"Halo, Ayank. Kamu ada di mana?!" tanya Bara dengan nada khawatir.
Mendengar suara Bara saja sudah membuat jantungnya bergemuruh tak karuan. Tenggorokannya langsung terasa kering, padahal tadi ia sudah minum.
"Aku ada di rumah," jawab Pradita agak parau.
"Oh, ya ampun. Aku pikir kamu kenapa-kenapa."
Pradita diam saja. Sebenarnya ia tidak mau berbicara pada Bara, tapi ia malah mengangkat telepon itu. Itu namanya bodoh bin ajaib. Ajaibnya karena ternyata ia senang mendengar suara Bara yang khawatir padanya.
"Udahan dulu teleponnya ya."
"Eh, kenapa? Apa aku ganggu kamu?" tanya Bara.
Pradita hanya bergumam tidak jelas. "Aku mau baca buku dulu."
"Yank, boleh gak aku ke rumah kamu sekarang?"
Pradita langsung menahan napas begitu mendengar Bara ingin datang ke rumahnya. Gawat, kacau. Di rumahnya ada orang tuanya dan sebentar lagi Pralinka pasti pulang. Ia menggaruk-garuk kulit kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Ngapain kamu ke rumah? Ini kan udah malem."