Selamat membaca 📖
.
.
Setelah berjam jam mengudara, akhirnya mereka tiba di tanah Yogyakarta, ternyata pilihan mereka adalah kawasan kelas atas.
"kita sampai!"teriak Alisya heboh mengalahkan orang yang pindah.
"suka?" tanya Aksa menyentuh bahu Aletta yang berdiri mematung menatap rumah mewah bergaya minimalis dengan halaman cukup luas dan sedikit semak di halaman itu.
"sangat suka! Aletta bakal tanam bunga dan buat ayunan di bawah pohon mangga itu!" antusias Aletta memeluk lengan ayah nya.
"maaf membuat anda menunggu!" seorang pria berkepala plontos dan kacamata bertengger di hidung nya datang menyapa.
"saya manager perumahan ini, saya mendapat pemberitahuan bahwa akan ada yang pindah hari ini, dan ini kunci dan surat surat nya!" sang maneger mengansurkan surat beserta kunci pagar dan kunci rumah ke tangan Aksara.
"bapak tidak liat ktp saya dulu baru serahkan kunci?" tanya Aksa merasa janggal.
"tidak perlu pak, saya kenal bapak. Tidak mungkin seorang Aksara Dirgantara menipu hanya untuk sebuah rumah sederhana ini!" jawab sang manager sopan dan terlihat begitu rendah diri.
"sudah sudah, kalau begitu kami masuk dulu!" Alisya menengahi, merampas kunci pagar membuka nya seorang diri.
"sebenarnya siapa yang pindah sih?" tanya Aksara pada Aletta yang berjalan di sebelah nya. Namun hanya mendapat bahu yang terangkat sebagai jawaban ketidak tahuannya.
"aku bisa dengar!" teriak Alisya berhenti tepat di depan pintu rumah baru itu.
"buka pintu nya cepat!" perintah Alisya kesal sendiri melihat adik nya yang sangat lamban.
"kunci nya kan sama kk!" jawab Aksa dengan nada mengejek.
"diam!"
"untung ngak dekat amat sama tetangga!" kata Aletta mengelus dada nya lega melihat betapa bar-bar tante nya satu ini.
Begitu pintu di buka ekspetasi mereka mendadak buyar seketika saat melihat ruangan kosong melompong bahkan selembar tikar pun tak ada.
"kamu beli rumah senilai 1 milyar lebih cuma untuk beli rumah kosong gini?! Pantesan manager tadi bicara nya alus!" omel Alisya melempar koper ketengah tengah ruangan.
"seperti nya kita perlu hotel malam ini!" lirih Aksara menggaruk kepala nya yang tak gatal, mencoba memberi solusi.
"memang harus! cepat pesan yang terdekat aja!" Alisya sangat kesal dengan rumah kosong yang di beli adik nya.
"jangan di tiru ya papi kamu!" Alisya mengusap kepala keponakan nya sambil mengingatkan dengan sedikit sendirian tajam untuk sang adik.
"iya, tadi malam Letta mau nya survei rumah dulu eh tau tau papi ududah pencet beli...!" Aletta ikut memanas-manasi suasana yang sudah panas sejak awal.
" eh, bukan di belain!" sewot Aksara melipat tangan nya sebal.
"biarin wekk!"
***
Setelah istirahat full sejak kedatangan mereka, kini ketiga sudah ada di mall untuk memilih barang barang yang akan mereka jadikan untuk mengisi rumah baru mereka.
"Letta mau yang ukuran King!" leta menunjuk spring bed dengan ukuran jumbo.
Aksara hanya mengangguk kepala tanpa komentar, sang karyawan mencatat apa apa saja barang yang di pesan mulai dari ruangan tamu hingga kamar. Urusan dapur itu milik Alisya yang ada di katalog peralatan dapur dia memilih apa yang menurut nya menarik.
Setelah selesai memilih dan membayar mereka kembali ke rumah baru mereka, dan barang barang pesanan mereka tiba tepat pada pukul 3 sore.
Dan mereka selesai berkemas pada pukul 10 malam, itu pun di bantu staf katalog.
"tante lebih cocok jadi kuli bangunan dari pada dokter!" canda Aletta saat keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuh nya.
"hehe...seperti nya begitu!" tawa kedua nya pecah menggema, sesekali mereka bercanda di atas tempat tidur yang di balut spray berwarna Pink hingga keduanya terlelap karena lelah.
***
" tante pulang hari ini? Nggak tunggu berbeda hari lagi?" tanya letta saat melihat koper di dekat pintu rumah.
"iya sayang, tante cuma ambil cuti 3 hari, kasian pasien tante!" Alisya memasang wajah sedih nya tanda bahwa ia juga tak ingin meninggalkan Aletta.
"nanti tante sering kesini ya kalo gak sibuk!"
"gak usah drama, masuk taksi sana!" usir Aksara mendorong kakak nya masuk kedalam taksi.
"papi apa apanya sih!" sebel Aletta melipat tangan dan berlalu masuk kerumah begitu taksi yang di tumpangi tante nya meninggalkan pekarangan rumah.
"abisnya papi sebel, kamu kalo ada tante papi di cuekin!" Aska tak kalah merajuk, lalu duduk di sofa ruang tengah. Disana ada tv yang sedang menayangkan serial kartun.
"kok papi yang ngambek sih?" Aletta jengkel dengan tingkah ayah nya yang bukan nya membujuk nya malah ikut ikutan merajuk bahkan lebih parah.
"kok papi yang ngambek sama Letta, kan harus nya Letta!" kata Aletta duduk di sebelah Aksara yang duduk sambil melipat tangan mengacuhkan Aletta yang masih bersungut sungut.
"pi... Papi..." panggil Aletta membujuk sang ayah namun urung mendapat jawaban.
"yaudah!" Aletta bangkit dari duduk nya menuju dapur sambil menghentak hentakan kaki nya kesal. Ia hendak meyeduh kopi guna membujuk sang ayah.
Karena melamun Aletta tak sadar bahwa cangkir telah penuh.
"akhhh" pekik Aletta bersamaan dengan gelas jatuh di lantai, sial nya lagi, air yang ada di gelas malah mengenai kaki Aletta.
"Letta?!" sang ayah muncul dari balik pintu dapur dengan wajah cemas setelah mendengar teriakan kesakitan dan benda pecah.
"papi panas!" adu Aletta memperlihatkan tangan dan kaki nya yang memerah dan terlihat akan melepuh.
"ya tuhan...!" Aksara kehilangan akal saat melihat tangan dan kaki Aletta memerah dan hampir melepuh, ia langsung mengendong Aletta sprti bayi koala membawa nya ke ruangan tengah.
"papi ambil salep dulu di kamar!" Aksa yang cemas segera berlari ke lantai dua dan kembali dalam waktu yang sangat singkat.
"awhhh... Sakit pi!" rengek Aletta saat merasakan jari Aksa menyentuh bagian yang terkena air panas.
"kamu sih ngapain bikin kopi sambil melamun!" omel Aksara mengoleskan salep dengan pelan dan hati hati pada kaki letta.
Sejenak Aksara merasa aneh karena tak medengar suara ringisan atau celotehan Aletta, Aksa mendongkak kan kepala nya. dan ia terkejut saat mendapati Aletta dengan wajah penuh air mata sambil menggigit bibir nya agar tangis nya tak di dengar oleh Aksa.
" Letta.. Letta sayang... Papi ngak bermaksud marahin Letta.." Aksara menangkup wajah Aletta menghapus air mata Aletta dengan ibu jari nya.
"tapi... Tapi...tadi pap...papi marahin Letta! Padahal Letta cuma mau bikin kopi untuk papi!" Aletta menyuarakan isi hati nya di selingi sesegukan.
"maafin papi yaa... Papi nakal!" bujuk Aksara menampar wajah nya sendiri.
"Udah pi... Jangan pukul lagi!" Aletta mengambil tangan Aksa lalu menggenggam nya dengan kuat.
"Letta sayang papi!" gadis itu memberi tahu dengan suara serak khas usai menangis.
"papi jauh lebih sayang sama Aletta!" sang Ayah memeluk anak nya, mengenyahkan perasaan sedih putri tercinta nya.
"Letta lebih sayang sama papi!" Aletta tak mau kalah malah menantang sang ayah dengan menatap tepat di manik mata sang ayah.
"tidak papi lebih sayang Letta!" Aksara tak mau kalah.
"papi...!" akhirnya jurus andalan itu keluar, Aletta mengerucutkan bibir nya dengan mata berkaca kaca.
" iya iya... Letta yang paling sayang sama papi!" aku Aksa mengusap puncak kepala putri nya membawa nya dalam pelukan.
"luka Letta masih sakit? Apa masih ada yang perih?!" tanya Aksa tanpa melepas pelukan.
"tidak pi..."
"yasudah papi gendong kamu ke kamar ya?!" ajak Aksa hendak melepas pelukan namun gagal karena Aletta mempererat pelukan nya pada tubuh besar ayah nya.
"sebentar lagi pi, biar kan sebentar seperti ini!" pinta Aletta dengan suara bergetar menahan tangis nya.
"sayang ada apa?"
Aksa panik mendengar suara bergetar Aletta, terlebih cengraman Aletta pada tubuh nya sangat kuat hingga ia bisa merasakan keseluruhan tubuh bagian depan Aletta.
Apa yang aku pikirkan?! _ batin Aksa merutuk diri nya
"Letta besok udah masuk kampus, Papi bakal kerja. Kita akan kehilangan banyak waktu dan tak bisa melakukan hal ini sesuka hati!" adu Aletta.
perkataan Aletta justru terdengar ambigu, namun dalam sekejap, Aksa mengenyahkan pikiran tersebut.
"papi gak akan lembur kecuali mendesak, itu pun papi akan jemput Letta dulu, jadi kita tetap punya kuality time!" jelas sang ayah meyakinkan putri nya semua akan baik baik saja.
"love you dad!" lirih Aletta sebelum jatuh tertidur dalam pelukan Aksa.
"love you too baby!" Aksa membalas dengan di iringi kecupan hangat di pipi dan kening Aletta. Sebelum membawa nya ke dalam kamar milik gadis itu.
"selamat tidur sayang.... Papi mencintai mu, sangat!" Aksa mengusap lembut kening Aletta, menatap lurus pada mulut yang sedikit terbuka.
"mimpi indah sayang!" Aksa mengecup kening Aletta kemudian sesaat setelah nya, mata Aksa terfokus pada bibir mungil Aletta, namun ia tersadar, segera ia menegakkan tubuh nya kembali.
Setelah memastikan selimut cukup hangat untuk Aletta nya, Aksa kembali ke kamar milik nya sediri yang persis bersebelahan dengan kamar Aletta.
Aksa duduk bersandar pada kepala ranjang milik nya, saat ia telah memasuki kamar milik nya. Ia termenung mengingat apa yang sempat di fikir kan oleh nya beberapa saat yang lalu, hampir saja ia tergoda untuk mengecup bibir Aleta.
"hanya kecupan!" aksa mengenyahkan pikiran negatif yang mulai melayang di otak nya.
"tapi itu bibir, tidak ada kecupan seorang ayah di bibir anak nya yang sudah gadis!" Aksa mulai frustrasi dengan tingkah nya sediri.
"akgghh..." kesal nya mengacak acak tempat tidur. Dada nya berdetak kencang setiap kali mengingat bibir merah muda milik Aletta, membuat nya semakin ingin merasakan bibir itu. Dada nya kian bergemuruh semakin keras, saat ia kembali teringat berapa lembut nya setiap bagian tubuh Aletta saat bersentuhan dengan tubuh keras dan liat milik nya saat mereka berpelukan.
"she is your daugther!" maki aksa pada diri nya sendiri.
"tapi aku tak bisa Mengelak!" ucap nya lagi lemah.
Ia cukup sadar, sejak ia menemani Aletta tidur ia mulai merasa ketergantungan dengan putri nya sediri, ia sadar rasa itu semakin hari semakin tumbuh kearah yang salah.
"apa Aletta juga demikian?" Aksa semakin panik. Ini tak boleh terjadi, Aletta tak boleh memiliki perasan terhadap nya.
Kemudian aksa menenangkan pikiran nya dengan segelas air putih lalu berbaring.
Semua nya akan baik baik saja besok. Tak akan ada yang berubah dari hubungan mereka, ia tetap akan menjaga kasih sayang terhadap Aletta agar gadis itu tetap merasa aman dan memiliki rumah untuk pulang.
Ya, Aletta nya harus baik baik saja...
Tbc
.