun dilubuk hati terdalamnya Lita merindukan belai kasih sayang suaminya seperti dulu, hati kecilnya tak bisa berbohong prasangka dan bayangan bagaimana suaminya bercinta dengan perempuan lain seolah menghantuinya dan membuatnya semakin benci.
Leo menyelesaikan pekerjaan kantornya yang sempat ia tunda karena buru-buru menjemput Lita, ia ingat gerutuan Lita dimobil tadi jika dirinya selalu pergi saat tengah malam, ia merasa bersalah, karena Indah tiba-tiba minta dibawakan makanan setiap malam membuatnya tak bisa menolak keinginan ibu hamil dan calon buah hatinya, dan saking mengantuknya akhirnya ia tidur diapartemen.
Sejujurnya hari ini Leo juga merasa bersalah pada Indah saat menyuruhnya naik taksi tadi 'kalau kamu mau sesuatu malam ini, tunggu besok pagi aku bawakan, kasihan Lita dari kemarin ia sendirian dirumah padahal dia takut kalau sendiri, kamu ngertiin keadaan aku ya, jangan marah atau kesal, oke sayang!'
Leo menyibak selimut yang menutupi kepala istrinya, ia menatap wajah Lita yang mungkin sudah tenggelam dalam mimpi, ia sangat mencintai Lita, ia tak mau kehilangan kekasih hatinya, meskipun egois ia ingin Lita tetap menjadi istrinya.
Leo merebahkan tubuhnya tepat disamping Lita yang tidur memunggunginya, ia memeluk tubuh Lita erat, mencium tengkuk Lita setelah ia menggulung rambut terurai Lita, Leo merindukan pelukan dan ciuman istrinya.
Perlahan tangan Leo meremas buah dada Lita yang masih tertutup baju pijama, dan mencium telinga titik sensitif Lita.
Lita sadar apa yang yang sedang dilakukan sang suami, ia terus berpura-pura tidur berharap suaminya menghentikan aksinya, karena biasanya Leo akan menyerah sendiri jika Lita tidak merespon.
Tapi entah kenapa Leo tak kunjung berhenti, bibirnya terus mencium leher sang istri yang terus berpura-pura tidur, merangsang sang istri berharap bangun.
Tangan Leo hampir membuka kancing atas pijama Lita, tapi tangan Lita lebih sigap menahan tangan kekar yang sedari tadi menggerayanginya itu.
"kamu bangun?" ucap Leo menatap mata sang istri yang baru saja terbuka.
"aku ngantuk mau tidur" balas Lita dingin, ia hanya tak mau suaminya melihat bekas ciuman yang masih berwarna ditulang selangkanya.
"aku kangen kamu sayang" ucap Leo langsung melumat bibir yang baru saja dengan dingin menolak hasratnya.
Lita berusaha berontak namun kedua tangannya digenggam sang suami dan tubuh kekar Leo sudah sigap menindihnya. Lita tahu posisinya masih seorang istri dan hal ini adalah hak suami untuk memiliki seluruh tubuhnya.
Leo sadar bahwa istrinya tak membalas pagutannya. "kau tak mau menciumku?" tanya Leo sambil menatap wajah istrinya yang tampak kesal menatap kearahnya juga.
"aku bilang, aku mau tidur, kau bisa melampiaskan nafsumu besok untuk perempuan simpananmu" ketus Lita dingin.
Leo tersenyum miring "jangan salahkan orang lain, sebelum aku dengannya kau selalu seperti ini, bahkan saat aku sangat menginginkannya kau dengan dingin menolak, harusnya aku yang tanya padamu, apa kamu masih mencintaiku?" terang Leo menahan kesalnya, padahal ia tak berharap untuk bertengkar dengan Lita sekarang.
Lita diam, jantungnya seolah tertusuk jarum begitu sakit, apa mungkin semua ini terjadi karena kekurangan dan kesalahannya? padahal maksud hatinya menolak saat itu bukan karena ia tak mau, hanya saja ia harus mendengarkan saran dokter, bukan hanya Leo yang sangat menginginkan anak, ia juga sangat menginginkannya.
Bagaimana bisa pertanyaan yang pernah Lita tanyakan sebelumnya begitu menyakitkan terdengar ditelinganya sendiri, kalau ternyata kesalah fahaman itu bisa menjadikan pernikahannya berantakan begini.