Entah kenapa Seira hari ini merasa senang. Senyumnya mengembang sejak kepulangannya dari butik bundanya. Namun pudar saat melihat ke dua adik kembarnya yang sedang meributkan sesuatu.
" Suhaa! pokoknya Lo harus ikut gue ke puncak! ", tukas Sheena memaksa.
" gak mau! ", tolak Suhaa.
" ayolaahh! Lo tega amat sih sama sodara sendiri, lagian entar Lo juga enak kan bisa sekalian liburan! ", Sheena tak henti meyakinkan Suhaa.
" mending gue liburan sendiri dari pada sama cewek-cewek centil itu ", kata Suhaa cuek, tetap memainkan stik game nya. Karna kesal Sheena merebut stik game dari tangan Suhaa.
" sheen kembaliin gak? ", ancam Suhaa.
" gak mau! sebelum Lo mau nemenin gue ke puncak ", Sheena menyembunyikan stik game nya dibelakang tubuhnya. Kali ini Suhaa mencoba merebutnya.
" kembaliin Sheen, ini gue hampir menang tau! ", ucap Suhaa sembari merebut stik game nya dari Sheena.
" gue bilang gak mau! Lo harus bilang dulu kalo Lo mau nemenin gue pergi kepuncak ", Sheena sedikit menjauh dari Suhaa yang mulai berdiri.
" kalian berdua ini apa-apaan sih! kayak anak kecil! ", sergah Seira yang baru masuk ke rumah.
" tuh kak! adik Lo ganggu gue main game! noh liat stik gue diambil ", tukas Suhaa berkacak pinggang santai.
" elo sih gak mau nemenin gue ke puncak! ", ucap Sheena membela diri.
" ya kali gue cowok sendiri! ", protes Suhaa. Sheena membuang muka dari Suhaa. Seira yang melihat itu menghela napas panjang.
" ok jadi masalahnya, Suhaa gak mau ikut Sheena kepuncak? terus Sheena kesel lalu ngambil stik game nya dari Suhaa, gitu? ", kata Seira memperjelas masalah yang terjadi pada kedua adik kembarnya itu.
" emm ", gumam Sheena masih membuang muka. Suhaa hanya melirik malas melihat Sheena.
" baiklah! kakak akan kasih solusi buat kalian! sheen sekarang kamu kembalikan stiknya ke Suhaa lagi! ", perintah Seira.
" tapi kan kak!--", Sheena hendak protes tapi diberi pelototan tajam oleh seira. Suhaa tampak menyeringai karena merasa kakaknya telah memihaknya. Mau tak mau Sheena menyerahkan lagi stik game nya ke Suhaa dengan perasaan kesal. Eh bukan! tapi Seira melemparkannya begitu saja ke Suhaa. Dengan tangkas Suhaa menangkapnya.
" haha makasih kak sei ", Suhaa hendak pergi melanjutkan game nya yang tertunda. Tapi dicegah oleh Seira.
" eits! siapa bilang kakak menyuruh mu pergi Suhaa! ", ucap Seira dan membuat langkah suhaa terhenti lalu berbalik. Sedangkan Sheena masih tetap dengan wajah kesalnya.
" apalagi kak? kan udah selesai! ", sangkal Suhaa.
" kamu juga harus menemani Seira, Suhaa! ", ucap Seira yang membuat mata Sheena berbinar kala mendengarnya.
" tapi kan kak! masa ak-- ", Seira segera menghentikan ucapan Suhaa yang hendak protes.
" kalo kamu menolak karna kamu cowok sendiri, kamu kan bisa ajak teman kamu Suhaa. Ajak aja si Alvaro itu! dengan begitu selesai kan masalahnya! ", tegas Seira.
" awas aja kalo habis ini kakak denger kalian ribut-ribut lagi! ", ancam Seira dengan mata tajamnya lalu pergi meninggalkan Suhaa dan Sheena. Suhaa hanya bisa mengusap-usap tengkuknya. Merasa kalah oleh Seira. Dan lihat saja sekarang sikapnya Sheena, bibirnya tak bisa berhenti tersenyum jail pada Suhaa. Kemudian Sheena menjulurkan lidah kearah Suhaa. Yang membuat Suhaa geram melihatnya. Sebelum terjadi perang lagi, Sheena berlari ke kamarnya meninggalkan saudara kembarnya seraya tertawa puas.
Sekarang dikamar, Seira sudah berganti baju yang lebih santai. Dia membaringkan tubuhnya di kasurnya yang nyaman. Dalam keheningan Seira tampak teringat dengan pertemuan tadi siang dengan Yafi. Entah kenapa bertemu Yafi lagi setelah bertahun-tahun membuat Seira senang. Di tengah khayalannya Seira teringat oleh seseorang yang pernah singgah dalam hatinya. Orang itu sudah berhasil membuat Seira menaruh hati pada seorang pria untuk pertama kalinya. Seira bertemu dengannya waktu Seira sudah menginjak semester tiga di kuliahnya. Awalnya Seira tak begitu mempedulikan, dia bersikap sama seperti pada teman-teman laki-lakinya yang lain. Namun ada satu hal yang cukup membuat jantung Seira berpacu lebih cepat dari biasanya saat melihat pria itu.
Saat itu Seira pergi kemasjid yang ada dikampus untuk melaksanakan kewajibannya karna sudah memasuki waktu Dzuhur. Saat Seira hendak menginjakkan kaki nya dilantai masjid saat itulah adzan berkumandang. Entah kenapa hati Seira tersentuh saat mendengarnya. Suaranya begitu merdu ditelinga Seira. Biasanya yang adzan disini tak semerdu ini, pikir Seira. Karna penasaran, Seira mengintip ke shof bagian pria. Pria itu sedang mengumandangkan adzan dengan hikmat. Namun wajahnya tak bisa dia lihat dengan jelas. Saat ini suasana masjid masih sepi. Belum ada yang datang kesini. Tadi kelas Seira selesai lebih cepat, jadi dia memutuskan pergi ke masjid saja. Sekalian untuk melaksanakan sholat dzuhur. Setelah Seira mengambil wudhu Seira pergi ke shof perempuan lalu memakai mukena yang tersedia disana. Ketika adzan selesai suasananya jadi hening. Terlihat bayangan pria yang tadi adzan sedang melaksanakan sholat sunnah dari balik pembatas. Kemudian Seira juga ikut sholat sunnah sambil menunggu iqomat.
Sholat Dzuhur pun telah usai, Seira berniat kembali keperputakaan untuk mencari beberapa buku referensi untuk tugasnya. Saat dia sedang mengenakan sepatunya, tak sengaja Seira dengar dua orang bercakap-cakap.
" zhar tadi Lo yang adzan? ", tanya seseorang yang Seira tidak kenal.
" hmm ", jawabnya singkat.
" gak nyangka banget, ternyata temen gue sauranya kayak imam mekkah ", puji temannya. Seira menajamkan pendengarannya dan sengaja memperlama memakai sepatunya.
" lebay Lo! ", ucapnya cuek, lalu pergi meninggalkan temannya yang masih kesusahan memakai sepatu.
" eh Zhar! tungguin napa! "
Dari situ Seira bisa tau siapa pria yang adzan tadi.
' oh dia yang tadi adzan! ', gumamnya dalam hati. ' siapa ya namanya? zhar? zhar siapa ya? ', dalam hati Seira memikirkan namanya. Karna yang tadi Seira dengar temannya itu hanya memanggilnya 'zhar'. Namun dihari-hari berikutnya Seira sudah tak mendengar suara adzannya lagi. Hingga saat Seira ada kelas sore, Seira memutuskan sholat dimasjid. Tak sengaja dia mendengar lagi suara adzan yang sama seperti dulu. 'mungkin ini orang yang sama', pikirnya. Tapi kali ini Seira tak sendiri pergi ke masjid. Seira bersama Naya temannya. Mereka berdua kenal saat ospek dulu. Seira dan Naya beda jurusan. Kemudian saat selesai sholat, pria yang tadi adzan itu menghampiri Seira dan Naya. Mungkin dalam hati Seira tampak bingung dan terkejut, entah kenapa jantungnya susah untuk dikontrol.
" nay! ini flashdisk yang lo minta ", katanya menyerahkan flashdisk itu ke Naya.
' apa Naya kenal sama orang ini? ', batin Seira.
" ohhh iya Zhar makasih ya! nanti kalo udah selesai aku balikin ke lo ", ucap Naya.
" iya nay, santai aja ", ucapnya.
" siapa nay? ", bisik Seira pada Naya.
" oh iya! sei ini kenalin temen gue ", seolah tersadar, Naya memperkenalkan Seira ke temannya itu.
" halo gue Ezhar temennya Naya ", katanya mengulurkan tangan ke Seira. Tanpa sungkan Seira segera membalas jabat tangan Ezhar. ' oh namanya Ezhar ternyata! ', batin Seira.
" gue Seira temennya Naya juga ", ucap Seira memperkenalkan diri.
" yaudah nay! sei! gue duluan ya? ", pamit Ezhar meninggalkan Seira dan Naya.
" tadi itu siapa sih nay? ", tanya Seira yang sudah penasaran.
" Ezhar, kan tadi Lo udah kenalan gimana sih lo! ", ucap Naya.
" bukan itu maksud gue, lo kenal Ezhar dimana? ", tanya Seira to the point.
" ohh itu! gue satu fakultas sama dia sei ", jelas Naya.
" ohhh ", gumam Seira.
Entah kapan datangnya, tapi Seira merasa seolah punya perasaan lebih ke Ezhar. Tapi tak seorang pun yang tahu tentang itu termasuk Naya. Seira hanya mengagumi sosok Ezhar dalam diam. Ini pertama kalinya Seira merasakan perasaan seperti ini. Sejak saat itu Seira berteman lebih dekat dengan Ezhar.
.