selamat membaca...
.
.
Mata Aletta terbuka lebar, netra gadis itu seketika melebar, ia benar benar tidak percaya dengan penglihatannya. Di hadapannya, lelaki yang selalu memperlakukan dirinya dengan tutur lembut dan tatapan hangat, kini jutru meneriakinya tepat di depan mukanya dan menatapnya dengan tatapan berang.
Namun di seper sekian detik berikutnya, mata Aletta langsung berkaca kaca mendengar permohonan tulus tak berdaya dari sang ayah, Aksa.
Apa yang telah Aku lakukan!_ batin Aletta berteriak frustasi kepada dirinya sendiri.
Aletta benar benar menyesal mengatakan pendapatnya, bukan mengatakan pendapat yang menjadi penyesalan, melainkan kalimat yang di kemukakannya terhadap ayahnya, mungkin saja sudah melukai Ayah nya, tau justru membuka luka lama yang berusaha di tutupinya.
" papi...." panggil Aletta bergetar, ia tak kalah takutnya dengan Aksa, hanya saja takut keduanya memiliki konteks yang berbeda.