Chereads / BOUND BY PROMISE / Chapter 8 - RAIN MENGHILANG

Chapter 8 - RAIN MENGHILANG

Bel pulang pun berbunyi dengan Rain yang langsung berlari keluar kelas seorang diri setelah menyapa para teman-temannya itu. Ia langsung melangkahkan kakinya untuk mencari seseorang, akan tetapi yang dirinya temukan hanyalah teman-temannya.

Samuel dan Denis, kedua laki-laki itu menatap canggung ke arah dirinya yang saat ini berdiri memandangnya.

"Hai," sapa Samuel dengan senyum canggungnya itu. "Lo belum balik, Rain?"

Rain yang mendengarnya pun langsung tersenyum sembari menggelengkan kepala. "Hai El, Nis. Belum, nih, lagi nunggu Rai tapi kok enggak kelihatan, ya?" ujarnya sembari celingak-celinguk mencari seseorang.

Mendengar itu membuat Samuel dan Denis merasa iba dan kini mereka saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya salah satu dari mereka pun menjawab pertanyaan dari gadis itu.

"Oh, jadi lo nunggu Rai, ya?" tanya Denis yang langsung diangguki oleh Rain. "Gue pikir Rai udah bilang sama lo, tapi ternyata enggak, ya?"

Perkataannya tersebut berhasil menarik perhatian Rain yang tidak mengerti dengan yang dimaksud oleh laki-laki itu kepadanya, sedangkan Samuel yang mengetahui itu langsung menyikut pinggang dari sahabatnya dengan cukup keras sehingga membuat Denis menoleh ke arahnya.

"Mulut lo filter dikit bisa gak, sih?!" bisik Samuel kepada Denis. "Kalau dia sakit hati, gimana? Emang lo mau kena amuk si Rai?!"

Dengan cepat Denis langsung menggelengkan kepala membuat Rain yang tersadar dengan keanehan yang terjadi kepada laki-laki tersebut pun bertanya.

"Sorry, maksud kalian itu Rai bilang apa, ya?" tanya Rain dengan kening yang berkerut. "Gue enggak ketemu sama sekali sama dia, soalnya."

"Tadi sih, Rai bilangnya mau pulang bareng sama cewek," ujar Denis sembari mengusap tengkuknya dengan senyum yang canggung. "Gue juga enggak tahu sama siapa."

"HAH?!" ujar Rain terkejut. Untuk pertama kalinya selama dirinya bersama dengan laki-laki itu, baru kali ini ia mendengar bahwa Rai bersama seorang gadis. Tetapi entah kenapa rasanya begitu menyebalkan sekarang.

Kemudian Rain mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi seseorang membuat Samuel dan Denis yang melihatnya pun langsung menghela nafas seketika, dikarenakan respon gadis itu yang ternyata tidak menunjukkan kekecewaannya sama sekali.

Gadis itu berjalan mondar-mandir dengan ponsel yang menempel pada telinganya. "Enggak di angkat," ujarnya yang kini menoleh menatap kedua sahabat dari Rai.

Samuel dan Denis langsung merasa bersalah kepada gadis yang berada di hadapannya saat ini.

"El, Nis, gue balik duluan deh, ya. Nanti kalau Rai nanyain, bilang aja gue lagi sama Vano, oke?"

"T-tapi, 'kan ..." ujar Samuel menggantung dikarenakan gadis itu yang sudah berlalu pergi begitu saja tanpa mendengarkan perkataannya terlebih dahulu. Sedangkan Denis yang melihatnya pun langsung mengusap pundak dari sahabatnya tersebut, "Sabar, El."

Samuel yang tersadar pun langsung menjauhkan dirinya dari tangan laki-laki itu. Ia saat ini benar-benar kesal kepada sahabatnya itu membuat dirinya berada dalam kesulitan sekarang.

"Sabar, sabar. Ini urusannya gimana si Rain, hah?! Kalau nanti mereka berantem gimana?!"

"Lha, emang mereka suka berantem?" tanya Denis dengan keterkejutannya itu. "Gue kirain mereka jarang berantem."

Pernyataan yang keluar dari mulut laki-laki itu membuat Samuel terperangah, kemudian menepuk keningnya sendiri sebelum akhirnya pergi meninggalkannya seorang diri.

"Eh, El, tungguin gue dong!" ujar Denis yang baru saja tersadar dari ketertinggalannya itu.

Di sisi lain saat ini Rain sedang berada di sebuah Halte yang jaraknya lumayan jauh dari Sekolah. Ia sengaja menunggu di sini, karena dirinya yang tidak ingin bertemu dengan Vano.

Rain menghela nafas ketika mengetahui bahwa langit mulai menggelap pertanda hujan akan turun. "Kalau gue pulang basah juga enggak apa-apa kali, ya? 'Kan Rai gak bakal tahu ini."

Sebuah senyuman pun terukir dengan jelas setelah tidak sengaja kembali teringat dengan perkataan dari Denis yang mengatakan bahwa Rai pulang bersama seorang gadis yang membuatnya menjadi merasa penasaran, siapa sosok perempuan itu.

"Kok gue jadi kepikiran Rai, ya? Padahal dia aja dulu enggak mungkin mikirin gue, 'kan?" ujarnya pada diri sendiri.

Karena terlalu sibuk memikirkan hal tersebut sehingga membuat Rain tidak menyadari bahwa hujan deras pun sudah turun. Gadis itu langsung berdecak karena sopir yang selalu mengantarnya itu belum juga datang untuk menjemput.

"Duh, hujannya mana makin deras lagi. Kalau tahu bakal kaya gini, sih, tadi gue balik bareng Vano aja."

Cuaca hujan yang begitu deras membuat seseorang tiba-tiba teringat kepada seorang gadis yang entah di mana keberadaannya sekarang. Hal itu membuatnya merasa tidak tenang, dan ia langsung menghubungi sahabatnya untuk menanyakan sesuatu yang penting bagi dirinya.

"Halo, El."

"Halo, kenapa Rai?"

"Tadi lo ketemu sama Rain, enggak?"

"Ketemu," jawab Samuel di seberang sana. "Kenapa? Lo belum ketemu sama dia?"

Rai yang mendengarnya pun langsung memijit pangkal hidungnya sesaat sebelum akhirnya menjawab.

"Gue belum ketemu, bahkan dia belum kasih kabar."

"Tenang, mungkin dia sekarang udah di Rumahnya. Coba lo telepon sama bokap atau nyokapnya, lo 'kan deket sama mereka."

Laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung mengangguk, meskipun ia tahu bahwa Samuel tidak akan bisa melihat dirinya.

"Oke, kalau gitu gue coba tanya dulu sama mereka."

"Sip, semoga dia baik-baik aja."

"Thank's, El."

"Sama-sama."

Panggilan pun dimatikan dengan Rai yang kini mencoba untuk menghubungi mama Rain, Mitha. Sebelum ada kabar yang jelas tentang gadis itu, ia tidak akan pernah berhenti mencari tahu tentang keberadaannya karena cuaca hari ini sedang hujan deras sehingga membuat dirinya merasa sangat khawatir kepada sahabatnya itu.

"Halo, Tante, ini Rai."

"Halo, ada apa Rai?"

"Tante, Rain nya ada di Rumah enggak?"

"Lho, Tante pikir Rain lagi sama kamu. Terus, kalau bukan sama kamu, dia ke mana ya?"

Mendengar hal itu membuat Rai menjadi merasa bersalah karena sudah membuat wanita itu merasa cemas karena putrinya sendiri.

"Ya udah, kalau gitu Rai cari dulu, ya, Tan."

"Iya, Rai. Tolong cari dia, ya. Soalnya Tante takut kenapa-napa sama dia."

"Tante tenang aja, aku pasti bakal cari Rain sampai ketemu kok."

Rai mencoba meyakinkan Mitha agar wanita itu tidak terlalu mencemaskannya. Sekarang seseorang yang harus ia tanyakan adalah Vano yang merupakan kekasih dari gadis itu sendiri. Dirinya pun dengan cepat mencoba menghubunginya.

Akan tetapi nomornya tidak aktif membuat Rai berdecak kesal. Apa mungkin Rain memang sedang bersama dengan laki-laki itu? Entahlah, hanya saja ia takut terjadi sesuatu kepada gadis itu yang merupakan sahabat dirinya sedari kecil.

"Kamu di mana sih, Rain?" gumam Rai yang kini sedang berada di dalam kamar menghadap jendela yang memperlihatkan bahwa di luar sana hujan begitu deras. "Harusnya aku enggak ninggalin kamu sendirian, tadi. Ini semua salah aku, maafin aku, Rain."

Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung tahu bahwa laki-laki itu saat ini sedang mengkhawatirkan seseorang. Entah bagaimana jadinya jika seandainya Rain benar-benar menghilang dari kehidupannya.

Mampukah Rai menjalani kesehariannya tanpa seorang gadis bernama Rain?