Wajah ayahnya tampak begitu segar. Sejak tadi ia sumringah terus sambil menyapa saudara-saudara yang datang. Berbeda dengan Pradita yang diam saja di pojokan sambil menggosok-gosok pahanya untuk menenangkan diri.
Perutnya sejak tadi mulas karena tegang karena kakaknya akan masuk ke ruang altar untuk mengucapkan janji suci. Pralinka memanggilnya dan segera saja Pradita menghampirinya.
"Ada apa, Kak?" tanya Pradita sambil menggosok-gosok tangannya yang berkeringat.
"Gak. Kakak liat kamu dari tadi tegang gitu. Kan aku yang nikah, Dit," ujar Pralinka sambil tersenyum.
"Iya, Kak. Aku juga gak tau. Pokoknya aku mules terus dari tadi. Kakak udah hafal kan janji nikahnya?" tanya Pradita dengan wajah cemas.
"Udah dong."
Tiba-tiba, seorang pengurus gereja datang menghampiri mereka dan menyuruh Pralinka dan Owen untuk bersiap-siap. Pradita membantu kakaknya untuk mengenakan sleyernya sampai rapi.