Hanya karena satu tindakan yang disalah artikan oleh suaminya keluarga kecilnya menjadi berantakan, hatinya sakit mendengar alasan sang suami untuk menyalahkan dirinya.
Lita menatap kesal wajah suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya saat ini, tangannya masih terkunci dalam genggaman Leo yang masih menindih tubuhnya, sungguh dia hanya ingin berteriak minta pertolongan jika memang orang dihadapannya ini bukan suaminya.
Leo menarik nafas dalam "sungguh, aku tak mau bertengkar denganmu saat ini, aku memang berengsek, tapi aku tak mau menjadi lebih berengsek dengan melepas tanggung jawabku pada Indah dan dirimu, kau tahu?! aku juga frustasi ketika teman-teman kampus saat reuni dulu membicarakan aku dibelakang, mereka bilang kalau sebenarnya aku yang tidak bisa mempunyai keturunan, dan entah setan mana yang merasuki ku, aku malah tenggelam dalam perselingkuhan ini, apalagi ketika Indah bilang bersedia mengandung anakku, aku juga tak habis fikir jika apa yang kulakukan benar-benar membuat Indah hamil, mendengar anak dirahimnya adalah anakku seolah memberikan cahaya baru dalam hidupku dan mengurangi rasa putus asa yang selama ini sempat menghantuiku, aku minta maaf karena telah melukai hatimu, kau tahu... aku tidak mau kehilangan dirimu, aku sangat mencintaimu" ucap Leo meluapkan perasaan terpendamnya selama ini.
"maaf... maaf kan aku... aku sungguh minta maaf" sambung Leo menangis, sambil memeluk tubuh istrinya yang masih berada dibawah tubuhnya.
(Lita ingat ucapan dokter dua tahun lalu)
"bagaimana dok apa kandungan saya baik-baik saja? bagaimana dengan test kesuburan suami saya?" tanya Lita dengan raut wajah sedikit khawatir.
"kandungan kamu bagus, bahkan sel telur kamu bagus semua, dan hasil tes sperma suamimu juga bagus, tidak menunjukkan hal yang negatif, bahkan seharusnya kalian berdua mudah-mudah saja mendapat keturunan, tapi... semua itu takdir Sang Maha Kuasa kita hanya bisa berdo'a dan meminta, mungkin kehidupan sex kalian terlalu bergairah, kalian bisa menguranginya sedikit atau kalian bisa melakukan itu lebih perlahan, faktor kelelahan juga bisa berpengaruh sekalipun kandungan dan sel telur anda baik-baik saja, jangan lupa lebih perhatikan dalam mengkonsumsi makanan, jika ada tanda terlambat haid, anda bisa langsung datang kembali kesini, dan tolong jangan melakukan hubungan sex dulu dengan suami anda jika memang ada tanda telat haid" terang dokter.
***
Air mata Lita mengalir mendengar penjelasan suaminya, ia tahu bagaimana perasaan putus asa yang dirasakan Leo, tapi baginya sudah cukup mendengar penjelasan dokter kalau mereka bukan orang yang mandul.
Ternyata pemikiran Lita yang terlalu sederhana itu tak melulu tumbuh difikiran sang suami, apalagi keluarganya pasti juga mengharap kehadiran cucu dari anak lelaki semata wayangnya walaupun mereka tak terlihat memaksa pada Leo dan dirinya.
"mas... jika memang kau ingin memiliki perempuan lain harusnya kita bicarakan ini baik-baik, aku kecewa ketika kau membohongiku mentah-mentah seperti itu, terlebih lagi Indah adalah istri orang, aku benar-benar kecewa mengetahui faktanya, kau terkurung dalam nafsumu... aku sangat kesal padamu mas aku membencimu mas, apalagi perempuan itu bicara seolah dia lebih baik dariku dan berusaha menguasai dirimu, aku benci hal itu mas" tangis Lita meledak, ia tak sanggup membayangkan jika pada akhirnya ia yang akan dibuang.
Leo menghapus air mata yang meleleh dari mata sang istri. "kau tahu aku sangat mencintaimu, aku tak akan pernah meninggalkanmu sekalipun ada Indah dan anaknya, aku akan berusaha tetap memberikan perhatianku padamu" terang Leo sambil mencumbu lembut kening Lita.
Lita tak meng iya kan ucapan sang suami, sejujurnya hatinya terlalu sakit memaafkan sang suami tempat bersandar satu-satu nya yang ia miliki saat ini.
Lita berpaling ketika bibir Leo hampir mencumbunya lagi "aku ingin tidur, ku harap kau mengerti juga perasaan ku saat ini" ucap Lita dingin sambil mendorong pelan tubuh Leo.
Leo melemahkan pelukannya dan mengikuti apa yang diinginkan sang istri, wajahnya sendu sambil menatap wajah samping Lita.
****
(Satu Minggu kemudian)
Suasana toko terlihat padat customer yang berdatangan, karena saat ini hari pertama launching produck terbaru dengan tema baru, dari design sepatu, tas, dompet dan produck lainnya yang baru dirilis.
Tentu saja semua staff sibuk melayani para customer yang masuk kedalam, brand ternama tempat Lita bekerja selalu mengadakan launching produck limited edition setiap seasonnya, maka dari itu saat ini toko sedang dipadati oleh para customer VIP yang selalu menantikan product terbaru mereka.
"kak Lita, muka kakak pucat, kakak lagi enggak enak badan?" ucap Dian pada Lita yang berdiri disamping kasir dekat dengan pintu masuk back office, Dian baru saja keluar dari gudang sambil membawa dus sepatu yang diminta customer dan meletakkannya di kasir. Selama ia mondar-mandir kedalam ia selalu memperhatikan wajah sang atasan yang terlihat tidak seperti biasanya.
Lita tersenyum simpul "saya baik-baik aja Dian, malah kalian yang terlihat kelelahan" balas Lita.
"iya sih lelah banget, tapi aku seneng kalau toko ramai begini, apalagi kalau bonusnya cepet keluar, hehe" ucap Dian sambil tertawa pelan. "yaudah kak, aku lanjut service customer lagi ya" sambungnya meninggalkan Lita yang terus berdiri disamping kasir sambil memantau keadaan toko dan kasir.
Setelah melihat customer yang sedikit menyusut Lita kembali masuk kedalam back office dan seperti biasa ia harus mengirim laporan per dua jam sekali kepada para atasannya.
Hari ini Lita masuk shift siang, dan seharian ini ia juga ikut sibuk melayani customer yang tidak sempat di service staff lain, bukan karena kelelahan ikut melayani customer.
Lita ingat betul kejadian lima hari yang lalu ketika kedua mertuanya tiba-tiba datang dan menginap dirumah.
"nak, bagaimana pekerjaanmu?" ucap Lenny (ibu Leo) sambil meletakkan gelas kopi yang baru saja disesapnya.
"baik dan lancar Mah" jawab Lita yang baru saja selesai mengunyah roti isinya.
Saat itu hanya ada Lita dan ibu mertuanya dirumah, karena Leo dan ayah mertuanya sudah berangkat kerja.
"kamu tidak berniat untuk berhenti kerja?" ucap Lenny.
"Lita bingung mau ngapain dirumah kalau sampai enggak kerja lagi mah, iseng banget nanti dirumah sendirian" jawab Lita.
"kamu bisa main kerumah Mamah, nanti kita bisa habisin waktu seharian, yang penting kamu enggak kecapean kerja" sambung Lenny.
"Lita enggak kecapean kok mah, Lita malah senang punya banyak teman ditempat kerja, enggak bosan ketemu banyak orang" terang Lita.
Bukan pertama kalinya sang mertua memintanya untuk berhenti kerja, Lita tahu betul maksud ibu mertuanya, walaupun beliau tidak memaksanya untuk segera memberi cucu dengan ucapan langsung, tapi sindiran pekerjaannya adalah salah satu sinyal untuk Lita.
Raut wajah Lenny berubah sendu sambil menatap menantu perempuan yang duduk di seberang meja makan. "nak, Mamah sudah tahu semuanya" ucap Lenny, bukan tanpa alasan ia menginap dan datang kerumah anak dan menantunya.
"Leo yang minta Mamah untuk menemani kamu disini, kamu masih mau mempertahankan pekerjaan kamu dibanding mempertahankan suami kamu?" terang Lenny.
Lita terkejut dengan ucapan sang mertua, dan kecewa kenapa suaminya tidak berunding dahulu dengannya untuk memberi tahu kebenarannya pada sang mertua.
"disatu sisi Mamah sangat kecewa dengan perbuatan Leo, tapi disisi lain Mamah tidak bisa berbohong jika saat ini Mamah senang mendengar akan punya cucu, Mamah tidak mau menyinggung kamu, tapi Mamah tetap hanya mau kamu menantu satu-satunya mamah untuk memberikan cucu untuk kami, bukan perempuan itu, jadi Mamah harap kamu bisa lebih berusaha lagi nak, berhenti dari pekerjaan mu dan istirahat dirumah fokus untuk kehamilanmu" ucapan Lenny masih terngiang dalam benak Lita.
Ibu mertuanya dengan hati lembut masih mau bersabar untuknya, meskipun tahu kenyataannya.
Saat ini hati Lita bimbang, tekanan atas kehadiran Indah begitu membuatnya frustasi, ditambah kedua mertuanya sudah mengetahui semuanya, ucapan ibu Mertuanya yang seolah mengikatnya untuk tidak bercerai membuatnya semakin tertekan.